BAB 5 : Jealous ?

199 30 54
                                    

Now Playing : MONSTA X- JEALOUSY

'Kenapa kamu membuat semuanya abu-abu ?

Yang aku inginkan hanya satu

Beri aku kepastian

Kepastian untuk tetap membencimu

Atau berubah mencitaimu'

Drttt..drtt..drtt...

Getar suara handphone milik Ara yang sedari tadi terus menerus berbunyi membuatnya yang tengah sibuk bersiap diri di depan cermin riasnya, beranjak untuk membuka pesan dibenda pipih itu.

Ada sekitar 30 pesan yang belum dibacanya. Dua pesan dari teman satu clubnya Monica yang mengatakan kalau dia akan segera otw alias on the way kelokasi, kemudian pesan yang paling banyak muncul dari group TJC, lalu pesan dari Alfa  juga akan segera on the way menjemputnya, dan terakhir pesan yang membuatnya membulatkan matanya. Pesan dari musuh bebuyutannya. RAVEL ANGAKSA. Tak membuang waktu, Ara membuka pesan itu.

Titisan Iblis :

WOY

GW Didepan !!

Buruan !!

Ara Pendek :

Hah ??

Ngapain lo ?

Ara yang masih kaget dengan pesan tiba-tiba dari Ravel tak berhenti menatap chat roomnya, tak sabar menunggu-nunggu balasan dari musuh bebuyutannya itu.

Titisan Iblis :

Banyak nanya dah

Buruan kesini !!

Sekarang gue lagi sama bunda lo diteras

Jawaban terakhir yang diberikan Ravel membuat Ara seketika membulatkan matanya. Buru-buru ia menyamber ranselnya di atas kasur dan segera melangkah menuju teras untuk memaki Ravel.

Sesampainya Ara di teras hal pertama yang dia lihat keakraban bundanya dengan orang yang paling dia benci, Ravel. Ara mengehembuskan nafas kasar sembari memandang dua orang yang tengah asyik berbincang itu sambil berkacang pinggang. Menyadari kehadirannya, Ravel menunjukan cengiran khasnya, cengiran yang menyebalkan bagi Ara. Sang bunda yang sedaritadi memperhatikan Ravel, ikut menoleh kearah mana mata Ravel menatap. Saat menyadari kalau putrinya tengah berdiri dibelakangnya, Elena  lalu bangkit dari kursi teras.

"Eh anak bunda udah siap ? kasihan lo Ravel udah nungguin dari tadi. Waktu bunda nawarin untuk panggilin kamu, dia bilang gak usah." Whatsss apa lagi kali ini ? Ngapain si ni orang nungguin gue segala ? Mau apa dia kesini ? sekelebat pertanyaan muncul dibenak Ara. Masih cengo karena pikirannya ? Elena menepuk pundak putrinya agar tersadar dari lamunannya.

"Yaudah bunda tinggal kebelakang ya ?"

Sementara Ravel langsung berdiri dan menghampiri Elena.

"Kita sekalian pamit aja tante." ucapnya lalu meraih punggung tangan Elena dan menciumnya, bermaksud pamit. 'Pamit..Hahh? pamit kemana si ? nih orang makin gak waras aja'

"Ayo Ra !" ajaknya

"Pamit ? Emang mau kemana sih hah ?" Ujar Ara akhirnya.

"Loh bukannya kalian mau hunting untuk club ?" jawaban bundanya membuat Ara semakin menampilkan tampang oon. 'Iya... gue emang mau hunting foto sama anak-anak TJC. Tapi gue kan janjiannya tadi sama Alfa, bukan sama bocah dari neraka ?' batinnya, Apa tadi dia salah membuat janji ?

"Udah sana, kebanyakan ngelamun kamu." ucapan sang bunda membuat Ara tersadar dan tanpa sadar ikut berpamitan dengan sang bunda.

Setelah Elena masuk kedalam rumah, Ara menatap Ravel menuntut penjelasan.

"Eh jelek ? Maksud lo apa tiba-tiba datang kerumah gue ?" ujarnya to the point

"Lo itu emang bego atau pura-pura bego ?"

Mata Ara melotot mendengar jawaban Ravel yang sama sekali tidak menjawab pertanyaannya tadi. Tak membuang waktu Ravel menarik lengan Ara yang menggiringnya menuju motor yang telah terparkir di halaman rumah Ara.

"EH..eh gak usah narik-narik bisa ?" ucap Ara sembari berusaha melepas genggaman Ravel di lengannya.

"Lo lama." balasnya singkat acuh tak acuh.

"Lepas Vel sakit !!" Terpaksa Ravel melepaskan genggamannya, lalu meraih helm yang memang sudah ia siapkan untuk Ara dan memberikannya. Ara masih belum meraihnya, dia justru melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Ravel sengit.

"Sorry ya ketek gorila. Gue emang mau pergi hunting dan udah janjian sama seseorang yang bakal ngejemput gue, tapi orang itu bukan 'Alien' nyasar kayak lo !!"

"Dan sejak kapan lo jadi bagian TJC ? Lo kan cuma seorang penghianat yang gak tau diri !" Sarkas Ara

Ravel hanya menatap ara datar lalu menunjukkan smirk andalannya "Gue gak tau kalau lo orangnya pendendam ? Well, asal lo tau gue gak pernah berhenti dari club. Martin dan anak inti club juga tau kalau gue cuma sekedar cuti waktu itu. Mereka memberi kebebasan bagi gue kalau sewaktu-waktu gue mau balik ke club." terangnya.

Kembali Ara dibuat kesal, bagaimana kak Martin selaku ketua clubnya tidak mengambil tindakan tegas atas Ravel ? Memang Ravel adalah anak berbakat yang sayang bila harus dibuang dari club. Tapi apakah mereka lupa dengan apa yang pernah dilakukan Ravel di masa lalu. Sampai sekarang saja Ara masih belum terima.

"Martin...Martin...Dia lebih tua dari lo, sopan dikit !!" Ucap Ara sangsi, ya dia memang sangat mengagumi sosok Martin, ketua TJC.

"Berisik ! Martin aja gak pernah protes,"balas Ravel tak mau kalah

"yang jelas lo harus berangkat sama gue, Gue gak suka penolakan, apa lagi itu dari lo!"

"lah ngegas ? kok lo maksa si ?"

Tin...Tin...

Suara klakson mobil membuat Ara dan Ravel menoleh bersamaan. Tak lama sosok Alfa muncul dari balik pintu mobil dengan senyuman yang terpantri di wajahnya. Tanpa sadar Ara ikut tersenyum mendapati kehadiran Alfa, ntah kenapa dia merasa lega ? karena artinya dia bisa terbebas dari kungkungan Ravel yang sore ini sifatnya aneh sekali menurutnya.

"Hai Ra..Eh ada Ravel juga, Hai vel"  sapa Alfa ramah

Ara membalas salam Ravel, sedang Ravel hanya menatap Alfa datar.

"Ngapain lo disini Vel ? Ada perlu sama Ara ?" tanya Alfa lagi, yang masih bigung dengan kehadiran Ravel dirumah Ara. Setau Alfa kedua makhluk ini memiliki sejarah perteman yang buruk. Jadi untuk apa Ravel ada disini?

"Bukan urusan lo !" jawab Ravel ketus.

Melihat ada ketegangan di antara keduanya, Ara buru-buru meraih tangan Alfa. Selain itu dia sudah malas meladeni Ravel yang susah ditebak jalan pikirannya, bisa-bisa otak Ara bisa memanas kalau terus dihadapkan dengan Ravel yang menurutnya super aneh dan super menyebalkan.

"Berangkat aja yuk Al, udah ditungguin anak-anak nih." ujarnya manja sambil meraih tangan Alfa.

Mendengar penuturan Ara, Alfa tersenyum dan mengangguk, sementara Ravel memicingkan matanya tak terima. 'Sial, sok imut banget ni bocah. ' runtuknya.

"Ayok, aku pamit dulu sama bundamu," ujar Alfa menggenggam tangan Ara

"Ga...g...ak...gak usah, eh itu maksudnya tadi aku pamitin sama bunda." bohong Ara, sebenarnya dia bingung, karena yang bundanya tau dia dijemput oleh Ravel, walau sebenarnya yang membuat janji dengan Ara adalah Alfa. Ara sedang malas diintrogasi oleh bunda, jadi biarlah dia berbohong sedikit.

Mengabaikan keberadaan Ravel, Ara dan Alfa berjalan menuju mobil Alfa yang terparkir di depan pagar rumah milik Ara. Sementara Ravel yang melihat dua sejoli itu berjalan mesra dihadapannya mengeluarkan aura menyeramkan dan tatapan siap memangsa

'Chibi !! Lo liat apa yang bakal gue lakuin ? Gue harap lo nyesel udah ngelakuin ini ke gue !' batinnya lalu beranjak menaiki motornya dan melaju meninggalkan pekarangan rumah Ara menuju lokasi hunting.

TBC

HS 1 : MonokromTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang