"Jadi kau tinggal di sini?" Tanyaku pada Angel saat sampai di sebuah gedung apartment. Tidak terlalu jauh dari kantor, hanya sekitar 10 menit perjalanan. Pantas Angel selalu tepat waktu.
"Iya Pak. Mau singgah dulu?" Tanya Angel.
"Eum, boleh. Jika kau tidak keberatan kasurmu kuberantakan." Jawabku kemudian menyeringai.
"Tentu saja."
---
"Ahh ahh lebih cepat, uhh."
Ya, kami melakukannya lagi. Tapi sepertinya hanya bisa sekali karena Angel lupa mengambil kondom di ruanganku tadi.
Kami telah bermain hampir 40 menit, dan berbagai gaya sudah kami coba. Tetapi aku belum orgasme.
Aku menghentakkan penisku berkali-kali dengan kasar. Persetan dengan lubang kenikmatan Angel akan lecet. Mempercepat gerakanku, kemudian kurasakan sesuatu mendesak keluar. Kulepas penisku dari lubang vagina Angel, kemudian kutumpahkan sperma tepat di atas perut wanita yang sekarang telah menjadi partner seksku.
Aku turun dari kasur, kemudian berjalan ke arah sebuah meja dipojok ruangan dan menarik selembar tisue untuk membersihkan kejantananku.
"Bisakah kau memakai alat kontrasepsi yang bisa mencegah kehamilan hingga bertahun-tahun? Aku ingin kita melakukan seks tanpa menggunakan kondom. Aku juga ingin mengeluarkannya di dalam." Ujarku saat sedang menarik resleting celana.
Alasanku tidak ingin memakai kondom adalah, seks tanpa kondom jauh lebih nikmat. Kemudian, sejak anak keduaku lahir, Liana selalu menyuruhku memakai kondom disaat kita ingin bercinta. Dan sejak itu aku tidak pernah tidak menggunakan kondom saat bermain dengannya.
"Aku pikir-pikir dulu ya."
Aku hanya mengangguk. Dan aku sudah mengatakan pada Angel agar tidak formal saat kami hanya sedang berdua.
"Aku pulang dulu, ya." Aku pun menghampiri Angel yang masih dalam posisi tidur dengan keadaan telanjang, kukecup bibirnya dan kuremas singkat sebelah payudaranya.
"Tidak mau blowjob dulu?"
Aku menyeringai. "Kau yang memaksaku."
---
"Jadi kamu tidur di kantor semalam?"
"Iya. Mau bagaimana lagi. Banyak berkas yang harus kutandatangani, dan aku tidak mau menyetir saat mengantuk."
Maaf istriku tersayang, sepertinya aku harus sering membohongimu mulai sekarang. Salahmu sendiri yang tidak mau memuaskanku.
Jika kalian bertanya aku merasa bersalah atau tidak, jawabannya adalah tidak.
"Begitu ya. Oh ya, kamu bisa libur kerja dulu gak untuk hari ini?"
Aku menatap Liana, menunggu ia memberi alasan.
"Aku harus pergi ke acara pernikahan adik sahabatku saat SMA. Tadinya aku mau bawa anak-anak, tapi Sion demam."
Sion adalah anak pertama kami.
Hahh, sebenarnya aku ingin pergi ke kantor agar bisa nge-seks dengan Angel lagi. Tetapi anakku sedang sakit, tentu saja aku lebih sayang pada anakku.
"Kenapa tidak kita bawa ke rumah sakit aja?" Tanyaku.
"Hanya demam biasa, nanti juga dia pulih kalau minum obat dan istrirahat. Jadi, kamu jaga dulu ya." Jawab Liana menatapku sendu. Aku tau dia mengkhawatirkan Sion.
"Tentu, kamu bisa pergi sendiri. Ryan juga biar di rumah saja. Aku juga jarang punya waktu sama anak-anak." Balasku kemudian tersenyum untuk Liana.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
A Player Husband
RomanceMenurut seorang Theo Alexander (34 tahun, Pengusaha) tidak ada salahnya berhubungan seksual dengan wanita lain disaat jenuh dengan tubuh sang istri. WARNING 17+