(Name) menghela nafas panjang sembari mengocok botol minuman di tangannya. Setelah kejadian kemarin malam, (Name) sama sekali tidak dapat menatapi Oikawa—bahkan Iwaizumi juga. Sementara itu sang kapten tim Aoba Johsai berusaha mati-matian untuk mendapatkan kesempatan berbicara berdua dengan manajer Shiratorizawa tersebut. Sayangnya pemuda itu tidak mendapatkan satu pun kesempatan.
Ketika di lapangan, tentunya akan sulit untuk berbicara dengan para manajer, mengingat tugas mereka. Sementara ketika ada waktu senggang, (Name) selalu ditemani oleh orang lain, entah sesama manajer atau anggota tim. (Name) tidak tahu kalau merasa beruntung atau merasa semakin canggung, karena semakin lama waktu berlalu, tatapan Oikawa semakin jelas—sampai yang lainnya dapat menyadari hal itu.
Bahkan saat ini (Name) dapat merasakan tatapan pemuda berambut cokelat tersebut, seakan-akan (Name) adalah mangsa dan Oikawa adalah sang predator. (Name) juga tidak akan terkejut kalau Oikawa akan benar-benar menerjangnya ketika tiba kesempatan untuk berbicara berdua.
Sebuah senggolan pelan di lengannya menyadarkan (Name) dari lamunannya. Ketika dia menengok, ia melihat manajer manajer dari Ubugawa, Miyashita Eri, menyeringai lebar. Tanpa menunggu (Name) mengucapkan apa pun, ia mendahuluinya dengan berdiri lebih dekat dengan gadis itu.
"Hei, hei... hubungan macam apa yang kau miliki dengan kapten dari Seijoh itu?" tanyanya dengan penuh semangat. "Sepertinya dia menatapimu dengan sangat intens, semuanya menyadarinya, lho! Apa ini berhubungan dengan pertengkaran sepasang kekasih?" tebaknya, jelas-jelas mengada-ada.
Eri tidak menahan dirinya dari tertawa ketika melihat wajah masam yang ditunjukkan oleh (Name). Beberapa manajer yang berada di dekat mereka juga ikut tertawa. Otaki Mako dari Shinzen juga ikut mendekatkan diri. "Ooh, atau jangan-jangan kau menemukan rahasianya dan dia memastikan kalau kau tidak akan menyebarkan rahasia itu?"
"Atau mungkin kau membuang makanan favoritnya di depan wajahnya?" kali ini Yukie ikut berbicara. "Tentunya kalau aku korbanmu, aku tidak akan memaafkanmu. Kalau (Name)-chan melakukannya, aku masih bisa memaafkannya, asalkan kau membelikan aku lima porsi makanan favoritku!"
(Name) menghela nafas pendek. "Tolong ampuni aku, Yukie-san. Aku juga seorang pelajar, uangku bisa habis kalau begitu," gumamnya lesu sembari menatapi manajer kelas tiga tersebut. Yukie sendiri hanya tertawa dan menepuk bahu (Name) untuk menenangkannya. "Dan juga, aku tidak punya hubungan apa pun dengan Oikawa-san. Kami hanya kenal satu sama lain secara kebetulan."
"Tetapi, dia memanggilmu dengan nama panggilan," Shimizu Kiyoko dari Karasuno ikut berbicara. "Menurutku, dia juga ingin sekali mendapatkan perhatianmu. Bahkan sekarang ini dia juga sedang menonton, kau tahu."
Mendengarnya, (Name) membeku di tempat. Dia hanya diam untuk sesaat, menahan dirinya untuk tidak melihat ke belakang. Setelah berpikir untuk beberapa saat, barulah dia menatapi Kiyoko. "Bisa saja dia memperhatikanmu, Kiyoko-san. Terutama dengan kecantikan Kiyoko-san," ucapnya.
Manajer-manajer lainnya bergumam mendengarnya. "Benar juga, ya," gumam Suzumeda Kaori. "Ah, tapi tetap saja jelas kalau dia memperhatikanmu, (Name)-san! Apa jangan-jangan kau mengabaikannya karena malu ditatapi seperti itu?" tanyanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Liberosis ⎾Haikyuu!! Fanfiction⏌
FanficLiberosis(n)The desire to care less about things. "Maukah kau pergi kencan denganku?" Semuanya diawali dengan pertanyaan itu, dari seorang pemuda yang kebetulan sering (Name) temui di toko buku favoritnya. (Name) sendiri tidak menyangka kalau hanya...