Emily Andersons Pov
"Hey Emily... Apa kau sudah mendengar gosip hari ini?" Amber memegang lenganku saat aku melewatinya. Dia adalah temanku sejak kecil. Kami sering bermain bersama, masuk sekolah yang sama sebagai perawat, bahkan kami sekarang bekerja di tempat yang sama di New York Hospital. Keinginanku bekerja sebagai perawat menjadi cita-cita kami sejak kecil. Dia sudah seperti saudariku sendiri, mengingat aku hanya anak satu-satunya dalam keluargaku.
Keluargaku... Hanya Mommy, Daddy dan aku. Daddy selalu sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan Mommy sibuk dengan kehidupan sosialnya. Dan aku, aku hanya memiliki Jolie yang selalu mengasuh dan menemaniku sewaktu aku membutuhkan teman. Tapi dia sudah berhenti bekerja sejak dia mulai hidup berkeluarga saat aku masih di SD.
Rumah bagiku bagaikan penjara. Selalu sepi dan sendiri. Setelah memulai bekerja, aku memutuskan untuk hidup mandiri dan pergi ke New York keluar dari rumah, keluar dari kesendirianku. Disini aku memiliki teman dan pekerjaan yang selalu menemaniku.
Aku menggelengkan kepalaku sambil tetap berjalan ke ruang dimana para perawat biasa beristirahat. "Tidak... Memang kenapa?"
"Dr. Daniel. Dia beragumen panjang dengan suster Maria." Kata Amber sambil menggandeng lenganku.
"Biar saja..." Sahutku acuh.
"Lalu... apa keputusanmu? Apakah kau akan menerimanya atau tidak?" Aku menjadi semakin bingung dengan pertanyaannya.
"Menerima apa? Kamu membicarakan apa si?." Dia menarikku ke lorong yang sepi dan jauh dari telinga-telinga usil.
"Dengar, sepertinya kau belum tahu ya?" Tanyanya, aku menggelengkan kepalaku sekali lagi untuk menjawabnya.
"Suster Maria menugaskanmu untuk menjadi perawat pribadi. Dr. Daniel marah sekali saat dia mengetahui hal itu _____"
"Apa?____"
"Dengarkan dulu..... Tapi Suster Maria tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena pimpinan sudah menandatangani surat kerjamu."
Sejak aku bekerja di rumah sakit ini, sudah menjadi rahasia umum kalau Daniel menyukaiku. Itu yang orang tau mengenainya. Bagaimana tidak? Dia selalu menunjukan perhatian padaku dihadapan orang lain dimanapun dia berada. Dan selalu membuatku risih.
"Suster Maria belum memberitahuku mengenai hal ini. Aku heran, mengapa jadi kalian semua yang heboh? Dan mengapa hal ini sudah menyebar di antara kalian semua?" Aku sangat jengkel setiap kali gosip tentangku mudah sekali menyebar apalagi di hubungkan dengan Dr. Daniel.
"Kami tidak tahu masalah ini sampai Prince Charming-mu memarahinya. Kau tahu sendiri bagaimana sikapnya saat dia ___." Dia dengan sengaja menekankan kata Prince Charming untuk meledekku.
"Ya ya ya ya kau tidak usah membahas yang itu." Amber terkikih geli meledekku.
"Kau harus melihat wajahmu saat ini." Aku memasang muka kesel, Amber memang ahli membuatku jengkel.
"Kacau sekali. Mengapa dia harus melakukan itu? Apa kata suster Maria mengenaiku nanti? Ughhhh.... Inikan urusanku, pekerjaanku, mengapa dia .... Lagipula seharusnya suster Maria membicarakan hal ini terlebih dahulu denganku sebelum dia mengutusku kan ..."
"Ehmmm, Mil... nanti kita lanjut lagi. Aku harus pergi dulu." Amber tiba-tiba menarik diri dan berjalan menjauh.
"Eitttt.... Tunggu... kita masih belum selesai." Amber mempercepat langkahnya. Melihat Amber yang pergi meninggalkanku, akhirnya aku pun memutar badanku dan hendak balik ke ruang istirahat, ternyata Daniel berdiri di belakangku. Pantas saja Amber meninggalkanku. "Ehmmm... Dr. Daniel.." Aku menganggukan kepala dan melanjutkan jalan. Tapi dia menahan, membuatku sejajar dengan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Versi Indonesia) (On hold)
RomanceChristian Cole Takdir bagi Christian Cole seperti makanan yang di sajikan di depan matanya. Sedangkan iman bagai minuman yang membuat takdir lebih mudah untuk dijalani. Saat takdir menyentuh sisi sensitif hidupnya dan iman yang menipis, bagaimana di...