Our past

1.8K 150 2
                                    

Every people has a sad story in their own life.

.

.

.

"Aku lelah."

"Untuk kali ini saja, tolong, izinkan aku."

Benar, Sena lelah.

Ini semua terlalu berat. Ia siap menaggung resiko fatal dari operasi nya. Bahkan jika tuhan mencabut nyawa Sena saat di meja operasi, Sena bersyukur karena akhirnya penderitaannya selesai. Karena setiap hari, jam, menit, detik, Sena selalu dihantui rasa sakit yang teramat sangat. Sebenarnya, Sena tak pernah mau berpikiran tentang ini. Karena ia yakin, semua orang mencintainya. Tapi tak bisa dipungkiri, setiap kegagalan operasinya, Sena selalu marah, kecewa, bahkan sempat ingin meloncat dari gedung rumah sakit ini saja. Tapi ia percaya, semua selalu indah pada akhirnya. Karena slogan ini lah yang Sena pakai, yang membuatnya tak pernah ragu akan kesembuhan.

Sedangkan Suho dan Luhan yang masih menatap Sena diam.

Ini lah kenapa, Suho takut memberi tahu kenyataannya pada Sena. Sena terlalu rapuh, bagai bunga dandelion.

"Aku hanya,"

"Ingin melewati ini semua." Ucap Sena setelah lama dalam lamunan dan tangisannya, sambil menatap Suho dan Luhan sayu.

Helaan nafas berat Luhan dan Suho terdengar. Beban berat ini, seharusnya berakhir sekarang. Karena Sena hanya ingin menikmati rasanya bahagia lagi, rasanya bercanda tawa lagi dan rasanya dicintai lagi.

"Aku mohon, kali ini saja." mohon Sena dengan wajah pucat dan air mata yang membasahi wajahnya.

Suho dan Luhan hanya saling menatap, jika mereka setuju, akankah semuanya baik baik saja?

"Baiklah, Sena-ya." final Luhan yabg kemudian disertai hembusan nafas dan Suho yang meninggalkan ruangan.

Memang seharusnya, semua ini tak pernah terjadi. Terlalu banyak seharusnya, sehingga Sena ingin meminjam mesin waktu milik tuhan untuk memperbaiki semuanya. Saat ini yang hanya bisa Sena, Luhan dan Suho percayai adalah keajaiban dari tuhan. Karena tuhan pasti akan memberikan yang terbaik, walaupun itu adalah akhir menyakitkan dan sulit diterima. Semua ini takdir, Sena telah berusaha merubahnya. Jadi sekarang ia hanya bisa menyerahkan semua keluh kesahnya pada sang pemilik nyawa dari mahluk hidup.

.

.

.

At CheonJu Hotel

Aeri membuka pintu hotel tanpa menyadari Sehun yang duduk di sofa sambil menatapnya tajam. Ini sudah malam, tapi Aeri baru pulang. Kemana saja?

"Kau tadi kemana Aeri? Bukankah kau meleponku?"

Aeri menyeringai cantik dan memikirkan kalimat apa yang harus ia putar agar Sehun percaya dengan alasan Aeri keluar dimalam hari.

"Ahh, tadi aku kerumah teman. Rumahnya Sulli." bohong Aeri dan tersenyum semanis mungkin untuk membuat Sehun percaya.

Padahal ia baru saja melakukan Sex kilat dengan seseorang --yang baru ia temui di rumah sakit. Alasan Aeri pergi ke rumah sakit hanya ingin menagih uang yang Suho janjikan padanya. Karena Suho bilang,

Would You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang