[10] Memahami

1K 210 6
                                    

"Gred, sana jangan ganggu aku."

Maureen menutup wajahnya dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya digunakan untuk mengusir anjing itu. Gadis itu merasakan sapuan basah di tangan kirinya, disusul gonggongan pelan agar Maureen terbangun dari tidurnya. Cara Gred berhasil, karena tak lama setelahnya Maureen bangkit dari tidurnya dan duduk bersandar di dinding dengan posisi tangan memangku wajah.

Terlihat lingkaran hitam di sekeliling mata pertanda kurang istirahat. Itu benar karena Gred terus mengganggunya sepanjang malam. Maureen menguap dan meregangkan otot tangan, lantas mengusap-ngusap kelopak matanya.

"Nah, Gred, aku sudah bangun. Kembali ke tempatmu."

Gred menggonggong cukup keras.

"Apa lagi, huh?"

Gonggongan kembali menggema. Gred mendekat pada penunjuk waktu yang berada di atas nakas. Tanpa ragu anjing itu menggigitnya lalu membawanya mendekat pada Maureen. Lantas anjing itu melakukan hal yang sama untuk memberikan Maureen sepucuk surat dari nakas.

Isi suratnya sebagai berikut:

Anakku, Maureen. Bibi ragu membangunkanmu tadi, jadi bibi menuliskan surat ini.
Seseorang akan datang untuk mengirimkan paket ke rumah. Jaga paketnya baik-baik, isinya penting. Paket datang sekitar pukul setengah delapan. Jaga rumah ya, Sayang.

Tertanda,
Bibi Deana.

Jantung Maureen berpacu cepat. Irisnya melirik waktu yang ditunjuk oleh penunjuk waktu. 07:29. Satu menit lagi. Maureen harus berterimakasih kepada Gred yang tidak goyah membangunkan dirinya.

07:29.

TING-TONG.

Maureen berlari tergesa keluar kamar untuk membuka pintu utama. Gred menggonggong mengikuti dari belakang. "Tak ada waktu untuk merapikan diri," pikir Maureen.

Jarinya terulur memutar knop pintu. Sosok siren dengan tinggi semampai serta telinga kiri ditindik anting. Maureen tahu benar siapa yang datang. Senyuman pemuda itu bagai lelehan es krim coklat ... manis. Ia menenteng beberapa bingkisan berwadahkan tas kerang.

"Lucas?" Maureen tertegun hingga melongo di tempat.

Lucas menelusuri daftar barang, lalu menyodorkan bingkisan kubus kepada Maureen. Dari jarak lima puluh senti dari wajah, aroma isi dari bingkisan mulai tercium. Aroma manis dari beri merah, juga rasa segar dari mint air. Bibi Deana ternyata memiliki hobi mengoleksi jenis farfum. Maureen sendiri agak asing dengan aroma-aroma ini. Namun, pertama kali menciumnya gadis itu langsung menyukai aromanya.

"Apa kabar, Maureen?"

Gadis itu tak membalas. Ia malah sibuk memperhatikan penampilan Lucas dari pucuk kepala sampai ujung kaki. Lucas mengubah persepsi Maureen tentang tukang pos. Ternyata di negeri bawah air ini ada tukang pos jahil dengan tingkat kepercayaan diri tinggi sejenis Lucas. Jika dilihat pemuda itu cocok dengan pakaiannya, rompi merah tua berpadu dengan tanda pengenal di dada bagian kanan. Rambutnya bahkan terlihat memanjang hingga ke telinga dengan ujung ke coklat ke jingga-jinggaan.

Apa pun itu, Lucas terlihat lebih fresh. Maureen betah menatap pemuda itu berlama-lama. Jentikan jari pelan menyadarkan gadis itu dari keterpesonaannya.

"Yo, Manusia? Kamu kenapa?"

Maureen meringis mendengar panggilan pemuda itu untuknya. "Aku kaget. Ternyata Lucas yang kukenal bisa tampan juga."

"Maksudnya kemarin-kemarin aku enggak tampan gitu?" ujar Lucas protes.

"Nah, itu tahu." Maureen menguap beberapa saat setelahnya. "Oke, terimakasih untuk paketnya. Aku mau tidur lagi."

Gadis itu memasuki pintu berganggang-ganggang batu danau. Langkahnya tertatih-tatih. Dalam diam Lucas memperhatikan gadis itu dari belakang. Maureen menyusut ... lagi. Namun, sepertinya ia belum menyadarinya. Lucas tetap memperhatikan sampai pintu kayu itu menutup dan menyembunyikan tubuh Maureen. Semenjak penyusutan pertama Lucas menjadi lebih berhati-hati kepada Maureen. Pemuda itu tidak berani menanyakan hal ini secara gamblang, terlebih ketika melihat gadis itu yang masih trauma dua hari yang lalu.

Untuk sekarang, walaupun keadaan Maureen telah membaik. Lucas tidak berani ambil resiko untuk memupuskan kebahagiaan gadis itu. Yang harus dilakukannya hanyalah mengawasi dan mencari cara agar penyusutan itu segera terhenti. Jika satu-satunya cara adalah membawa Maureen kembali, ia akan tetap melakukannya. Sayangnya Tetua Mathias belum kembali sampai saat ini.

***

"

Masuklah," ujar Lucas mempersilakan Maureen terlebih dahulu. Sebelumnya Mathias meletakan cangkang kerangnya di gantungan depan sebelum akhirnya memasuki rumah. Tak ada barang elektronik tentu saja karena berisiko terjadinya korsleting atau hubungan pendek arus listrik yang menyebabkan setruman melanda tempat berair ini. Juga, siren-siren ini bahkan tidak mengenal apa itu listrik. Kertas sebagai media tulis digantikan oleh daun lontar air. Mereka tidak menggunakan tinta, melainkan batang kayu runcing yang memberikan efek warna putih pada lontar coklat ketika digoreskan.

Dinding terbuat dari batuan granit yang banyak ditemukan di dasar danau. Maureen terkagum-kagum ketika memasuki tempat ini.

"Lucas, kamu sudah pulang-" Suara serak itu terhenti. Maureen memperhatikan sosok tua yang datang dari ruangan berbeda. Ia pasti nenek Lucas, yang sering pemuda itu ceritakan. Wanita renta itu berenang perlahan mendekati Maureen.

"Siapa yang kamu bawa ini Lucas?" tanya nenek itu.

Maureen tersenyum kaku, bukan hanya senyum melainkan seluruh anggota tubuhnya. Saking kakunya, nenek itu bahkan dapat merasakan jemari Maureen yang bergetar ketika nenek itu sentuh. "Ada apa denganmu, Nak? Kenapa gemetar?"

Gadis itu melirik tanpa menjawab. Lucas menatap dengan kening berkerut. Tatapannya tertuju pada manusia dan seorang siren di hadapannya. "Ada apa dengan mereka?"

Getaran di tubuh Maureen semakin keras terasa. Jantung gadis itu berdegup kencang. Maureen merindukan neneknya yang telah lama tiada. Hari ini takdir mempermainkannya dengan mempertemukan gadis itu dengan seseorang yang sangat mirip dengan neneknya.

To be continued.
826 word.

[A/N]

Gyahaha, makin ke sini makin pendek aja partnya 😯. Yg penting up kan, ya. Revisi setelah part lengkap (mungkin aku perpanjang direvisiannya).

⚪Dyahputri⚪
(11/08/2018)
19:57

Underwater World: Gate of Berry Head ArchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang