"Karena keadaan yang membuatku menerimamu kembali"
-Ahmad Ibrohim Loey-
🍃🍃🍃
Aisyah Prov
Rasa bersalah itu muncul ketika diri ini belum membahagiakan orang yang disayangi, hanya ada kata merelakan atau mengiklaskan karena sejatinya diri ini akan kembali kepada-Nya. Pasti takkan mudah melepaskannya. Sedih itu boleh tetapi tidak baik jika terlalu berlarut - larut dalam kesedihan.
Aku lihat pemandangan taman yang indah, mataku tak berpaling dari sosok laki-laki muda yang sedang menggendong seorang putri. Aku mendekatinya dan sedikit mengintip di belakang pohon entah apa namanya tapi bagiku itu indah.
"Ayah, nggak akan pergi tinggalin tuan putri ya.", kata seorang anak kecil itu.
"Iya sayang, Ayah disini bersama orang-orang yang baik nak. Percaya sama Allah, sekarang kamu kembali ke bunda ya. Bilang ke bunda, Ayah sangat merindukannya.", ucap laki - laki itu dengan senyuman indahnya.
Kemudian anak kecil itu berlari dan menghilang, tak sadar diriku meneteskan air mata sekejap kaki yang ku jadikan topangan runtuh. penyesalan telah datang kembali, Aku menyesal Papa.
"Papa, jangan tinggalin Aisyah.", gumamku dari tidurku
Author Prov
"Papa.", teriak Aisyah memenuhi isi ruangan kamarnya.
Ternyata dia sudah berada dikamarnya, tidak ada satupun orang disampingnya tetapi diluar kamar terdengar ramai. Aisyah turun dari ranjangnya tiba - tiba Boim menghampirinya memakai setelan pakaian hitam.
"Bang, papa udah pulang kerja ? Aku mau ketemu papa, papa sekarang pasti nonton TV.", ucap Aisyah tanpa jeda. Pandangan Boim yang sedari tadi sendu mencoba untuk tegar menghadapi adiknya ini. Boim memeluk erat adiknya untuk memberi ketenangan. Sekarang hanya dialah yang menjadi pelindung mama dan adiknya.
"Bang, Papa udah nggak ada.", katanya sambil menangis dipelukan abangnya. Boim tak mampu mengucapkan kata apapun dan tak sadar sebulir air matanya jatuh dipipinya. Ketika beberapa hari lagi menjadi hari kebahagiaannya, berubah menjadi kesedihan yang tidak pernah kebayang dibenaknya.
Boim ingin melindungi keluarganya, dia harus kuat tidak mungkin dia memperlihatkan kerapuhannya. Allah tidak akan memberi ujian kepada seseorang yang lemah. Allah yang tahu tingkat keimanan seseorang.
Tokk...Tokk...
"Den, jenazah papa akan segera dikebumikan.", kata Bi inah, pembantu rumah tangga keluarga Loey. Boim hanya mengangguk, Aisyah melihat manik mata abangnya seakan mengerti apa yang dikatakan, Ia hanya mengangguk saja dan berusaha untuk bangkit dari ranjangnya. dengan dibantu oleh abangnya ia berjalan gontai untuk mengantarkan papanya ke peristirahatan terakhir.
Berat? itu pasti.
Selamat jalan papa.
🍃🍃🍃
Beberapa bulan kemudian, setelah ujian itu datang, Aisyah mencoba tegar untuk menjalani kehidupannya kembali. Semangat dari mamanya, abangnya, serta teman-teman disekelilingnya. Ia mampu mengalahkan keterpurukannya, walau bayangan itu masih ada.
Kebiasaannya yang perlahan - lahan ia tinggalkan, meskipun belum sepenuhnya karena lingkungannya sendiripun seperti itu. Dikeluarga Loey sekarang sudah bertambah orang lagi, yaitu Kak Anisa, istrinya bang Boim. Mereka menikah sebulan setelah Papa meninggal. Tentunya Kak Anisa adalah orang yang sholehah, paham agama, istri idaman bagi kaum pria tetapi Boim yang dapat memenangkannya.
Aisyah teringat akan ucapan terakhir Papanya yang harus mengikuti semua permintaan abangnya. Obrolan serius itu dimulai ketika dirinya dijemput abangnya.
"Syah, abang mau ngomong serius sama kamu.", kata Boim sambil memegang kemudinya.
Pandangan aisyah masih fokus pada dunia diluar jendela mobil sampai ia tidak mendengar abangnya bicara.
"Syah.", ucap Boim sedikit teriak. Aisyah tersentak dari lamunannya.
"Mau ngobrol apaan ? tumben serius.", ledek Aisyah.
"Ini abang lagi di mode serius nih.", kata Boim.
"Iye, bawel.", ledeknya lagi.
"Sebentar lagi kuliahmu bakalan naik di tingkat 4, abang pengen kamu nikah biar ada yang jaga kamu, ngawasin kamu setiap harinya."
Aisyah terperanjat kaget, "Lohhh, bang Boim lagi sakit atau gimana sih. Kak Anisa nggak ngasih obat ya. jangan Ngigau nggak jelas deh bang.", jawab Aisyah acuh.
"Abang serius syah, aku pengen menjodohkan kamu dengan Yusuf, sohib abang yang di Pesantren itu jika kamu berkenan beberapa bulan lagi langsung SAHHH.", ledeknya Boim.
"Whatt? Sembarangan kalo ngomong. No No .", sambil menggerakkan telunjuknya.
Aisyah mendengus kesal karena obrolan abangnya ini. sejujurnya, dalam hati mau lah ya toh wajahnya ala ala artis korea masih muda juga bisa memperbaiki keturunan juga, tapi nggak langsung gitu. kebelet nikah tuh manusia, batin Aisyah.
"Gini ya bang, Aisyah tuh nggak seperti cewek yang biasanya kerudungnya panjang terus gede kayak Kak Anisa tuh. Aku juga belom berhijab, urusan agama masih minus, pokoknya banyak kurangnya, trus aku belum kenal sama si siapa namanya Yusuf itu, susah kalo belum kenal chemistry nya nggak bakalan dapet bang.", ceramah Aisyah panjang lebar ngalahin Mama dedeh.
"Hushhh, kalo ngomong dijaga. kalo kamu nolak permintaan abang. abang nggak bakal ngijinin kamu nerusin S2 di Netherland kalo gitu.", kata Boim yang diselimuti ancaman.
"Kok gitu ? okedeh iya, tapi Aisyah minta waktu buat mikirin itu dan kalo nikah harus tahun depan.", jawab Aisyah.
Boim memikirkan sejenak, menimbang syarat yang diajuin aisyah. "Oke deal, abang punya syarat juga buat kamu. Kalo kamu udah melampaui batas selama 3 bulan ini, abang nggak akan diam. titik.", tegas Boim. Bisa dibilang ini persaingan sengit.
🍃🍃🍃
Akhirnya Up lagi yey, Author lagi sibuk banget akhir- akhir ini. Soalnya Author dihadapi semester 3. padat banget kuliahnya. Oke selamat membaca ya, ditunggu part selanjutnya :)
"SELAMAT TAHUN BARU HIJRIYAH 1440 H"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bimbinglah Aku ke Jalan Allah
EspiritualHijrah itu mudah, tapi istiqomah yang sulit. Aku tidak yakin apakah kamu benar sosok imam yang dikirimkan Allah untukku? Dan apakah kamu adalah jodohku yang tertulis di lauful mahfudz? Tapi, hanyalah Allah yang tahu. Karena Allahlah Dzat yang memb...