Part 2 - The Cold World

5.8K 984 935
                                    




-----






Wajah selembut kapas, bibir merah dan mata berbinar serupa mentari yang amat sangat dijaga keluarga besar Handaru itu tidak lagi seindah biasanya. Penyakit asma yang menggerogoti Aslan adalah penyebab kenapa ia menjadi Banci ketika dirisak beramai-ramai tadi siang.

Kepala keluarga Handaru sedang mengikuti pertemuan dadakan di sekolah untuk melihat hukuman apa yang akan didapatkan kedua belah pihak. Ini adalah skandal pertama anak lajangnya di sekolah. Sebagai orang tua, dia sudah terlampau paham perangai sang anak. Aslan bukanlah tipe yang suka menggunakan otot ketimbang otak. Maka tuan Handaru memastikan dia akan membela sebaik mungkin kalau memang kesalahan bukan di tangan anaknya. Sementara Ayudia, ibu dari Aslan hanya menutup matanya dengan kedua tangan saat menanti dokter selesai memeriksa kondisi anaknya.

"Kabarnya kepala Daniel ... sedikit bocor."

Ayudia mendekati Ulani yang terduduk di sofa ujung ruangan. Gadis itu bahkan tidak berbicara sepatah kata pun sedari tadi.

"Tapi Ulani tenang aja, ya? Om pasti bisa selesaikan ini semuanya. Tanpa perlu papa kamu untuk ikut turun tangan." Karena dia cukup paham tentang apa yang membuat gadis remaja itu menggigiti kukunya seperti ketakutan.

"Ma-makasih Tante. Ulani benar-benar gamau nyusahin papa untuk saat ini."

Papa tirinya tengah sibuk mengurus kepulangan dua putera kandungnya dari London. Jadi, Ulani benar-benar harus menjaga situasi tetap stabil agar ia tidak berakhir menjadi pembuat onar disaat yang tidak tepat. Ibunya akan berapi-api jika sampai mengetahui ini.

"Ulani gatau apa yang Ulani lakuin. Ulani ... tadi itu seragam kak Aslan bahkan dirobek, Tant. Makanya Ulani jadi kelepasan-"

"Sudah-sudah ga apa, Sayang. Guru BK kalian sudah jelasin semuanya ke tante. Tante malahan berterimakasih sekali sama kamu, Ulani. Kalau bukan karena kamu, Aslan pasti akan terkena pukulan mental yang berat."

Ulani menerima pelukan wanita paruh baya yang selalu membuatnya nyaman seolah-olah wanita itu adalah ibu kandungnya sendiri. Lagipula kapan terakhir kali ibu kandungnya memberikan pelukan support semacam ini?

"Anak pemilik sekolah itu harus mendapat hukuman yang setimpal. Perbuatan risak seperti itu bukan perbuatan yang sepele. Dia bisa ngebunuh karakter banyak anak-anak yang lain karena ulahnya."

"Seharusnya dia di penjara remaja aja kan, Tante?"

Wanita paruh baya itu tersenyum lembut. "Ulani mau ngobrol sama kak Aslan sebentar sebelum dia tidur? Tante anterin kamu pulang setelah itu."

Dilihatnya Aslan mulai menguap. Pasti karena pengaruh obat. Dokter yang telah selesai memeriksa Aslan mendekati Ayudia, tampaknya ada beberapa hal yang harus disampaikan.

"Mau, Tant. Sepuluh menit aja."

Ulani langsung bangkit dan mendekat ke arah ranjang. Memasang raut mendung. Mendapati itu, Aslan tersenyum khas yang menampilkan dua lesung pipitnya. Seolah-olah kejadian tadi siang bukanlah sesuatu yang  mampu membuatnya trauma.

"Apa ada sesuatu yang mau kakak ceritakan?"

Yang ditanyai tidak terkejut. Dia sudah tahu pasti pertanyaan ini yang akan didapatkannya.

"Inilah konsekuensinya menjadi anggota kedisiplinan." Aslan meringis ketika bibirnya berusaha terbuka lebar. "Tapi sayangnya tersangka kali ini adek adekan-nya anak yang punya sekolah."

ANOTHER MARS (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang