Part 5

3K 55 0
                                    

Emily Andersons Pov

Aku terbangun oleh jam alarmku di handphone yang selalu otomatis tersetting. Dalam posisi terlungkup, aku berusaha meraih meja di sebelahku. Badanku terasa penat dan lelah, rasa kantukku membuatku ingin kembali berbaring dan memejamkan mata. Dengan udara yang sedikit dingin, aku meraih selimut untuk menutupiku.

Aghhhh... leherku sakit sekali, aduhhh tubuhku kenapa jadi tidak ada tenaga?

Aku memalingkan wajahku kesisi sebelah masih dengan mata tertutup. Dan aku merasakan hembusan udara hangat di wajahku.

"Aghhh... " aku terkejut dan terjatuh ke lantai, saat itulah aku baru teringat Christian, dia tidur di sebelahku dengan terlanjang dada. Dan aku baru menyadari aku pun hanya mengenakan bra dan celana dalam.

"Hei... kau ingin membunuhku?" Geram Christian, saat aku memukulinya dengan bantal sekeras kerasnya.

"Kamu pria kurang ajar. Beraninya kau memgambil kesempatan dalam kesempitan. Kau bilang kau gentlemen tapi.."

Christian menangkis bantal dan berusaha meraih tanganku. Setelah di dapatnya, aku di piting di bawah tubuhnya.

"Hei... Bisakah kau tenang? Kau bisa membangunkan Jeane dan Tom, mereka akan mengira aku menyakitimu."

"Memang itu kan kenyataannya, kau melucutiku."

"Dengar, aku tidak menyentuhmu. Aku hanya sedikit menciummu."

"Sedikit kau bilang? Nih lihat. Kau sudah melepaskan bajuku saat tidur."

"Baju? What the?" Christian meraba tubuhku dari leher sampai ke atas dadaku. Aku berusaha menepis tangannya.

Manyadari bahwa benar aku yang nyaris tanpa pakaian, Christian bangkit berdiri dari atas tubuhku secepat mungkin seakan dia di tersengat listrik saat bersentuhan langsung dengan kulitku yang tanpa pakaian.

"Kau masih mau memungkiri?"

Christian meraba raba pinggir kasur dan mencari pakaiannya. Oh God. Seandainya dia tahu kalau aku sedang menatap dadanya yang bidang, bulu tipis menjalar di sepanjang dadanya, yang turun dan menghilang di balik celana boxernya.

Bahkan aku masih bisa melihat anggota tubuhnya yang menegang di balik celana boxernya itu. Dengan susah payah aku berusaha mengalihkan perhatianku, tapi apa daya, seakan tubuhnya menarikku dan memaksaku untuk kembali menatap anggota tubuhnya yang berdiri tegak, membuat diriku penasaran, bagaiman rasanya jika dia berada di dalamku.

"Aku tidak melepaskan bajumu. Coba kau ingat apa kau semalam bermimpi atau tidak? Yang kutahu kau menciumku karena kau pikir aku kekasihmu itu."

"Apa? Mimpi?"

"Tidak sadar bukan? Kau mengigau memanggil namanya."  Aku ikut berdiri dan memunguti pakaianku yang berserakan di lantai. Sambil mengingat ingat kembali apa isi mimpiku semalam.

Aku tidak ingat mimpiku. Aku hanya... shit... apa jangan jangan aku semalam menciumnya? Tapi semalam, aku mimpi berciuman dengan Daniel, dan memang terasa sangat nyata bagiku. Apa jangan jangan semalam bukan minpi? Ahhh tidak mungkin aku berciuman dengannya. Tapi kalau benar... aku... oh my God... kenapa aku masih memimpikannya. Apa aku benar benar belum bisa move on dari Daniel? Tidak mungkin.

Aku mengingat ingat kembali kapan aku melepaskan pakaianku. Aghhh... aku sama sekali tidak ingat. Ya sudah lah. Dia pun tidak bisa melihatku ini.

"Apa yang kau lakukan disini. Kau tidak tahu kalau aku sedang mandi." Bentakku saat aku sedang mandi dan Christian tiba tiba masuk bahkan tanpa mengetuk pintu.

Destiny (Versi Indonesia) (On hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang