Sorry for become a liar

1.9K 148 1
                                    

Just cry, cause i don't think this situation will be good

.


.


.


Seoul hospital, Sena VVIP room

Tidak ada yang baik dalam berdusta, dan Sena tahu betul itu. Tapi, bolehkah saat ini ia berdusta dengan Suho?

"Noona, kau sudah makan obatmu?" Tanya Suho yang tentunya dibalas anggukan oleh Sena.

Mendengar itu Suho tersenyum lega. Noona nya mau memakan obat pahit itu.

Tapi sebenarnya tidak.

Sena tak memakan obatnya. Ya, memang ada beberapa yang ia makan. Tapi, saat ia memasukkan obatnya ke dalam pisang dan mencoba memakannya, perutnya terasa mual. Tak sanggup memakannya lagi. Alhasil, Sena membuang pisang yang telah terisi obat ke kotak sampah. Sena bukannya tidak mau berusaha, tapi obat itu benar benar sangat pahit. Bahkan mungkin tikus tak mau memakannya.

"Operasinya, besok." ucap Suho sambil mengelus kepala Sena.

Sena hanya menggumam. Besok? Tapi perasaan Sena, tenang sekali. Tidak seperti waktu itu, ia gugup setengah mati.

Melihat noona nya yang tidak bergeming, Suho tersenyum yang sebenarnya khawatir akan presentase keberhasilan operasi noona nya.

"Kalau begitu aku keluar, ada beberapa berkas yang harus aku urus." ucap Suho dan keluar dari ruangan Sena.

Perasaan ini tak seperti biasanya, seperti akan ada yang hilang. Tapi apa?

Dan Sena hanya termenung memikirkan operasinya. Tanpa memikirkan Suho yang telah menghilang dibalik pintu.

.


.


.

Suho room

Heels dari sepatu yang dikenakan wanita itu --Aeri bertubrukan dengan lantai hingga membuat suara. Aeri dengan langkah angkuhnya berjalan kearah ruangan Suho.

Saat tiba di depan pintu, Aeri gugup. Gugup sekali bertemu Suho. Tapi sedetik kemudian, Aeri mengetukkan tangannya ke pintu.

Tok! Tok! Tok!

Hingga suara milik Suho mengizinkan Aeri masuk.

"Masuk!"

Mendengar itu, Aeri membuka pintu ruangan Suho perlahan dan masuk.

Tapi saat masuk, Suho yang menoleh kearah Aeri terkekeh kecut dan menatapnya sinis. Buat apa jalang datang keruangannya? Seharusnya nanti, Suho menyemprotkan antiseptic ke seluruh ruangannya. Semua yang melekat pada Aeri adalah haram.

Dan Aeri yang menghetahui tatapan Suho terdiam. Sebegitu bencinya kah Suho pada dirinya? Kemudian Aeri berjalan mendekat ke meja kerja Suho.

"Mau apa? Uang? Sebutkan berapa." ucap Suho sambil menulis beberapa nominal dalam cek nya.

"Kau mau mendengar usulku tentang Sena? Aku yakin ini akan jadi hal baik." ucap Aeri dan menatap manik mata Suho dalam.

.


.


.

Seoul hospital corridor

Aeri tersenyum senang, Suho menyetujui usulannya tentang operasi Sena. Setidaknya, ada hal yang dapat ia lakukan. Senyuman Aeri kian melebar saat melihat ponselnya yang berdering menandakan panggilan seseorang yang bertuliskan nama,

Sehun is mine♡

Aeri mengangkat telponnya, ingin sekali mendengar suara Sehun sekarang. Tanpa sadar bahwa Sena sedari tadi mengikutinya sejak keluar dari ruangan Suho. Awalnya, Sena hanya ingin menemui Suho. Tapi melihat Aeri yang baru saja keluar dari ruangan Suho, entah kenapa kaki Sena gatal ingin mengikutinya. Alhasil, ia mengikuti Aeri sampai ke koridor ini.

"Halo Sehun-ah."

Mendengar itu hati Sena kembali berdenyut nyeri. Kemudian meninggalkan koridor tersebut dengan berlari pelan. Sudah cukup, Sena memang bodoh. Kenapa mengikuti Aeri tadi, mendengar Sehun yang menelpon Aeri malah menyakiti hatinya.

Oh God, should i die now?

.


.


.

Would You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang