Emily Anderson POV
"Are you okay?" Christian bertanya padaku saat aku berjalan di sisi kasur yang sedang di dorong menuju ruang operasi.
"Yeah... hanya sedikit nervous."
"Give me your kiss.." aku mencium bibirnya yang tadi pagi sudah memberiku ciuman hangat di sekujur tubuhku. Sejak malam itu, aku dan Christian bercinta tiada hentinya. Dan aku merasakan bibir vaginaku yang agak tebal karena percintaan yang kami lakukan.
Aku tidak pernah menyangka bahwa bercinta dengannya akan sangat membuatku ketagihan. Seperti obat yang harus di konsumsi dan terus menginginkannya lagi sampai sembuh. Tapi diriku merasa tidak pernah sembuh setiap kali meminum obat itu.
Aku sebagai suster di latih agar tidak pernah merasa takut di hadapan pasien. Tapi entah mengapa, aku sangat khawatir dengan operasinya hari ini. Entah karena operasinya atau karena kenyataan bahwa dia akan bisa melihat lagi. Aku yang merasa khawatir setiap kali aku bercermin dan melihat bayanganku sendiri.
Bagaimana kalau setelah melihat dia sadar bahwa aku bukanlah wanita yang pantas untuknya. Seorang perawat dengan seorang pengusaha. Meskipun tidak di katakan, aku tahu dia memiliki banyak bisnis di luar sana. Apakah dia akan meninggalkanku?
Setelah bersamanya beberapa minggu terakhir ini, membuatku sedikit demi sedikit lupa akan Daniel. Dan Chris memenuhi hari hariku. Bercanda dan bermanja dengannya.
"Good luck." Aku melihat dirinya di bawa masuk ke ruang operasi, dia tampak tenang tidak seperti diriku yang gundah. Hampir dua jam lebih lamanya aku menunggu Christian di ruang tunggu. Begitu lampu kamar operasi dimatikan, aku berlari secepat mungkin menghampiri dokter Natalie yang baru saja keluar.
"Dokter. Bagaimana operasinya?" Dokter Natalie tersenyum lalu menjawab.
"Semuanya berjalan lancar, kau bisa menemuinya setelah dia keluar dari ruang pemulihan."
"Syukurlah. Berapa lama dirinya akan memakai perban?"
"Kurang lebih 1 minggu baru bisa di lepas perbannya. Bila tidak ada masalah dia akan bisa melihat kembali setelah perban di lepaskan."
"Terima kasih dok."
"Kau yang membantu merawatnya kan? Kau pernah merawat pasien pasca operasi mata?" Aku menggelengkan kepala. "Ikutlah denganku. Ada beberapa hal yang perlu kau perhatikan saat merawatnya."
"Ohh.. baik dok." Dokter Natalie membawaku ke ruang kantornya. Dia menjelaskan bagaimana merawat Christian. Mulai dari tekanan darah, iritasi, pergantian perban dan lain sebagainya.
Setelah 1 hari Christian di rawat di rumah sakit, akhirnya dokter memperbolehkan Christian untuk rawat jalan dengan mempertimbangkan perkembangannya. Selama sepekan aku sibuk mengurus kebutuhan Christian, dan aktivitas seksual kami sedikit terganggu.
Hari pertama setelah kepulangan kami, Christian sepertinya sangat lelah, dan dia banyak tertidur. Haru kedua setelah kepulangannya, tenaganya mulai pulih, dan dia sudah mulai menggodaku dan aku harus menolaknya secara halus. Hari ketiga, Christian terang terangan mengajakku berhubungan. Dan aku masih menolaknya, dan dengan berat hati dia mau menerimanya.
"Oh... come on Emily... ini sudah hari ke enam... nothing happen to me. I'm feel good and health. You have checked on me. My blood pressure was good.... please.... don't do this to me..." rintih ya seperti anak kecil.
"Chris... aku tidak mau terjadi sesuatu padamu. Aktivitas seksual bisa meningkatkan tekanan darahmu. Dan aku tidak mau pemulihan matamu terganggu karena ini. Tolong ingat dirimu, kau tidak sedang dalam kondisi normal. Aku juga sama menderitanya denganmu. Kau harus bisa bertahan setidaknya sampai besok. Besok perbanmu akan di buka. Aku janji kita pasti melakukannya setelah perbanmu di buka. Oke." Aku mendekatinya dan mencoba menenangkannya dengan pelukanku yang biasanya ampuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Versi Indonesia) (On hold)
RomanceChristian Cole Takdir bagi Christian Cole seperti makanan yang di sajikan di depan matanya. Sedangkan iman bagai minuman yang membuat takdir lebih mudah untuk dijalani. Saat takdir menyentuh sisi sensitif hidupnya dan iman yang menipis, bagaimana di...