"E-eh? Ke mana yang lainnya?"
Aku menoleh ke arah ruang tengah. Begitu sepi, televisi mati, tak ada kehidupan. Kakek tak ada di sana untuk berebut remote dengan Alex. Ada satu cangkir teh di meja. Tak ada asap yang mengudara dari cangkir, yang artinya telah sedari tadi diletakkan di sana.
Tidak ada cengkerama pagi yang membuatku risih. Sangat tidak normal dari biasanya. Aku meletakkan handuk mandiku di gantungan tembok dan berjalan lurus menuju dapur.
"Bu ..., ibu tahu kakek ke ma—"
Dapur kosong. Ibu tidak ada di sana.
"Hm, mungkin ibu ke pasar," gumamku.
Ah ..., tapi, bukannya kami sudah menstok bahan pangan dua hari yang lalu?
Kuputuskan untuk mengambil keranjang bungaku dan memetik lili di halaman depan. Namun, betapa sialnya saat kusadari bahwa turun hujan. Oh, sial.
Kini yang kulakukan adalah duduk di pinggir jendela, berharap hujan berhenti dan aku bisa memetik bunga-bungaku itu.
Aku meringis. "Kelopak-kelopaknya pasti mulai rontok terkena hujan."
Kulirik arloji yang menggantung manis di tangan kananku, 08.05. Bagus, tak satu pun orang rumah meninggalkan pesan untukku.
Jadi, aku harus apa?
Aroma petrichor itu menyejukkan. Tetesan-tetesan hujannya terdengar bagai dentingan lagu penenang. Aku melirik tumpukkan novel fantasiku yang tertata rapi di meja. Kuraih acak salah satunya.
"Nah, buku apa yang kita dapatkan sekarang," gumamku. Sampulnya berwarna biru dengan cetakan judul tebal di book jacket-nya.
Aqua City.
Sampulnya indah, membuatku membalikkan buku cepat untuk melihat bagian belakang buku.
Blurb:
Dunia menyimpan banyak rahasia. Seperti langit yang tak pernah kita ketahui di mana ujungnya. Jika kusebut laut, apa pendapatmu?
Bagai sapuan cat biru dalam kanvas putih. Begitu jernih, menggelora, dan misterius.
Bagiku laut itu misterius. Manusia penghuni daratan, sedangkan laut? Sungguhkah hanya dihuni tumbuhan dan hewan air?
Kau tak akan pernah tahu sebelum membaca kisahku ini. Jadi, mari kita mulai petualanganku di sana.
Dan kau akan tahu yang kumaksud.
Yang kulakukan setelah itu adalah, bersandar di dekat jendela dengan mata yang bergerak cepat meneliti isi cetakan buku itu. Membalik halaman demi halaman dalam diam. Terhanyut dalam dunia fiksi yang menjebakku seolah berada di dalamnya. Penulis itu berhasil membuatku terbawa dalam aksaranya.
Tok-tok-tok.
Ceklek.
Pikiranku yang terlanjur hanyut dalam fiksi membuatku mengabaikan sosok yang hadir itu. Mungkin Alex, entahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Underwater World: Gate of Berry Head Arch
Fantasi[SEASON 1 EPISODE LENGKAP] [SEASON 2 SEDANG BERJALAN] Mauren tak menyangka hidupnya akan semenakjubkan ini. Semua karena batu unik, Berystone yang ia temukan. Terperangkap dalam dunia paralel bawah air, penyusutan bentuk tubuh, hingga serangan sire...