15

912 71 7
                                    

Cinta tak bisa tiba-tiba ada, seperti sebuah batu. Ia harus dibuat. Layaknya sebuah roti: akan selalu dibuat ulang untuk menghasilkan yang baru.
Ursula K. Le Guin

Selepas sholat ashar,Halwa baru ingat jika ia meninggalkan handphonenya dirumah Namjoon. Ia pun segera kembali kerumah Namjoon namun ia memilih berjalan lewat jalan pintas agar mempersingkat waktu. Saat ia melewati jalan yang sepi tiba-tiba sebuah mobil berhenti,dan menghadang perjalanan Halwa.

"Hai,Halwa. Sekarang kau sendiri kan. Aku akan melihat bagaimana kekuatan wanita yang kamu katakan waktu itu." ucap laki-laki itu.

"Ji Ho untuk apa kamu mencegatku disini...?" kaget Halwa mengetahui bahwa Ji Ho yang pernah menganggu Alya kini tengah menghadang dirinya.

"Aku hanya ingin membalaskan dendam pada adikmu  lewat dirimu." ucap Ji Ho yang membuat Halwa khawatir. Halwa pun berusaha untuk melarikan diri namun ada 3 orang pria yang menghadangnya. Tiga pria itu memegangi dirinya.

"Apa yang kau inginkan..? Tolong lepaskan aku." teriak Halwa meronta-ronta.

Plakk.. 

Tamparan keras mendarat di pipi Halwa. Membuat matanya berkaca-kaca. Halwa tidak bisa berbuat apa-apa dia tidak bisa bela diri seperti Alya terlebih lagi sekarang kedua tangannya depegangi oleh preman-preman itu.

"Itu balasan atas adikmu yang telah mempermalukanku."ucap lelaki itu dengan tatapan sinis

Plakk..
"Dan ini untuk mu yang  ikut campur masalahku dengan Alya."tamparan kedua membuat pipi Halwa semakin memerah kesakitan.

"Sayang sekali wanita cantik sepertimu itu disiksa. Lebih baik kita bermain saja di ranjang tunjukkan padaku bagaimana kekuatan seorang wanita yang kau maksud." ucap pria itu dengan tawa khasnya sembari membelai wajah Halwa, membuat Halwa semakin ketakutan.

"Lebih baik aku mati daripada harus seranjang dengan orang sepertimu." ucapan Halwa dihadiahi tamparan lagi yang membuat bibirnya terluka.

"Lepaskan aku..!!" teriak Halwa saat tiga orang pria tadi mengikat tangan Halwa dengan tali yang mebuat Halwa kesakitan.

"Tutup saja mulutnya agar dia tidak berteriak terus,aku pusing mendengarnya." ucap Ji Ho yang segera dilaksanakan oleh orang suruhannya itu.

"Jangan....!! Kumohon." namun semua pinta Halwa hanya dianggap angin lalu bagi mereka. Mereka membekap mulut Halwa dengan sapu tangan yang telah diberi obat bius. Perlahan namun pasti Halwa kehilangan kesadarannya.

Syahadat Cinta Untuk Halwa(Faith,Love,and Destiny)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang