ketika saya sakit

2.6K 641 49
                                    













— — —

Jangan lupa vote dan comment

^________^

— — —










Saya tidak pernah membayangkan jika satu kali melewatkan makan siang audah mampu membuat perut saya bergejolak sehebat itu. Rasa perih bercampur dengan rasa mual membuat saya tidak mampu untuk berdiri atau bahkan duduk. Sebelumnya, saya tidak pernah sadar kalau penyakit maagh saya sudah separah itu. Makanya saya dengan santainya melewatkan makan siang dan malam itu hanya makan beberapa buah pisang sampai akhirnya perut saya mengamuk saat tengah malam.

Saat itu saya benar-benar merasa kalau hidup saya sudah tidak lama lagi. Sudah dua jam sejak saya berbaring dikasur namun tidak melakukan sesuatu yang sekiranya bisa meredakan perut saya. Saya hanya berbaring, merintih, menangis, berguling-guling di tempar tidur,  atau meremas selimut saya kuat-kuat. Saya tidak tau apa yang harus saya lakukan. Rasa sakitnya membuat otak saya berhenti bekerja.

Tidak mungkin saya menelpon Mama, beliau pasti akan panik —sepanik-paniknya orang tua yang mendengar anaknya sakit padahal sedang di kota orang. Saya tidak tega melihat Mama khawatir.

Tiba-tiba, terlintas satu nama di pikiran saya yang sudah kacau balau. Perut saya semakin memburuk membuat air mata saya keluar makin deras dengan suara saya yang tidak bisa lagi keluar. Saya memanjatkan doa kepada Tuhan agar diberikan kesempatan lebih lama untuk hidup setelah itu merapalkan namanya hingga ratusan kali.

Felix, sakit...

Saya merapalkan itu di dalam hati berkali-kali, berharap kalau memang Felix adalah jodoh saya —atau mungkin memang sudah ditakdirkan dengan saya, dia pasti punya ikatan batin dengan saya. Seperti ikatan yang dimiliki Mama dan Papa.

Saya tertawa jika mengingat hal itu sekarang. Betapa pendeknya pikiran saya malam itu.

Namun ternyata, tanpa saya duga, Felix menelpon saya. Dengan suara serak khas bangun tidur, dia bertanya "Kamu gapapa kan?"

Saya menggeleng cemas, berusaha bersuara namun suara saya tidak keluar sama sekali. Saya mendekatkan ponsel tersebut dibawah bibir saya. Tangan saya bahkan sudah tidak bisa mengangkat ponsel tersebut. "Sakit, Lix.. Sakit banget.." bisik saya. Hanya itu yang bisa keluar dan ya, isakan tanpa suara saya. Sumpah demi apapun, saat itu sakitnya sampai bisa membuat saya mengingat semua kesalahan-kesalahan saya selama didunia, saya seperti akan meninggalkan dunia saat itu juga.

Tidak terdengar balasan apa-apa dari seberang sana hingga membuat saya pasrah. Mungkin saya benar-benar harus meninggalkan dunia ini hanya karena tidak makan siang. Mungkin Felix tidak mendengar bisikan saya dan kembali tertidur.






Ditengah keputus-asaan saya, tiba-tiba ponsel saya kembali mengeluarkan suara. "Alisha? Kamu masih sadar kan? Alisha????????" kemudian terdengar suara klakson panjang saling bersahutan dan gerutuan Felix, "Kenapa macet sih anjing."

"PAK DIDEPAN KENAPA??"

"ITU MAS ADA KECELAKAAN"

"Alisha, kamu masih sadarkan???" ulang Felix lagi.

Saya tidak pernah sebahagia itu kerena Felix belum mematikan sambungan telponnya. Karena biasanya, Felix selalu menghubungi saya tepat saat saya ingin tidur hingga saya selalu memintanya mematikan sambungan telepon namun dia tidak pernah mengindahkan permintaan saya. Saya selalu menggerutu karena itu namun saat sakit seperti ini saya bersyukur Felix melakukan hal itu lagi.

Biar Saya Ceritakan | Felix lee. [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang