"Manusia berekor adalah monster pemakan daging!" seru Alex dengan keras hingga mengejutkan kakek yang duduk di kursi goyang.
Aku ingin menjewer telinga bocah di sampingku ini yang baru saja meneriakan salah satu kalimat dari buku Aqua City.
"Apa itu, Nak? Bikin kakek nyaris copot jantung saja," ujar kakek yang sudah hilang kagetnya dan kini menyeruput teh.
Ibu datang dengan potongan buah apel. Alex menyambutnya gembira. Bocah itu segera duduk manis bersama garpu di tangannya.
Aku ikut-ikutan mencicip beberapa potong apel sebelum kembali fokus pada bacaanku.
"Kak Maureen dari kemarin baca apa, sih? Serius banget," ujar Alex dengan suara menggemaskan.
Aku menoel hidungnya hingga Alex berjengit. "Rahasia."
Wajah bocah itu cemberut. Aku menaikkan kacamataku yang merosot, lalu tertawa pelan.
Kakek bangkit dari duduknya. Ibu pergi ke dapur, lalu kembali membawa nampan yang di atasnya terdapat teko berisi teh serta cangkir.
"Nah, anak-anak, siapa yang ikut piknik siang ini?" ujar kakek yang kini bergabung bersama kami.
"Alex ikut!" jawab Alex senang.
"Ya, semuanya harus ikut," timpal ibu sembari menuangkan teh untuk kami semua.
Piknik? Aku sebenarnya sedang malas untuk pergi keluar. Namun, karena mereka sudah sepakat mau bagaimana lagi.
"Jadi, sudah diputuskan. Setelah ini kita akan langsung berangkat. Sasi, kau siapkan makanan yang banyak. Kita akan berpiknik!" Kakek berseru. Alex menyambut dengan tepuk tangan. Ibu tersenyum tipis.
Melihat Alex yang ceria membuatku ikut tersenyum. Alex adalah tetangga kami. Dia bocah yang kesepian, selalu sendirian di rumahnya yang besar. Ayah dan ibu kandungnya sibuk bekerja. Aku, ibu, dan kakek sudah menganggapnya bagian dari keluarga kecil kami.
"Kakek, aku mau menangkap ikan yang besar untuk ibu!" Alex berseru lagi.
"Ya, tangkaplah nanti, ya." Kakek terkekeh. "Tapi jangan lupa bantu kakek mencari cacing untuk memancing."
Kudukku meremang. Cacing katanya? Itu makhluk yang menggelikan bagiku.
Aku kembali membaca bukuku. Unik, mengisahkan perjalanan penulis yang menemukan kota di bawah laut. Ini seperti cerita fiksi yang ada di pasaran. Penulis bertemu dengan manusia aneh yang bertubuh setengah ikan. Namun, di sini dijelaskan bahwa makhluk itu tidak seperti yang kita kenal, mereka tidak baik seperti Ariel, melainkan sebaliknya.
Aku menutup buku, memilih untuk membantu ibu menyiapkan bekal piknik.
***
Ibu menggelar tikar di rerumputan dan mengeluarkan baguette dari keranjang piknik. Dipotongnya roti panjang itu, lalu mengoleskan krim keju di atasnya.
"Maureen, bantu ibu mengoleskan ini."
Aku segera mendekat dan duduk di samping ibu.
"Coba saja kalau ayah di sini bersama kita," ujarku pelan. Kupandangi bentangan danau yang luasnya tak terkira, lalu kembali menekuni olesan roti.
"Dia sibuk untuk kamu, Maureen, untuk kita," jawab ibu yang membuatku tidak sampai hati karena mengatakan hal sensitif.
"Ah, ibu, jangan lupa tehnya." Aku berseru cepat.
Ibu tersenyum. "Sudah ibu bawa."
Dasar, harusnya aku lebih hati-hati. Lihat, ibu jadi sedih. Aku merutuk diriku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Underwater World: Gate of Berry Head Arch
Fantasía[SEASON 1 EPISODE LENGKAP] [SEASON 2 SEDANG BERJALAN] Mauren tak menyangka hidupnya akan semenakjubkan ini. Semua karena batu unik, Berystone yang ia temukan. Terperangkap dalam dunia paralel bawah air, penyusutan bentuk tubuh, hingga serangan sire...