[30] Penyelesaian (Musim I - Tamat)

1.1K 160 32
                                    

Di saat semua siren bergembira karena dunia bawah air kembali menormal. Beberapa sosok terlihat berkumpul di satu titik. Deana tak henti-hentinya menangis memeluk Maureen, sedangkan Lucas berdiri di sebelah Alex dan mengusapi pucuk kepala anak itu. Mereka harus menjalani perpisahan yang kata banyak orang digambarkan dengan rasa pahit. Maureen tersenyum di balik bahu Deana. Walau air mata wanita siren tersebut meluruh dan melebur dalam air. Namun, terlihat dari pola napasnya yang sesenggukan. Deana akan merindukan Maureen, begitu pula sebaliknya.

Karena Deana telah menganggap Maureen sebagai anak sendiri. Merawatnya ketika menyusut dulu. Setelah selesai dengan Deana, Maureen berjongkok agar sama tinggi dengan Gred. Anjing itu menggonggong dengan kepala yang diusap-usapkan ke kaki Maureen. Maureen masih ingat bagaimana dirinya sempat takut dengan anjing menggemaskan ini. Maureen memeluk Gred dengan erat, sedangkan anjing tersebut memainkan ekornya naik turun. Gred menggonggong. Maureen mengusap kepalanya.

Tersisa Shimpony, Lucas, dan Mathias.

Tanpa Maureen sadari Shimpony mendekatinya. "Kamu akan kembali?" tanya Shimpony bernada datar. Maureen tidak dapat membedakan apakah Shimpony sekarang masih sama seperti yang dulu. Nada bicaranya memang terdengar ketus. Namun, percayalah ini kalimat pertama dari Shimpony yang bagi Maureen tulus dari hati.

"Entahlah, siapa yang tahu. Mungkin saja takdir akan membawaku kembali, bukankah begitu, Tetua Mathias?" tanya Maureen dengan seulas senyum. Ya, jika ditanya, gadis itu akan mengatakan dengan jujur bahwa dirinya akan sangat merindukan tempat ini serta segala hal yang telah mendapatkan tempat di hatinya.

Tetua Mathias tersenyum tulus. "Seharusnya aku mengatakan ini sejak awal, tapi kurasa baru kali inilah waktu yang tepat untuk mengatakannya. Sebenarnya ... kamu akan melupakan segalanya ketika kembali ke darat nanti, begitu pula Alex."

"T-tapi tadi, aku baik-baik saja saat kembali ke darat. Ingatanku masih ada," protes Maureen.

"Bisa kukatakan semua berbeda. Saat tadi dan sekarang berbeda. Mungkin jika takdir benar-benar membawamu kembali, aku akan menjelaskannya kepadamu."

Maureen tidak dapat berkata apa pun. Demi apa dirinya akan melupakan segala hal di sini, segala hal menyangkut negeri bawah air. Mengenai Deana, Gred, Lucas, Julie, dan semua siren.

"Ini Maureen teguh yang kukerjai waktu itu?" Percayalah, nada Shimpony tidak terlalu merendahkan. "Ini bukan seperti Maureen yang kukenal. Bukan seperti Maureen yang tahan sewaktu aku permalukan di muka umum berulang kali. Sebaiknya kamu belajar dari Maureen lama. Berkat dia, aku berubah. Berkat dia, aku memiliki lebih banyak teman. Bukan karena mereka takut, tapi karena mereka benar-benar mau menerimaku. Menerima Shimpony yang penuh dengan kejelekan. Hei, kamu mau memaafkan aku?"

Maureen mengangguk. "Tentu saja." Shimpony mengulurkan tangan yang langsung disambut oleh Maureen.

Sudut mata Maureen terarah pada sosok yang sejak tadi diam memerhatikan segala gerak-geriknya. Akhirnya pandangan mereka bertemu. Lucas mengulas sebuah senyum, tangannya terulur ke arah Maureen. Perhatian gadis itu terpaku pada telapak yang selalu terulur membantu pada saat-saat tersulitnya. Lucas adalah sosok yang akan sangat dirindukannya. Gerakan tangan Maureen begitu perlahan saat membalas. Hangat. Pemuda siren itu memiliki tangan yang hangat dan nyaman.

"Terima kasih atas segalanya, Lucas."


***

Maureen dan Alex ditemukan terdampar di sisi danau. Mereka ditemukan setelah seluruh warga membantu mencari. Semua rutinitas kembali dilakukan Maureen. Gadis itu kembali menyirami tanaman lilinya saat pagi hari. Memberi pakan ikan mas kesayangannya dengan makanan khusus. Serta memancing bersama kakek. Minggu itu, Maureen telah bersiap memancing bersama Richard. Seperti biasa mereka membawa dua pancing, serta bekal makan siang. Dengan sampan mereka menuju ke tengah danau. Richard membantu Maureen memasang pancing dan dalam beberapa menit kail meluncur ke dalam air.

Mereka menikmati masa-masa menunggu tersebut. Apalagi Maureen telah membawa salah satu dari novelnya dari rumah. Bersampul biru dengan judul, 'Aqua World.'

Sambil menyelam minum air. Sambil memancing, Maureen membaca.

Namun, ketika Maureen tanpa sengaja menoleh ke dalam air. Gadis itu tertegun menatap fenomena yang dilihatnya. Ada rumah di dalam air. Batu karang, serta tanaman bebungaan tersusun rapi. Dan yang tak kalah menakjubkannya lagi, Maureen melihat duyung. Gadis itu terpana. Cepat-cepat Maureen memanggil Richard. Namun, semua itu seolah hanya khayalan Maureen belaka. Karena ketika gadis itu menoleh kembali, semua bayangan itu lenyap. Ia merasa dejavu. Maureen merasa pernah melihat langsung semua keanehan itu.

Tamat.

A/N

Hai, terima kasih sudah baca The Gate of Berry Head Arch. Cerita ini masih perlu banyak sekali perbaikan, tapi kok mau revisi rasanya males :')

Jadii, mending aku lanjut aja musim keduanya karena kemarin udah janji ke beberapa orang. Musim kedua aku usahakan lebih nyaman dibaca dan nggak buru-buru alurnya kayak kemarin, yang pasti teknik "Hahahahahaha" udah nggak ada lagi wkwk. Parah banget nggak sih, aku kaget pas baca lagi, parahh 🤣🤣. Yang di atas udah aku hapus, tapi di chapter sebelumnya kayaknya masih ada wkwk.

Endingnya kurang ya, jadi aku tambahin bagian Lucas sama Maureen. Salaman aja dulu musim di satunya 🙊.

Okay, sampai jumpa di musim kedua. Kayanya aku lanjut di sini aja biar pembaca lama nggak bingung cari ceritanya nanti.

Harapan: komen yang banyak dong 😍, bacanya bikin aku semangat lanjutin lagi cerita ini. Sebenernya kemarin baru inget mau lanjutin karena ada yang komen 🙈.

Underwater World: Gate of Berry Head ArchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang