18

1.1K 119 18
                                    


Sleep With The Devil

18


*


Wajah Tiffany tampak sedih sekaligus kuat membalas tatapan Jongin yang membara.


"Aku tidak bisa hidup hanya sebagai boneka pengganti seseorang. Aku juga punya kepribadian sendiri dan aku lelah."


Kemarahan Jongin yang semula menggelegak langsung surut mendengar perkataan Tiffany.


Kenapa Jongin tidak menyadarinya?

Yang diinginkan Tiffany hanyalah pengakuan bahwa dia bukanlah pengganti Soojung.


Hanya itu. Dan Jongin bodoh karena selama ini tidak menyadarinya.


Baiklah, jika memang itu yang diinginkan Tiffany, dia akan memberikannya.


"Ikut aku." Jongin mengambil tangan Tiffany dan membawanya keluar kamar, dia setengah menyeret Tiffany yang kebingungan menuruni tangga, langsung menuju sayap kebun mawar itu. Sayap rumah di mana lukisan Soojung terpasang rapi di balik pintu bernuansa emas.


Para pelayan tampak mengintip mendengar keributan itu, bahkan Seojoon juga muncul dari depan dengan waspada. Tetapi kemudian langsung mundur ketika menyadari bahwa Jongin membawa Tiffany ke sayap rumah itu.


Jongin berhenti menyeret Tiffany ketika mereka berada di pintu kamar emas itu.


"Kau ingin jawaban, bukan?" Jongin melangkah masuk dan kemudian keluar lagi sambil membawa lukisan Soojung yang semula tergantung di dinding. Lalu melangkah dengan langkah berderap marah meninggalkan Tiffany.


Dengan segera Tiffany mengikutinya, ingin tahu apa yang akan dilakukan Jongin kepada lukisan itu. Jongin melangkah ke halaman belakang, membanting lukisan itu di tanah, dan ketika Tiffany menyadari apa yang akan dilakukan oleh Jongin, semuanya sudah terlambat.


"Jangan!"


Terlambat. Jongin sudah melempar api pada lukisan itu. Dalam sekejam api itu membakar habis kanvasnya yang rapuh. Seluruh lukisan Soojung yang sedang hamil muda dan tersenyum itu habis menjadi arang tipis yang kehitaman dilalap oleh api yang begitu ganas.


Tiffany berdiri terpaku menatap sisa pembakaran itu dan menoleh menatap Jongin dengan bingung. "Kenapa kau melakukannya?"


"Karena..." Jongin tiba-tiba meraih Tiffany dan merenggutnya ke dalam pelukannya. Ciumannya kasar sekaligus mendamba, penuh gairah. Bibir Jongin melahap bibir Tiffany seolah-olah akan mati kalau tidak mencecapnya. Lidahnya menjelajah dengan bergairah, mencicipi seluruh rasa manis Tiffany yang sudah lama tidak dicecapnya. Jongin memuaskan kerinduannya, amarahnya, dan rasa frustrasinya dalam ciuman itu. Sebuah ciuman menggelora yang hanya dilakukan oleh pasangan yang luar biasa merindu.

[EPILOG!] KAIFANY - Sleep With The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang