Pria baik tidak akan menyebut dirinya baik.
Aliand Rama Fairuz
-ar-
-----Saat mereka sampai di mansion, entah kenapa Prilly tiba-tiba berlari menuju kamar mandi tanpa pamit. Ali yang melihat sedikit terkejut, saat itu Ayu mengambil alih Adit dalam gendongan Ali. Sehingga Ali dapat menyusul Prilly.
Ali mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi, "Mydear, are you okey?" Ali begitu panik saat Prilly tak kunjung membukakan pintu kamar mandi.
"Sayang, kenapa?" tanya Ali saat pintu kamar mandi terbuka menampilkan sosok istrinya.
Prilly tersenyum tipis, wajahnya terlihat pucat. "Aku gak apa - apa."
"Kamu sakit yah?" tanya Ali masih terlihat khawatir, tentu saja jawaban Prilly tidak membuat Ali yakin bahwa istrinya itu baik - baik saja.
Prilly terdiam, semakin lama pandangannya mengabur. Tubuhnya semakin lemas, sebenarnya Prilly sudah merasa pusing saat tadi masih di rumah sakit. Dan....
Bruuukkk... Tubuh Prilly ambruk, dia tak sadarkan diri. Untung saja Ali bisa menangkapnya, sehingga Prilly tak terjatuh.
"Prill, hei bangun! Yaampun sayang kamu kenapa sih?" Ali segera membawa Prilly menuju kamarnya.
"Ali, Prilly kenapa?" tanya Ayu saat melihat Ali tengah menggendong Prilly.
Ali menggelengkan kepalanya, "Ali gak tau Mah, tolong panggilkan dokter Mah." Ali memasuki kamarnya, setelahnya Ali membaringkan Prilly di atas king size nya.
"Mah dokternya mana?" tanya Ali saat Ayu memasuki kamarnya. "Sebentar lagi."
Ayu terbawa panik, saat melihat putranya benar - benar terlihat begitu khawatir. Ayu mendekati Ali yang sedang menggenggam tangan istrinya, "Li, sebenarnya Prilly kenapa?" Ali mengalihkan pandangannya dengan gelengan dikepalanya. "Ali gak tau Mah, tapi saat di kamar mandi Prilly kaya lagi muntah gitu. Terus muka dia pucet banget, akhirnya pingsan."
Ayu mengerutkan dahinya, setelahnya tersenyum dengan apa yang sedang ia pikirkan. "Li," Ali menatap Mamanya heran, saat Ayu memberikan senyumannya pada Ali. "Mama kenapa? Kok senyum - senyum gitu?" bukannya menjawab Ayu semakin terlihat senang, "Li kayanya Prilly...."
"Prilly kenapa?"
"Kayanya dia hamil deh," Ali membulatkan matanya, dia benar - benar terkejut dengan ucapan Mamanya itu. "Hah ha...hamil?" Ayu mengangguk pasti, "kenapa Li? Kok kaya gak seneng gitu?"
Ali terdiam, dia tersenyum kikuk. Bagaimana bisa Prilly hamil, sedangkan kami belum pernah melakukannya. Batin Ali.
"Eu...em...kayanya Prilly cuma masuk angin aja deh Mah," ujar Ali berusaha meyakinkan Mamanya agar tidak terlalu berharap. Karena Ali tahu Mamanya sangat berharap sekali, terlihat dari raut wajahnya yang begitu senang.
"Yah berdo'a aja, mudah - mudahan hamil." Ujar Ayu penuh harap. Ali mengangguk, "em...iya Aamiin." Amit - amit, jangan sampe. Maksudnya aamiin kalau nanti udah gituan, lah sekarang mah jangan. Batin Ali merapal.
"Li dokternya udah dateng," ujar Defina memasuki kamar adiknya yang diikuti sang Dokter di belakangnya.
"Dok, tolong periksa istri saya. Dia tiba - tiba pingsan," Dokter pun mengangguk mengerti, selanjutnya memeriksa Prilly dengan serius.
" Bagaimana Dok, mantu saya hamilkan Dok?" tanya Ayu penuh antusias. Dokter pun tersenyum, "tidak Bu, menantu Ibu hanya kelelahan saja. Dia membutuhkan istirahat lebih panjang, tidak ada tanda - tanda hamil. Jadi mungkin saya akan memberi vitamin saja untuk membuatnya lebih sehat, dan cukupkan istirahat." Ayu terlihat sedih saat dokter menjelaskan bahwa menantunya tidak sedang mengandung. Ayu kembali tersenyum, meyakinkan dirinya bahwa mungkin ini belum saatnya dia memiliki seorang cucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us (COMPLETED)
FanfictionUpdate hari Minggu. Jangan lupa follow! Karena follow itu gratis 😆😘 Prilly tidak pernah tahu tentang suaminya. Namun saat pertemuan pertamanya ketika dia telah sah menjadi istrinya, dia menganggap suaminya adalah pria dingin yang selalu menatapny...