Maureen berusaha mengumpulkan energi setelah tersadar dari pengaruh obat tidur milik Julie. Sementara Julie sendiri pergi karena merasa telah menyelesaikan tugasnya ketika Tetua Mathias kembali. Beberapa waktu setelah kepergian siren medis itu, dengan kondisi yang belum pulih benar, bahkan Maureen masih harus mendengarkan hujatan kebencian yang tertuju ke arahnya.
Semua demo serta amuk siren ini dipimpin oleh Shimpony. Shimpony sengaja mengumpulkan mereka semua di sini, mengadu domba mereka agar memihak pada gadis siren tersebut. Sementara Maureen berusaha menenangkan diri dalam duduknya.
Beberapa menit sebelum insiden ini berlangsung. Deana tengah memijat pelipis Maureen untuk menghilangkan peningnya. Namun, tiba-tiba sorakan di luar rumah memmbuat mereka bergegas mengecek keluar rumah. Terlihat Lucas berusaha menahan emosi di sebelah Shimpony, yang mengomando para siren membuat rusuh.
"Usir dia, usir manusia pembawa sial itu! Karena dia negeri kita hancur. Dia pembawa petaka! Bunuh saja!"
Deg. Detak jantung Maureen berpacu cepat. Ia sungguh bingung, kesalahan apa yang telah dilakukannya kepada sekelompok siren ini. Maureen tidak pernah meminta untuk dibawa kemari, sama sekali tidak pernah. Mengetahui itu, pantaskah dirinya disalahkan?
Sorot kebencian yang terpancar di iris indah Shimpony membuat Maureen semakin tertegun. Shimpony sendiri sedang tidak dalam keadaan sehat. Gadis itu duduk di atas tandu licin berbahan kerang mutiara yang diangkat oleh beberapa siren lain. Bahkan dengan keadaan seperti itu, Shimpony masih ingin memperlihatkan rasa bencinya seperti ini. Maureen memperhatikan sosok siren bersurai putih yang nyaris mirip dengan Shimpony. Pria siren itu diam tak bergeming, sorotannya tak tertebak. Ia berbeda, tidak seperti siren lain yang tak henti menghujatnya. Irisnya seolah duplikat dari milik Shimpony.
Maureen terkejut ketika Deana membisikannya sesuatu, "Yang kamu lihat itu Tetua Mathias."
Bahkan Tetua Mathias membela adiknya sendiri?
Ke mana Maureen harus mencari perlindungan?
Ia ingin kembali ke darat. Walau pun kehidupan sekolahnya tidak mengenakan, setidaknya ia tidak akan menyusahkan seperti di sini. Maureen tidak memiliki apa pun untuk membayar kebaikan Deana. Maureen melihat bagaimana perjuangan Lucas membelanya dari berbagai hujatan tersebut. Namun, sayangnya Lucas kalah jumlah. Seorang siren remaja melawan kumpulan siren yang terbawa amarah, yang benar saja.
Semua kehebohan ini masih berlanjut, hingga akhirnya Tetua negeri itu angkat bicara. "Sudah Shimpony. Hentikan."
Semua terdiam, berbeda dengan Shimpony yang membelalakan mata. "Dia penyebabnya, dia pembawa sial. Lihat negeri kita, hancur karena ulahnya!" Shimpony berteriak.
"Shimpony," ujar Tetua Mathias mencoba tidak terpancing.
"Kakak! Seharusnya kamu dukung aku!"
Plakkk.
Semua siren terperanjat, tak terkecuali Maureen. Sesuatu yang baru saja tersuguhkan tidak seharusnya terjadi. Mathias menampar Shimpony dan Shimpony harus berakhir dengan diam di tempat. Shimpony sungguh tidak menyangka kakaknya tega melakukan ini terhadapnya. Semua pasang mata tak ada yang berani bersuara. Gemercik air mengisi kesunyian.
Shimpony menunduk di tempat. Ia malu, malu diperlakukan seperti ini di hadapan banyak orang. Kakaknya berubah, Mathias berubah. Mathias tak lagi menjadi seorang kakak yang selalu membelanya. Bahkan tetesan air mata Shimpony tak terlihat karena melebur dalam air. Untuk pertama kalinya Mathias membuatnya menangis.
"Baik, ada yang ingin bicara lagi?" tanya Mathias tanpa ekspresi.
Tak ada yang menyahut. Bahkan sekadar berkutik pun tidak ada. Masih gemercik air yang mengisi kesunyian, beserta detak napas mereka yang berpacu semakin cepat. "Pikirkan dengan kepala dingin. Hujatan, umpatan kalian. Bisa merubah keadaan?"
Lagi-lagi semua memilih diam. Shimpony mulai terisak di belakang sana. Bahunya bergerak naik-turun, hembusan napasnya tidak normal.
"Yang kubutuhkan hanya relawan untuk pergi ke Berry Head Arch. Tiap seratus tahun sekali berystone ditumbuhkan di sana bersamaan dengan lenyap kekuatannya. Sayangnya ... aku tidak dapat meninggalkan tempat ini untuk sementara waktu. Sisa berystone masih harus dijaga."
Maureen berdiri dengan tubuh mungilnya. Lingkaran hitam menghiasi sekeliling matanya. Wajah gadis itu pucat serta sayu. "Aku mau."
Pandangan terkejut semua siren terarah kepadanya. Bahkan tanpa disadari terdengar pekikkan kejut di sekitar. Maureen masih berdiri kokoh ketika Lucas menghampiri dan menggoyangkan bahunya pelan. "Maureen, jangan bercanda. Kamu lagi enggak sehat."
Maureen tersenyum simpul, pertama kalinya ia merasa senyumnya lepas. Gadis itu mendekat ke arah Mathias dan menatapnya dengan tampang memohon. "Mereka mengganggap aku bersalah. Sebagai permintaan maaf, ijinkan aku pergi ke sana. Ijinkan aku mengambil kunci pulangku ke darat."
"Maureen," ujar Deana lirih. Wanita itu terisak di sebelah Maureen.
lagi-lagi Mathias memperlihatkan raut tak terbaca. Namun, kali ini sorot matanya menunjukkan sebercak khawatir. "Kalau itu maumu. Apa boleh buat—"
"Biarkan aku ikut!" potong Lucas.
Maureen menggeleng keras. Gadis itu tidak rela Lucas terluka karenanya, lagi pula pemuda siren itu sudah terlalu baik kepadanya akhir-akhir ini. Maureen tidak ingin merepotkan orang lain.
Maureen bersuara, "Jangan—"
"Akan kupastikan aku ikut," ujar Lucas sebelum berlalu pergi dari sana.
Kesunyian merebak kembali. Tak ada yang bisa berkata-kata. Bahkan Shimpony yang semula menangis sesenggukan tertegun di tempatnya saat ini. Akhirnya ... Maureen masuk dalam rencananya. Gadis manusia itu menggali lubang kuburnya sendiri. Sejak awal tidak ada yang ingin mengambil batu keramat itu dari Berry Head Arch, mengapa?
Karena semua siren bahkan takut hanya dengan mendengar namanya. Jalan menuju tempat itu berbahaya. Melewati pusaran mematikan dan kumpulan siren liar di daerah selatan. Gadis siren itu boleh bernyali tinggi ketika mengajukan diri kepada Mathias. Namun, Shimpony telah menebak bagaimana gadis manusia itu akan menangis ketakutan dalam perjalanan. Hanya satu hambatan yang ada Lucas.
To be continued.
854 word⚪Dyahputri⚪
(20/08/2018)
22:13
KAMU SEDANG MEMBACA
Underwater World: Gate of Berry Head Arch
Fantasy[SEASON 1 EPISODE LENGKAP] [SEASON 2 SEDANG BERJALAN] Mauren tak menyangka hidupnya akan semenakjubkan ini. Semua karena batu unik, Berystone yang ia temukan. Terperangkap dalam dunia paralel bawah air, penyusutan bentuk tubuh, hingga serangan sire...