Part 6 - Parasyte

2.8K 565 367
                                    

Hi Adek-adek imut....
Semoga tidak bosen ya dengan cerita ini ....




----




June adalah sosok yang terdiri dari dua karakter yang bertabrakan. Cara membedakannya amat mudah. Jika kau tidak mendapatinya menindasmu dengan tatapannya serta menamparmu dengan tangannya. Maka yang akan kau lihat adalah June si putera baik- baik yang anggun dan cerdas.

"Saya mengira donasi akan di buka awal tahun ini. Ternyata di postpone. Tapi tidak apa. Saya akan mewakili ayah saya atas nama keluarga Mahardika tahun ini."

Si wali kelas bergincu merah menyala tak hentinya mengulas senyum. Ulani khawatir bibir itu bisa saja miring tiga menit kemudian.

"Saya benar-benar berterimakasih atas konsistensi keluarga Mahardika selama ini. Sekolah ini terus berkembang sangat banyak. Fasilitas bertaraf international. Jawara kompetisi serta lulusan yang mudah diterima universitas terbaik dalam negeri bahkan sampai level luar negeri. Semua itu tentu tidak luput dari kedermawanan keluarga bapak juga. Saya yakin, Ulani akan menjadi salah satu lulusan terbaik sama halnya seperti bapak dan garis keturunan Mahardika lainnya yang pernah mengenyam pendidikan di sini."

Sang guru bisa saja patah sayapnya hanya karena harapan yang terlampau tinggi.

"Ulani bisa memilih organisasi apapapun yang dia mau. Menulis, melukis, musik, Osis, perpustakaan, Panah-"

"Tidak diperlukan ekskul apapun untuknya."

Sang guru terdiam sebentar sebelum mengambil cangkir tehnya. Mengerutkan alis dengan samar.

"Kalau saya sampai mendengar anak ini mengikuti ekskul apapun, saya tidak akan bisa berbaik hati lagi."

Di luar ekspektasi. Umumnya, jika ada keluarga spesial yang berkunjung itu berarti ada yang mereka harapkan untuk si anak. Kalau tidak masalah keikutsertaan dalam ekskul yang dapat mengembangkan diri, ya-
Oh dia mengerti.

"Saya akan berusaha membuat Ulani masuk ke dalam nominasi murid yang akan mengikuti olimpiade. Karena dia masih baru, berarti mungkin tahun depan."

June menatap adiknya teduh. Di elusnya poni yang menutupi ujung mata lalu kembali menatap si guru dengan senyum halusnya.

"Tidak ada kegiatan apapun untuknya selain sekolah. Olimpiade itu jangan sampai diketahui ibu saya."

"Tapi ibu anda-"

"Urusan Ulani sudah diserahkan kepada saya. Jadi saya tidak mau ada telinga lain yang lebih dulu mendengar kabar apapun jika itu menyangkut dirinya. Cukup beritahu kepada saya. Apapun itu."

Tidak ada yang melihat jemari Ulani yang saling meremas. Ada yang mengekang lehernya dengan rantai. Kenapa tidak dipatahkan saja kakinya sekalian?

"Baik Pak." Akhirnya si guru menghela napas. Ikut bangkit saat melihat tamunya bangkit. Terakhir kali ia menatap mata si pemuda yang ia panggil bapak, Rasanya ada sesuatu yang membuatnya merasa bahwa orang itu sedikit menakutkan.

"Saya tidak suka dikecewakan."

Sehalus sutera namun wanita paruh baya itu merasa tercekik tiba-tiba.

"Tidak akan ada yang kecewa Pak June."


-------



Setengah sembilan malam dengan keadaan perut kosong. Ulani menatap dinding beton bangunan Mahardika yang sepi. Sepanjang mata pelajaran otaknya di isi penyesalan atas rencana June. Sepanjang kelas tambahan ia menangisi hatinya yang memberontak untuk bebas.

ANOTHER MARS (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang