Just need to click that star button, and gimme a comment. I'll apreciate that :")
---
Arana POV
"Please, jangan ganggu aku."
Aku menatap sengit laki-laki yang duduk di sebelahku. Dia tidak bisa diam. Rambutku seringkali jadi sasarannya membuat ulah. Entah dibuat berantakan, ditarik, bahkan ditiup-tiup.
"Lo cantik banget, sih. Salah lo sendiri siapa suruh lahir dalam keadaan cantik seperti ini, ya gue mana bisa jauh-jauh." Balasnya disertai cengiran.
"Ganggu orang lain aja, ya, Kak. Aku lagi belajar. 10 menit lagi ada kuis." Ucapku tanpa menoleh ke arahnya.
Tiba-tiba buku ku ditarik, membuatku langsung melihatnya.
"Nah, gitu dong. Orang ganteng gini masa dicuekin. Malah milih baca buku." Ujarnya sambil menaik-turunkan alisnya dan tersenyum lebar.
"Kembaliin buku aku, Kak."
Aku tidak sempat belajar semalam, Daddy Theo datang dan dia menguasaiku hingga subuh.
"Oh, boleh. Tapi ada syaratnya." Ucapnya sambil menyeringai, dan itu menyebalkan.
Aku menatapnya malas lalu menghela napas, "Apa?"
"Cium." Balasnya lalu dia memonyongkan bibirnya.
Itu bukan syarat yang susah. Tetapi mana mungkin aku menciumnya. Aku sudah diacuhkan oleh perempuan di kampus ini hanya karena lelaki bernama Lukas ini mengikutiku kemana pun. Padahal itu bukan salahku, dia yang mengikutiku. Baru segitu saja aku sudah dipandang remeh, apalagi kalo mencium, bisa-bisa aku bulan-bulanan geng pencinta lelaki ini.
Dia sempat menciumku sekali saat aku mau pulang karena sudah dijemput Daddy. Dan saat itu pula ada yang memotret kami. Coba tebak, besoknya foto itu tersebar luas di kampus. Ya walaupun aku baru tau lusanya karena aku tidak masuk, selangkanganku sakit dibuat Daddy.
Saat aku masuk, beberapa senior menghadangku dan kemudiam menjambak rambutku. Aku diperingati agar jauh-jauh dari lelaki yang mirip gorila ini.
"Gak mau, Kak. Sini dong, bukunya. Please." Akhirnya aku memelas. Mungkin Kak Lukas iba melihatku seperti ini.
Di luar dugaan, dia malah menggigit bibir bawahnya, lalu menatap ke arah lain dengan gelisah. "Anjir, lo bikin bangun."
Hah?
Persetan lah, aku memelas lagi saja, mungkin dia iba. "Ayolah kak."
"Terus ciumnya kapan? Kan itu syarat."
"Nanti, deh." Mudah, nanti aku tinggal lari aja kok.
"Oke, awas aja lo nanti."
Sedikit mengenai Kak Lukas. Jadi sebenarnya dia ini semester 5, tetapi dia mengulang beberapa matakuliah semester 1, dan kebetulan dia memilih kelas yang sama denganku. Yang ku tahu, dia ini playboy. Dia pernah ke club malam tempatku bekerja sebelum aku dibeli Daddy Theo, dan saat itu aku ingat dia having sex dengan salah satu perempuan yang datang ke club bersamanya. Syukurlah dia tidak melihatku waktu itu.
---
Saat keluar dari kelas, tanganku tiba-tiba ditarik oleh seseorang. Dan itu adalah Kak Lukas. Dan kemudian aku teringat sesuatu, seharusnya aku langsung lari tadi.
"Kak, kita mau ke mana?" Tanyaku saat Kak Lukas memasukkan ku ke dalam mobilnya.
"Ke tempat di mana lo bisa tepati janji lo."
Sudah ku duga.
---
"Eungh." Lenguhku saat lidah Kak Lukas mengeksplor mulutku.
Aku dibawa ke pantai, di tempat yang sepi.
"Udah, ya, Kak. Sekarang antar aku pulang." Ucapku langsung setelah mulut Kak Lukas menjauh dariku.
"Sekali lagi, please, sekali lagi aja. Ya, ya, ya, ya."
Aku menoleh ke arahnya yang sedang memelas, dengan datar, aku menjawabnya. "Gak."
"Oh c'mon Ana, sekali lagi." Dasar keras kepala.
Aku menyilanhkan tangan di dadaku, kemudian membalasnya, "Pertama, aku Arana, bukan Ana. Kedua, aku sudah menepati janji yang bahkan aku gak janji sama sekali. Ketiga, kakak sudah nyosor 17 kali, dan setiap sekalinya itu lebih dari 3 menit."
Dia menyengir, "Hehe, digenapin aja jadi 18 atau sekalian 20."
"Gak. Antar aku pulang."
"Yah."
---
Setelah beberapa perdebatan tentang ciuman di pantai, aku mengalah, dia menciumku sekali lagi. Dan akhirnya aku benar-benar diantar pulang.
"Lo tinggal di sini?" Tanya Kak Lukas dengan nada tidak percaya.
"Iya, kenapa?"
"Ya gakpapa sih. Punya bokap gue ini mah." Jawabnya.
Tidak perlu heran, lelaki ini memang dari keluarga kaya raya.
"Ya sudah, aku pulang." Pamitku, sambil mengambil tas ku di jok belakang.
"Gak mau goodbye-kiss dulu gitu? Hehe."
"Gak." Balasku kemudian langsung keluar dari mobil mewahnya.
Aku tidak mau merepotkan diri dengan menunggu Kak Lukas pergi duluan. Jadi aku masuk duluan. Aku masuk ke dalam lift lalu memencet tombol 7, lantai di mana kamarku berada. Saat pintu lift akan tertutup, tiba-tiba seseorang masuk.
Astaga, Daddy Theo.
"Hai, Dad-"
"Jadi siapa lelaki tadi? Pacarmu?"
Mati lah aku sekarang juga, ku mohon. Daddy menatapku seakan aku tersangka penculikan anak dibawah umur. Hei, aku juga masih dibawah umur.
"Bukan, dia senior ku di kam-"
"Daddy gak butuh jawaban kamu. Persiapkan diri kamu, Daddy buat kamu gak bisa ke kampus dan bertemu pacarmu itu selama seminggu. Awas aja."
Seseorang tolong selamatkan aku.
---
Double update? Hehe
And sorry for typo(s)Lucas as Lukas
KAMU SEDANG MEMBACA
A Player Husband
RomanceMenurut seorang Theo Alexander (34 tahun, Pengusaha) tidak ada salahnya berhubungan seksual dengan wanita lain disaat jenuh dengan tubuh sang istri. WARNING 17+