BAB 3 : The Hero

244 43 134
                                        

*Now Playing Ikon Love Scenario*

*Ketetapan Hati Memang Bisa Berubah Kapanpun

Begitu Juga Dengan Kebencian

Bisa Sirna Bahkan Sesaat Sebelum Kesadaran itu Hadir*

Baru 7 puturan Ara mengelilingi lapangan, rasanya separuh nyawanya sudah ikut menghilang bersama peluh keringat yang sejak tadi tak kunjung berhenti meluncur dari tubuh mungilnya. Ya, Ara tergolong gadis yang mudah berkeringat, diantara 6 sahabatnya, Ara lah yang paling malas, tapi justru dia juga yang paling banyak mengeluarkan keringat.

Sebenarnya sudah sejak tadi Ara mau berhenti berlari, dan berpura-pura telah menyelesaikan hukumannya, tapi entah kenapa jiwa baik dan penuh tanggung jawab dalam dirinya seolah mengambil alih seluruh tubuhnya dan mengajaknya untuk tidak berbuat curang ?

"Susah deh kalau jadi orang jujur gini." gerutunya pada diri sendiri sambil berusaha menyesuaikan napasnya dengan iramanya saat berlari.

"Mulai gila lo ngomong-ngomong sendiri ?"

Hampir saja Ara terjungkang kebelakang kalau dia tidak buru-buru menstabilkan langkahnya. Lagi-lagi suara orang menyebalkan yang sangat familiar ditelinganya mengintrupsi, membuat Ara dengan ogah-ogahan menoleh ke empunya suara. Ara melihat Ravel berjalan santai ke arahnya.  'Ngapain lagi ni anak dedemit ada dilapangan ? Pasti mau isengin gue lagi ?' omelnya dalam hati setelah mendapati Ravel yang tiba-tiba muncul mengganggu kegiatan joging siangnya saat ini ? Ara yang sekarang sudah berbalik menatap Ravel kemudian berkacak pinggang.

"Eh bocah edan !! Ngapain lo disni ? gue aduin pak Dewan lo !" Makinya bertubi-tubi. Jelas emosi Ara kembali naik, mengingat alasannya terkena hukuman ada hubungannya dengan pria yang tengah berdiri santai dihadapannya ini.

"Mau berjemur lo ? Saran gue sih jangan ! Mau warna kulit lo berubah jadi tan-tan gitu, gak akan ngerubah fakta kalau lo jelek...Ooh atau lo mau ngurusin badan lo yang penuh lemak itu ?? Kalau cuma joging sekali kayaknya gak akan perubahan sih.  Jadi mending lo cabut. Hush.. Hush...sana"  dengan suara husky ala teh Syahrini Ara kembali berujar ngasal, sambil mengusir Ravel dengan mengibas-ngibaskan tangannya. Sesaat setelah mengatakan itu Ara ingin kembali berlari dan memutuskan mengabaikan mahkluk yang dia anggap gila itu. Namun baru mau melakukan start, tiba-tiba lengan Ara dicekal cukup kuat, hingga dia harus menrem tubuhnya secara mendadak. Ara juga merasakan sesuatu yang dingin menempel di pipinya.

"Eh piggy, fyi gua gak niat berjemur atau ngerubah kulit gue jadi tan karena dasarnya gue emang udah tampan ! Apa lagi ngurusin badan ? Kayaknya itu lebih berlaku buat lo deh, secara badan lo kan agak-agak hmnn...Sedang lo sendiri kan tau badan gue udah ideal gini, jadi gak ada faedahnya gue ikutan acara joging siang lo ini !"

Ucapan Ravel membuat kilatan api muncul dibola mata Ara, namun Ara menutuskan untuk mengabaikan ucapan super tidak penting dari Ravel karena hanya akan membuatnya semakin kesal dan menambah kerutan di wajah. Sekarang Ara justru lebih tertarik dengan sebotol air mineral dingin yang ditempelkan Ravel di pipinya. Namun karena gengsi yang tinggi ditambah minuman itu milik Ravel rasanya Ara enggan sekali untuk meminta belas kasihan. Sekalipun saat ini dia memang hampir pingsan karena dehidrasi.

Setelah menepis tangan dan botol air mineral dipipinya, Ara berniat melanjutkan hukumannya, namun lagi-lagi tanggannya di cekal oleh Ravel.

"Ni minum dulu, udah gue bukain !" sambil memincingkan matanya Ara menatap curiga ke arah Ravel. Abis di rukiyah kali ya ni bocah tiba-tiba jdi baik gini. Tapi Ara tak kunjung menerima uluran botol itu, dia masih curiga dan sangsi tentunya. Ini Ravel lo...Ravel...Helloooo, dunia belum mau kiamat kan? merasa diperhatikan oleh Ara, Ravel mencoba bersikap cuek dan memasang tampang sumper datar miliknya. 'Sudah sewajarnya ni cewek curiga sama gue.' batin Ravel.

HS 1 : MonokromTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang