Part 5 - Bitter

3.4K 634 480
                                    

----

Harapan sering kali selalu berakhir  sekadar menjadi harapan. Kelelahan berpikir membuat Ulani jatuh tertidur nyaris pukul tiga malam dan kini ia telat bangun. Saat ia menyambangi meja makan, dua kakaknya sudah berada di sana dengan setelan jas mahal. Ayahnya pasti sudah berangkat sementara ibunya sedang terlihat sibuk memberesi meja.

"Pa-pagi Ma ... Kak."

Valeri melempari senyum kecil. "Duduk di sebelah kakak kamu, Sayang." Namun matanya berbeda, hanya Ulani yang paham apa yang tersimpan di sana.

"Hans harus berangkat sekarang," ucap kakak tertua tiba-tiba. Bangkit mencium tangan Valeri lalu mengusak rambut Ulani sesaat.

"Ok, Hans hati-hati," ucap Valeri.

"Jun, kamu berangkat jam berapa?"

Ulani membeku di tempatnya.

"June bisa nganterin si Bungsu kalau itu maksud pertanyaan Mama," sahutnya tanpa melihat. Valeri sudah terbiasa dengan sikap seperti itu. June itu baik hanya saja memang agak dingin.

"Maaf mama ngerepotin. Hans tampaknya lebih sibuk. Dia semalam tidur lewat tengah malam bahkan. Pasti posisi yang mau diembannya itu sangat sulit."

"Ya jelas sih, Ma. Dia direktur. June cuma insinyur perencanaan."

Mendengar itu, Valeri terkekeh penuh arti. "Kalau kamu cemburu, kamu bahkan mampu untuk mandaki lebih tinggi sampai ke puncak hirerarki. Kakakmu pekerja keras tapi kamu kan jenius."

Terkadang June menyukai bagaimana cara ibu sambungnya itu memberi inspirasi atau lebih tepatnya hasutan.

"Ayahmu pernah bilang kalau kamu itu anak kesayangannya. Kamu mirip sekali dengannya. Cara berpikirmu bahkan wajahmu."

Meja makan di pagi ini menjadi suram di mata Ulani. Bukankah yang lebih mirip dengan June itu ibunya?

"Akan June pikirin lain kali," sahut June misterius lalu dia menatap Ulani dengan senyuman manis. "Percepat sarapanmu, Bungsu."

"June. Mama punya permintaan lagi."

Pasti. June tahu kemana permainan keramah tamahan ini akan berujung.

"Kamu mau kan jagain Ulani mulai saat ini? Dulu kamu selalu berada di sampingnya. Dia mulai kehilangan arah semenjak kamu tinggalin ambil S2."

Mendinginlah peredaran darah Ulani saat itu juga. Andai ibunya sadar bahwa apa yang June tunjukkan semuanya adalah kepalsuan. Sama seperti apa yang ibunya tunjukkan di depan keluarga ini. Mereka berdua itu palsu dan Ulani harus menjadi tumbal satu-satunya.

Dua tahun ini, Ulani hanya hidup sewajarnya saja. Belajar semampunya. Bahkan menonton di bioskop bersama temannya pun dia tidak pernah apalagi belanja di mal di hari libur. Apa itu yang dimaksud dengan hilang arah?

"June juga mulai sibuk, Ma. Ga seluang dulu."

Syukurlah. Walau wajah ibunya berubah sendu. Ulani tahu yang ibunya harapkan bukan hanya urusan mengarahkannya namun ingin mengakrabkannya dengan si kakak tiri demi kelihatan berhasil menyatukan keluarga.

"Tapi June usahain."

Neraka dimulai lagi untuknya.

-----

Pernahkah kau melakukan kesalahan? Atau pernahkah kau menjadi korban kesalahan orang lain?
Jika kau berada di antara dua keadaan itu, manakah yang cenderung akan kau pilih?

ANOTHER MARS (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang