It's all about me

1.7K 146 2
                                    

Will you regretted with the decision that you take now?

.

.

.


Sena dan Sehun dikejutkan dengan pesan dari Suho, padahal ia dan Sena sedang melakukan hal penting --berciuman di pinggir pantai berdua. Karena itu, Sehun melajukan mobilnya secepat mungkin agar dapat kembali ke Seoul dan menemui Suho untuk membicarakan masalah tersebut. Jadi akhirnya, mereka hanya menghabiskan satu hari dua malam di Busan.

Ini sudah malam, ia takut Sena kedinginan jadi Sehun melambatkan laju mobilnya dan mematikan pendingin mobil nya. Hingga suara selembut kapas milik Sena memecah keheningan.

"Sehun-ah, kau mau mendengar ceritaku?" Ucap Sena memecah keheningan di dalam mobil Sehun.

Sehun hanya mengangguk pelan dan fokus pada jalanan kota Busan. Dan Sena hanya tersenyum, Sehun masih menjadi pendengar yang baik.

"Kau tahu? Aku selalu menulis kenangan kita di buku tua milik ibu. Bahkan setiap kejadian selalu kutulis detail tanpa satupun yang terlewat. Tapi, sekarang aku hanya menulis tak lebih dari enam kata di buku itu Sehun-ah," ucap Sena sambil memandangi pemandangan kota Busan di malam hari. Sedangkan Sehun masih menjadi pendengar setia cerita Sena.

"Kata itu adalah, Hari ini tak berbeda dari kemarin. Walaupun aku mencoba  menulis banyak hal, tetap saja hal akhir yang ku tulis hanya enam kata tersebut. Biasanya dulu, aku selalu menulis tentang betapa jahatnya senior berambut pirang yang dulu memarahiku, menulis tentang betapa banyak aku mencintai seorang Oh sehun, dan menulis betapa aku menyayangi keluargaku." lanjut Sena, dan terkekeh pelan dengan air mata menggenang.

Sena ingat saat ia berpura pura pergi ke toilet hanya untuk memastikan bahwa Sehun masih duduk di bangkunya atau tidak, memastikan bahwa Sehun tidak mendekati gadis lain, dan memastikan bahwa semuanya baik baik saja. Tapi sekarang semuanya rumit, hubungan Sena dan Sehun dulu hanyalah bagai benang yang lurus. Tapi sekarang, tuhan sepertinya menguji mereka berdua. Karena benang lurus di masa lalu telah menjadi gumpalan benang kusut.

Sedangkan Sehun yang sedari tadi memperhatiakn Sena lewat kaca mobilnya hanya diam. Apa Sena mengingat masa lalu mereka lagi?

Kemudian Sena menghapus air matanya dan melanjutkan kalimat panjangnya.

"Tidakkah kau ingat Sehun-ah? Saat kita mengunci gembok cinta di Namsan tower? Sebenarnya, aku masih menyimpan 1 dari 2 kuncinya. Kunci yang kau lempar saat itu adalah kunci kedua. Jadi jika kau ingin mengakhiri janji kita di Namsan," ucap Sena sambil mengeluarkan kunci kecil yang ia jadikan kalung dari lehernya, kemudian memutuskan kalungnya.

"Aku akan kembalikan kuncinya." ucap Sena dan meletakkan kuncinya di gantungan mobil Sehun.

Sehun ingat janji itu, di Namsan dan di bawah salju putih, ia membuat janjinya untuk Sena. Tapi Sehun lagi lagi hanya diam, tak bergeming dengan pernyataan Sena.

Dan hal itu membuat Sena tersenyum seasam lemon. Sena tahu Sehun tak akan menjawab, jadi biarlah. Sena akan menelan semua kekecewaannya akan Sehun bulat bulat.

"Hentikan cerita mu Sena, ini sudah malam. Tidurlah, aku akan membangunkanmu saat kita tiba di Seoul nanti." ucap Sehun mengalihkan pembicaraan.

Untuk malam ini Sena dan Sehun hanya larut dalam ke heningan.

.

.

.

Seoul, Seoul hospital

Brak!!

Suho memukul meja kerjanya keras, hingga tangannya memerah dan Luhan di sampingnya hanya terkulai lesu. Cobaan apa lagi ini? Sedangkan semua tim bedah divisi 1 diam tak bergeming, tertunduk di depan direktur mereka.

Rahang Suho mengeras, jika semuanya benar, bagaimana dengan  Sena?

Luhan --yang berada di samping Suho mengeluarkan kalimatnya setelah lama diam mendengar perkataan tim divisi 1.

"Adakah pengobatan lain? Atau haruskah kita mencari seluruh artikel tentang gagal ginjal di seluruh dunia? Karena aku tidak akan pernah percaya harapan keberhasilan operasi Sena hanya 30%." ucap Luhan masih dalam lesunya.

Suho dan Luhan masih tidak percaya, bahwa operasi Sena hanya akan sia sia. Mereka tahu, bahwa sejak awal persentase operasi Sena hanya memungkinkan dirinya sembuh tak pernah lebih dari 45%. Tapi semua tim dokter menutupinya dari Sena, bahkan Suho dan Luhan pun tak memberi tahu kenyataannya pada Sena. Karena mereka takut Sena kehilangan pegangan untuk sembuh, takut jika Sena sudah pesimis bahkan sebelum melakukan operasi. Itulah alasan mereka. Dan karena Sena masih tetap tersenyum bahkan saat cuci darah dan meminun obat pahit nya, Suho, Luhan dan semua tim dokter tak ada yang berani memberitahu kenyataan ini pada Sena. Takut membuat Sena pesimis akan hidupnya.

Tapi, jika harapan Sena berhasil hanya 30%, mereka harus bagaimana? Atau haruskan mereka mengatakan semuanya pada Sena sekarang?

"Keluarlah, kita bicarakan lagi besok. Noona akan pulang malam ini. Jadi jangan ada yang mengatakan hal ini pada dokter manapun. Hanya aku, Luhan gege dan kalian yang tahu akan hal ini." Ucap Suho sambil menggerakkan tangannya --menyuruh pergi tim bedah divisi 1 agar mereka keluar.

Ketua tim bedah divisi 1 --Park Jimin membungkuk diikuti semua tim, kemudian keluar ruangan.

"Kalau begitu, kami permisi direktur."

Sedangkan Suho hanya diam dan menatap Luhan sayu.

"How can i tell this truth to her, ge?" Ucap Suho yang hanya dijawab dengan gelengan kepala Luhan.

.

.

.

Mobil mewah Sehun telah terparkir rapi di parking lot Seoul hospital. Saat Sehun menolehkan kepalanya pada Sena --yang sedang tertidur, Sehun menatapnya sayu. Wajah Sena pucat sekali sekarang, Sena terlihat seperti mayat hidup jika tidak memakai lipstick nya. Perlahan Sehun keluar dari mobil tanpa mengeluarkan suara, kemudian beralih ke pintu Sena dan membukanya. Sehun menggendong Sena --yang masih tertidur. Sekarang Sena bahkan ringan sekali bak sebuah kapas. Dan masuk ke dalam rumah sakit untuk menemui Suho.

Saat masuk, salah satu perawat --Park Jinyoung yang bertugas menghampiri Sehun.

"Saya yang akan membawa nona Sena tuan, anda sudah ditunggu di ruang direktur." ucap perawat Jinyoung sopan dan mengambil alih Sena dari Sehun.

"Geure, jaga dia baik baik" ucap Sehun --menyerahkan Sena ke gendongan perawat Jinyoung dan berlalu ke lift. Sedangkan perawat Jinyoung hanya mencebik kesal.

"Gayanya saja sok sokan padahal apa, seisi rumah sakit sudah tahu kau menyelingkuhi nona Sena." kesal perawat Jinyoung dan berjalan untuk meletakan Sena --dari gendongannya ke kasur darurat rumah sakit. Tanpa menatap Sehun yang sudah menghilang dalam pintu lift rumah sakit.

.

.

.

Would You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang