16

1.4K 201 38
                                    


Dengan malu-malu, gadis itu mengusap rok bergambar bunga yang ia kenakan, pakaian yang dipilih oleh ibunya ketika (Name) meminta saran pakaian yang terbilang santai namun cocok untuk kegiatan hang-out bersama. Bukannya mendapatkan pakaian yang gadis itu kira, ibunya memberikan kemeja yang panjangnya sampai di atas lututnya berlengan pendek, dipadukan dengan rok sepanjang betis bergambarkan bunga yang sedikit transparan—intinya, pakaian yang tentunya akan jarang (Name) pakai kecuali dipaksa atau terpaksa.


'Kukira Ibu akan membiarkanku memakai pakaian yang kuminta, ternyata dia tidak terima pilihanku,' batinnya dari hati. Manik (e/c)nya terfokuskan pada sepasang sepatu mary jane hitam yang ia pakai. Sesaat wajahnya merona, mengingat hari ini adalah pertama kalinya ia akan pergi kencan—mengikuti kencan buta yang Chiyo tawarkan saja tidak pernah, apalagi kencan biasa.


Gadis itu kembali mengingat-ingat percakapannya dengan Iwazumi saat dia masih berada di rumah—"Tunggu aku di stasiun dekat Seijoh. Kau tidak perlu terburu-buru, hari ini aku ada latihan pagi—akan kupastikan selesai sebelum jam sembilan!", itu katanya. Berkat kata-katanya, ibunya langsung memaksa (Name) untuk berdandan lebih rapi.


Perlahan gadis itu mengeluarkan ponselnya sendiri, tidak ia nyalakan, namun ia gunakan untuk bercermin sejenak. Rambutnya sudah tersisir rapi—bahkan sekarang rambutnya sudah terkepang dengan rapi, semuanya berkat kerja keras ibunya yang ingin melihat anaknya tampil dengan pantas—bukan hanya keluar memakai rok selutut dipadukan sweater atau kaus yang cocok untuk keluar, atau intinya terlalu santai.


Saat layar ponselnya menyala, (Name) langsung membaca sebuah pesan yang ia terima—pengirimnya lain tak lain adalah Tendou Satori sendiri. Gadis itu hanya menghela nafas, sembari membaca pesan yang ia terima dengan perlahan. Tanpa perlu membaca isinya dia sudah tahu apa yang seniornya kirimkan padanya. Tentunya pasti meminta (Name) untuk membatalkan rencananya atau mungkin beralih menghabiskan waktunya bersama dengan tim Shiratorizawa.


Bukannya membaca pesan itu, (Name) hanya membiarkannya saja—memang terbilang kejam, tetapi kalau dia membalas yang ada Tendou tidak akan berhenti mengirim dan mungkin saja mencari keberadaan sang manajer saat ini. Setidaknya untuk saat ini sebaiknya dia tidak terlalu memikirkan timnya.


Tanpa ia sadari, gadis itu larut dalam pikirannya sendiri, membayangkan apa yang Iwaizumi rencanakan dan apa yang akan terjadi setelah itu. Timnya sudah tahu rencananya untuk pergi kencan, mereka juga mulai berperilaku cukup aneh setelah mendengarnya—bahkan Kawanishi dan Shirabu yang biasanya tidak peduli, sedangkan Ushijima, meskipun (Name) tahu dia terlihat terlalu suka dengan hubungan manajer timnya dengan ace tim Aoba Johsai, hanya mengatakan pada (Name) untuk menikmati waktunya. Pandangannya masih terfokuskan pada layar ponselnya sendiri, yang sudah lama mati, sampai dia mendengar namanya dipanggil dari kejauhan.


"(Surname)! Maaf membuatmu menunggu!"


(Name) mendangak, manik (e/c)nya segera melihat Iwaizumi yang berlari mendekat. (Name) langsung memperhatikan pemuda itu, terutama pakaiannya. Kaus hitam berlengan panjang dengan lengannya ia lipat sampai sikunya, celana panjang berwarna kelabu, dan sepatu olahraga hitam—ditambah tas selempang abu-abu . Memang terkesan monoton dan monokrom—tapi (Name) sendiri juga dominan berwarna putih.


Langkah Iwaizumi memelan, pada saat itu juga dia memperhatikan gadis dihadapannya tersebut dari ujung kepala hingga kaki. Rona merah menghiasi pipinya ketika melihat pakaian yang dikenakan oleh gadis itu dan juga dandanannya yang lebih terkesan simpel dan natural. Dia tidak mengucapkan apa pun, namun terus memperhatikan (Name) sampai gadis itu sendiri mulai merasa gugup.

Liberosis ⎾Haikyuu!! Fanfiction⏌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang