Terimakasih Raka, kamu telah membantu Aku hidup lebih lama bersama Ali, suamiku. Aku sayang kamu Raka, kamu sahabat terbaik untukku. I miss You.
Prilly Ananda Fairuz
-ar-
-----Author PoV
Tak henti-hentinya Prilly terus menangis, memegang pada salah satu batu nisan di depannya. Ali yang merangkul istrinya dari samping tidak bisa menghentikan tangisan Prilly, lagi dan lagi Prilly mengeluarkan air matanya.
Di sini, di pemakaman Raka, Prilly menangis. Setelah beberapa minggu Prilly baru bisa mendatangi pemakaman Raka, rasanya dia masih enggan menerima kenyataan. Kenyataan bahwa sahabatnya, sudah meninggalkannya begitu saja.
"Mydear, Raka tidak akan suka melihat kamu menangis. Kamu sudah janji pada diri kamu sendiri, bahwa tidak ada air mata lagi. Please, jangan menangis terus-menerus!" ujar Ali yang tetap berusaha menenangkan istrinya.
"Aku ... aku jahat gak sih? Aku ngerasa udah jahat banget sama Raka...."
Ali menarik wajah Prilly untuk menatapnya, "tidak ada sahabat yang jahat pada sahabatnya sayang...," ujarnya sembari mengusap pipi istrinya.
"Tapi, Raka selalu ada buat aku...."
"I know Dear."
"Sedangkan aku, aku gak selalu ada buat dia."
"Kamu belum memahami apa itu persahabatan, bersahabat memang harus ada dalam suka maupun duka. Tapi bukan berarti kamu harus selalu ada di sampingnya, atau kamu harus ada di mana dia berada. No Mydear, persahabatan bukan seperti itu. Kamu harus percaya bahwa Raka beruntung memiliki sahabat sepertimu, begitupun kamu yang beruntung memiliki sahabat seperti Raka...."
"Bahkan Saya lebih beruntung, berterimakasih pada Raka sudah menjaga kamu sampai akhirnya bisa bertemu dengan Saya dan menjadi milik Saya...," lanjut Ali tersenyum.
Prilly tersenyum tipis, "kamu tau, kapan terakhir kali Raka peluk Aku?"
Ali mengangguk kecil, "saat foto wisuda."
Prilly kembali menangis, membuat Ali semakin merasakan apa yang dirasa istrinya. "Iya saat itu, dan itu adalah foto terakhir Aku sama Raka...," ujarnya lirih.
"Aku gak pernah tau apa penyebab Raka meninggal, dan kapan?"
"Kamu mau tau?" Prilly menatap Ali lalu menganggukkan kepalanya.
"Ayo kita ke rumah Raka!" ajak Ali membuat Prilly menatapnya sejenak.
"Boleh?" tanya Prilly hati-hati.
"Kenapa tidak boleh? Tentu boleh. Di sana kamu bisa bertenu dengan orang tua Raka bukan, dan Saya juga ingin mengucapkan terimakasih pada keluarga Raka."
Prilly bergeming sejenak, lalu kembali memandang batu nisan yang bertulisan nama Raka. "Aku Pamit yah Ka, makasih buat semuanya."
Prilly menatap tangannya yang sedari tadi berada dalam genggaman suaminya, sesekali menengok ke belakang merasa tidak rela harus meninggalkan pemakaman Raka.
***
Baiklah, Aku takkan panggil namamu karena Kamu takkan dengar suaraku, dan karena suaraku takkan lebih indah dari suara panggilan orang yang kini berada di sisimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us (COMPLETED)
FanfictionUpdate hari Minggu. Jangan lupa follow! Karena follow itu gratis 😆😘 Prilly tidak pernah tahu tentang suaminya. Namun saat pertemuan pertamanya ketika dia telah sah menjadi istrinya, dia menganggap suaminya adalah pria dingin yang selalu menatapny...