Surgery

6 1 0
                                    

“Nathan, bangun, kita sudah sampai!” Ucap Amanda membangunkan Nathan yang tertidur dengan wajah yang sangat pucat. Tunggu, ia pikir itu bukan lah tidur, melainkan pingsan. Meskipun Nathan terlihat sangat pucat dan lesu, namun ia tetap harus bersyukur karena Nathan masih bisa bernafas hingga saat ini, karena dilihat dari lukanya, Nathan bisa saja kehabisan darah. namun ternyata lilitan ikat pinggang pada pahanya itu berhasil menyumbat darah yang keluar meskipun dia tau bahwa rasanya sangat lah sakit.

Amanda membawa Nathan ketempat yang sangat sepi dan tenang, tempat itu terletak tidak terlalu jauh dari daerah Jakarta, namun ia masih sangat mengenal wilayah tersebut, wilayah ini tampak seperti sebuah perumahan pada umumnya. Wilayahnya cukup tenang, ada beberapa bekas pasar dan supermarket, bahkan ada beberapa gedung pencakar langit disini, tapi kenapa wilayah ini sangat sepi ?. Meskipun begitu, Amanda tak memiliki waktu hanya untuk memikirkan itu semua, Amanda pun tetap mencoba membangunkan Nathan untuk waktu yang cukup lama hingga membuat Amanda semakin khawatir dengan kondisinya.

Namun akhirnya setelah beberapa menit Amanda memikirkan hal itu, Nathan pun terbangun dengan mata yang terlihat sangat sayu dan sangat lemah, “akhirnya kau bangun juga, ayo kita harus pindah, aku sudah mencarikan mu pasokan darah, golongan darah mu adalah B dan aku sudah dapat 3 kantung darah golongan B, hanya saja aku tidak tau cara menggunakannya” ucap Amanda sambil menopang tubuh Nathan dan membawanya kesebuah sofa empuk yang ada didalam salah satu ruko di perumahan tersebut.

“jangan khawatir, aku bisa melakukannya, kau tak lupa membeli infus kan?” ucap Nathan dengan nada yang sangat pelan dan berjalan perlahan mendekati sofa tersebut.

“tidak, aku sudah membawanya,” Amanda menunjukkan Kantung darah dan juga infus serta beberapa peralatan bedah yang lain,

“yasudah kalau begitu, ambilkan cutter atau pisau,”

“uh, baiklah, kau bertahan dulu yah”

Nathan hanya mengangguk.

Amanda pun mencari cutter / pisau itu, dia mencari ketumpukan alat bedah yang dibelinya sewaktu diperjalanan menuju tempat ini, ia tak tau apa saja yang harus ia beli sehingga ia hanya berkata “aku harus mengoperasi seseorang yang memiliki luka cukup parah” pada seorang suster di sebuah klinik yang cukup besar, ia bahkan harus berdebat terlebih dahulu dengan suster tersebut karena suster bersikeras mengapa Nathan tidak dioperasi saja diklinik itu, namun ia tak punya waktu untuk berdebat, sehingga akhirnya ia melebihkan uang yang diberikan pada suster itu, dan akhirnya suster itu pun berhenti mengoceh dan langsung memasukkan barang-barang yang kini ada didalam tas merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar.

Amanda pun menemukan sebuah pisau dengan kondisi yang masih sangat baik, ia pun langsung kembali menemui Nathan.

“aku menemukan pisau,” ucap Amanda.

“bagus,” Nathan mencoba untuk duduk dengan merintih kesakitan, “tolong bantu aku!”

“pasti, apa yang mau aku bantu?”

“longgarkan ini!” ucap Nathan sambil memegang ikat pinggang yang melilit paha sebelah kirinya, “jangan peduli dengan suara ku, cepat lakukan saja!”

“Baiklah,” Amanda pun melonggarkan ikat pinggang tersebut, kemudian Nathan mengisyaratkan untuk memotong celana Jeans-nya pada bagian lukanya itu, dan Amanda pun memotongnya dengan menggunakan pisau tadi.

Luka yang ada pada paha kiri Nathan sekarang sangat terlihat jelas, luka itu nampak seperti luka tusukan benda yang sangat tajam, “paku” gumam Amanda. Bukan hanya 1, melainkan ada 3 lubang, 1 lubang sangat lebar yang kemungkinan karena robek sedangkan 2 lubang yang lain tak begitu besar namun terlihat cukup jelas lubang yang ada diluka itu.

Chapter of Dream : 1st MonthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang