Christian Cole POV
Hari dimana aku membuka perbanku pertama kali, aku sangat berharap dapat melihat Emily kekasihku untuk pertama kalinya.
Tapi harapan itu hilang, dia tidak kembali bahkan aku sama sekali tidak mendapat pesan apapun darinya. Dan aku mulai menyesali pertengkaran kami di malam terakhir sebelum perbanku di lepas.
Dan sekarang aku memutuskan untuk kembali ke New York begitu aku mendapat informasi mengenai kecelakaan yang di alami oleh Casley tepat di saat aku sudah membuka perbanku. Aku berfikir mungkin Emily membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri. Karenanya aku berencana untuk melihat kondisi Casley terlebih dahulu sebelum aku bisa fokus mencari keberadaan Emily.
Sangat di sayangkan Casley yang terjatuh dari tangga membuat dirinya tidak sadarkan diri. Saat aku datang ke rumah sakit, Sean tidak pernah sedikitpun beranjak dari kasurnya. Kondisinya yang koma membuat kami semua sangat mengkhawatirkannya. Aku akhirnya dapat menghubungi Emily melalui telephone yang kudapat dari Henry. Dan untuk kesekian kalinya aku berhutang budi dengannya.
"Emily... kau kemana saja? Aku sangat mengkhawatirkanmu. Ku kira kau di culik oleh orang yang mengambil kalungmu."
"Sorry Chris... keadaan di rumahku sedikit tidak terkendali. Dan aku harus kembali ke rumah orang tuaku hari itu. Dan sekarang saat aku kembali, kau sudah tidak ada di sini." Aku mendengar nada suaranya yang tertahan.
"Emily... apa kau menangis?"
"Tidak... aku tidak apa-apa. Hmmm kau dimana?"
"Aku kembali ke New York. Casley koma, dan ada pekerjaan yang membutuhkan kehadiranku, karenanya aku kembali untuk tinggal disini beberapa hari. Berapa lama kau akan berada di rumah orang tuamu?"
"Aku masih tidak tahu.... Chris... bisakah aku minta tolong padamu?"
"Ya... katakan saja Emily... bila aku dapat membantumu pasti akan kulakukan."
"Ayahku ingin menjodohkanku, dan aku tidak mau, satu-satunya jalan agar aku tidak di jodohkan, aku harus membawamu bertemu orang tuaku. Tolong bantu aku katakan pada mereka bahwa kau akan menikahiku suatu hari nanti."
"Emily... apakah ayahmu menyakitimu?"
"Hmmm... tidak. Chris... katakan apakah kau bisa membantuku?"
"Ya.. ya... tentu saja. Aku akan datang ke tempatmu akhir minggu ini."
"Terima kasih Chris... aku tahu kau pasti bisa menyakinkan orang tuaku."
"Ya... oh ya. Aku akan menelponmu lagi nanti. Bye." Kataku begitu sopir membukakan pintu untukku.
Masih menggunakan kaca mata hitam untuk menghindari sinar matahari yang terlalu terang, aku berjalan menuju ruang kantorku yang sudah sangat lama rasanya tidak aku datangi. Sekretarisku Rupert sangat terkejut dengan kedatanganku pagi itu.
"Oh... Mr. Cole, anda datang. Mengapa tidak memberiku informasi kalau kau akan datang hari ini."
"Tidak ada yang perlu di besar-besar kan Rupert. Banyak hal yang harus ku kerjakan. Berikan semua data yang kau katakan penting."
"Baik. Oh ya. Apakah aku harus memberi tahu James bahwa kau sudah datang?"
"Tidak perlu. Aku akan menemuinya segera."
"Baik." James... aku duduk di ruangku beberapa waktu untuk menyelesaikan semua project yang membutuhkan persetujuanku. Dengan kondisi kesehatan dan mataku yang sudah bisa melihat seperti semula. Aku merasakan hari yang sangat luar biasa. Meskipun masih ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatiku. Aku akhirnya mengetuk pintu ruang James dan masuk ke dalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Versi Indonesia) (On hold)
RomanceChristian Cole Takdir bagi Christian Cole seperti makanan yang di sajikan di depan matanya. Sedangkan iman bagai minuman yang membuat takdir lebih mudah untuk dijalani. Saat takdir menyentuh sisi sensitif hidupnya dan iman yang menipis, bagaimana di...