Part 6

2.6K 60 0
                                    

Christian Cole POV

"James ingin aku aku menikah awal tahun. Sepertinya." Jawabku sambil duduk di kursi yang Jack arahkan untukku. Dia berjalan menjauh, dan aku mendengar dia mulai menuang minuman.

"Kau sungguh loyal man. Tak kusangka kau akan menikah juga." Dan Aku tertawa mendengar komentarnya, seandainya dia tahu apa yang baru saja kulakukan pagi ini di rumah Tom bersama Emily perawatku, dia pasti tidak akan menyanjungku seperti ini. Terlebih karena bermain seks tidak aman.

"Oh... shit..." aku teringat kalau aku tidak menggunakan kondom tadi pagi.

"Ada apa?"

"Oh.. tidak."

"By the way, where did you get that girl?"

"Girl? You mean Emily?"

"Who else? Bagus kau tidak bisa melihatnya man, aku khawatir kau akan meninggalkan tunanganmu dan kabur bersamanya, kalau kau bisa melihatnya." Aku tertawa mendengar penilaiannya. Dia baru saja menidurinya tadi pagi. Itu kalau kau mau tahu. Batinku meledekku.

"Ceritakan padaku bagaimana dirinya."

"Sexy and beautiful. That's it. Tapi aku rasa kau jangan tergoda, aku yakin dengan penilaianmu mengenai tunanganmu itu. Dia pasti lebih cantik seperti katamu. Believe me."

Sedikit penyesalan timbul dalam hatiku, meskipun aku belum pernah bertemu secara personal dengan putri James, aku sudah menganggap bahwa kami memang di takdirkan untuk bersama sejak lama. Dan kejadian tadi pagi, membuatku mengkhianatinya secara tidak langsung. Dan sedikit membuatku ragu akan pertunangan kami.

Emily... aku tidak mungkin lupa rasa dirinya saat aku memasukinya, meskipun aku tidak bisa melihatnya, aku tahu lekuk tubuhnya yang indah mengikuti setiap belaian tanganku. Membayangkan dirinya yang terangsang saat aku melakukan itu, membuatku menginginkannya kembali.

Aku teringat beberapa hari sebelumnya saat tiba-tiba aku terbangun karena Emily menutup pintuku dengan keras dan langsung naik ke kasurku.

"Apa yang kau lakukan disini?" Aku bertanya sambil sedikit mendorongnya karena dia memegangi tanganku.

"Chris... izinkan aku tidur disini malam ini. Disini gelap sekali. Aku sama sekali tidak bisa melihat apa-apa, lampu rumahmu padam."

"Ya lalu kenapa? Kau takut?" Lama dia tidak menjawab sampai akhirnya aku sadar bahwa dia benar ketakutan.

"Ya sudah. Malam ini saja."

"Terima kasih." Gumamnya sambil memeluk tanganku lebih erat.

Aku bisa merasakan rasa takut akan gelap seperti dirinya waktu pertama kali menyadari bahwa mataku bermasalah. Rasa gelap yang menyelimuti bukan hanya pasa pandanganku, tapi juga pada kehidupan dan hatiku.

Aku berusaha menarik tanganku, seolah takut aku meninggalkannya, dia malah memegangiku lebih erat.

"Lepaskan tanganku, kita berdua akan lebih nyaman kalau kau tidak memegangi tanganku seperti ini." Aku mencoba melepaskan tangannya, dan menempatkan diriku lebih dekat dengannya. Aku meletakan lenganku di bawah lehernya.

"Nah.. kau bisa meme..." belum habis kata-kataku. Dia sudah memelukku dan aku menepuk punggungnya sambil menghabiskan kata-kataku. "...lukku. Lakukanlah sesuka hatimu."

"Siapa yang bilang aku suka."

"Kau yang datang menghampiri kasurku."

"Ini karena terpaksa. Kalau bukan karena lampu padam aku mana mungkin seperti ini."

Destiny (Versi Indonesia) (On hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang