#2 Mystery of Assassin

145 14 4
                                    

Mentari pagi pun sudah menyoroti lubang, akhirnya kami menemukan jalan untuk keluar dari lubang tersebut.
"Bruce!, di ujung sana ada cahaya yang menyoroti lubang ini, ayo kita periksa ke sana, mungkin itu adalah jalan untuk keluar dari lubang ini!", ucapku dengan menunjuk ke arah cahaya tersebut.
"Ayo!, cepat kita ke sana aku sudah tak sabar untuk keluar dari lubang ini", ucap Bruce dengan semangat.
Setelah kami sampai pada ujung lubang, ternyata benar itu adalah jalan untuk keluar dari lubang gelap tersebut.
Tetapi di samping jalan keluar tersebut ada sebuah arca kuno, dan pada arca kuno tersebut ada tulisan sansekerta yaitu "Cedit" yang artinya mematuhi perintah.
Aku dan Bruce masih bingung dengan maksud tulisan yang ada di arca kuno tersebut, dan dibelakang arca kuno tersebut ada sebuah tulisan sansekerta yang lainnya "Gajendra", yang artinya perkasa.
Tak sampai di situ, tangan dari arca kuno tersebut tiba-tiba bergerak dengan menunjukkan kepada kami arah jalan untuk keluar dari lubang gelap tersebut.
"Bruce, arca kuno tersebut menunjukkan tangannya ke arah cahaya itu, ayo cepat kita keluar", ucapku dengan semangat.
"Okay, tapi gantian nih gendong ibu ini, aku sudah merasa lelah!", ucap Bruce dengan kelelahan.
Setelah kami keluar dari lubang gelap tersebut, kami sangatlah senang. Tetapi aku merasa aneh karena ibu yang digendongku tersebut tiba-tiba menghilang.
"Bruce!, kemana ibu tersebut menghilang?", ucapku dengan heran.
"Ohh iyaa, kemana ibu itu mengilang padahal kan tadi di gendong sama kamu?", ucap Bruce dengan heran.
"Lama-kelamaan tempat ini semakin aneh yah Bruce?, aku jadi tak yakin bisa pulang dari pulau ini!", ucapku dengan pesimis.
Setelah kami keluar dari lubang gelap tersebut, kami pun bergegas untuk mencari rumah para majikan yang kejam itu.
Hampir empat kilometer kami berjalan, akhirnya kami menemukan sebuah rumah tua yang besar di pinggir aliran sungai yang tenang.
Kondisi rumah tersebut memanglah sangat kumuh dan tidak terurus, banyak tumbuh rerumputan liar di depan halamannya, kami pun masuk ke halaman rumah tersebut.
Saat kami menginjakan kaki di depan pintu terdengar suara jeritan wanita dari dalam rumah tersebut.
"Bruce!, cepat kita bersembunyi di balik semak-semak itu!, sebelum terjadi hal yang tidak di inginkan", ucapku dengan berbisik.
Tak lama setelah kami bersembunyi, terdengarlah suara pintu membuka dan ternyata yang keluar adalah seorang pria yang bajunya penuh dengan percikan darah sambil menyeret mayat seorang wanita untuk di buang ke sungai.
Kami pun tak bisa diam diri, kami langsung keluar dari semak-semak tersebut dan menghalangi pria atau majikan itu untuk membuang mayat seorang wanita tersebut.
"Maaf pak, anda tidak bisa begitu saja membuang mayat tersebut ke sungai!, karena pada hakikatnya mayat itu haruslah dikubur bukannya dibuang". Ucap kamidengan nada tinggi
"Siapa kalian berani-beraninya menghalangi saya untuk membuang mayat ini!, apakah kalian ingin seperti mayat ini?", ucap pria tersebut dengan tatapan sinis.
"Apakah anda tidak memiliki hati nurani selayaknya manusia?, sudah banyak orang yang bapak bunuh hanya sekedar untuk sebuah perjanjian dengan penghuni atau setan hutan mati?", ucapku dengan tegas.
"Saya hanya melakukan tugas saya untuk para setan hutan mati, saya dibayar oleh mereka untuk membunuh para petani dengan tujuan yang dirahasiakan oleh mereka, karena itu saya bisa disebut dengan pembunuh bayaran!"
"Ohh, berarti selama ini anda dibayar untuk membunuh para petani itu, sungguh anda bukan manusia selayaknya!", ucapku dengan kecewa.
Setelah kami mengetahui bahwa majikan itu adalah seorang pembunuh bayaran maka kami pun meminta dia untuk menguburkan mayat wanita yang di seretnya untuk dibuang ke sungai.
Setelah mayat tersebut di kubur kami pun meminta pria itu mengantarkan kami kepada para "setan" hutan mati.

Bersambung.......

Trip To DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang