Part 4

3K 72 0
                                    

Emily Andersons Pov

Sudah hampir satu minggu lamanya aku bekerja di rumah Christian, meskipun pada awalnya dia sulit menerima, tapi beberapa hari belakangan ini, dia lebih cooperative di banding pertama kali bertemu.

Rasa lelahku memuncak di akhir minggu, dan aku sengaja mempersingkat waktu training dan naik ke kamarku untuk beristirahat, tapi betapa terkejutnya aku saat melihat Karen, salah satu pelayan yang di sewa ibunya Christian sedang memeriksa barang bawaanku.

"Karen... apa yang sedang kau lakukan?" Aku menghampirinya yang terkejut karena kedatanganku yang tiba-tiba. Tapi aku sempat melihat dia memasukan sesuatu ke dalam sakunya.

"Oh ini, tadi kopermu terbuka, dan ada barangku yang terjatuh di dalamnya, makanya aku mencarinya." Karen memasukan kembali semua pakaianku secara asal ke dalam koper.

"Apa kau sudah menemukan yang kau cari?" Kataku sambil menantangnya dengan kesal karena dia tidak membereskan kembali pakaianku.

"Ya... terima kasih. Aku... permisi dulu." Karen bangkit berdiri lalu langsung keluar kamarku.

"Tunggu... " aku memanggilnya saat dia sudah turun setengah tangga.

"Bisa aku lihat apa yang kau masukan ke dalam sakumu?"

"Apa?" Aku menuruni anak tangga, dan berdiri sejajar dengannya di atas tangga. Dan menengadahkan tanganku.

"Sakumu. Aku lihat kau memasukan sesuatu, aku mau lihat barangmu yang ... ouccchhhh" aku menahan sakit yang sangat saat Karen meninju perutku dengan lututnya. Dan dia lari menuruni tangga, aku ikut menyusulnya sambil masih memegangi perutku yang terasa keram.

Aku berusaha menarik pakaiannya sekuat tenagaku. Dan dia menonjok mukaku, secara refleks aku mundur ke belakang dan memecahkan pot di atas meja. Rasa sakit di perut dan mukaku membuatku kehabisan tenaga untuk mengejarnya lagi.

"Emily ... Emily... hei ... sadar... " aku mendengar seseorang memanggil namaku. Masih dengan rasa pening di kepalaku, aku menggosok mukaku yang perih.

"Chris... Karen...?" Aku mendengar suaraku yang sulit keluar dari mulutku sendiri.

"Ya aku tahu. Dia sudah pergi. Kau tidak apa-apa?"

"Ya... ah.. mukaku..." aku merasa sedikit perih di pipiku.

"Kau bisa bangun?" Chris membantuku berdiri. Terdengar serpihan vas bunga yang pecah di kakiku saat menginjaknya.

"Ya... aku rasa dia mengambil barang milikku. Aku melihatnya memasukan sesuatu ke dalam kantungnya."

"Kau tahu benda apa yang di carinya?"

"Aku tidak tahu. Aku harus mengecek di atas, aku permisi dulu." Aku berusaha menaiki anak tangga sambil berpegangan pada rel tangga.

"Emily... aku rasa kita sudah tidak aman di sini, tolong kemasi barangmu, kita berangkat setengah jam lagi."

"Apa? Berangkat kemana maksudmu?"

"Kau akan tahu nanti, kita kehabisan waktu, turuti perintahku, turun kembali dalam 30 menit." Masih bingung dengan apa yang Chris katakan, akhirnya aku naik ke atas dan menuruti perintahnya.

Aku tidak pernah menyangka bahwa Karen yang lemah lembut mempunyai tenaga yang lumayan besar. Seingatku, aku tidak membawa barang berharga saat ke tempat ini, hanya pakaian seadanya. Jadi apa yang dia cari. Sambil menghitung uangku, semuanya ada, jam tangan ada, kunci mobil ada, semua nya lengkap. Jadi.. kalung, aku mencari kalung bajaku. Dan tidak kutemukan dimanapun.

Tapi mengapa dia menginginkannya, aku bisa memberikan padanya seandainya dia meminta baik-baik. Dalam waktu setengah jam aku sudah siap di lantai bawah, sambil menunggu Christian, aku membersihkan pecahan vas bunga.

Destiny (Versi Indonesia) (On hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang