23

4K 198 15
                                    

Percayalah Tuhan itu adil.
-ar-

-----

Prilly PoV

Suka, duka semua sudah Aku lalui. Bahkan semua itu tidak akan berakhir, jika kita masih berperan menjadi manusia.

Aku Prilly, memiliki banyak luka sejak kecil. Ditinggal Papi, Alex, Raka dan bahkan Ali suamiku. Oh tidak-tidak, maksudku hampir ditinggalnya. Semua orang memang akan pergi satu persatu, tapi alur yang membedakannya. Bagaimana mereka pergi meninggalkan kita, entah seperti apa kejadiannya. Jika mereka sudah ditakdirkan pergi, maka akan pergi.

Orang yang terlihat sehat, harus pergi tanpa memberi tanda. Membuat luka tiba-tiba muncul, karena sebuah ketidakikhlasan. Namun, saat seseorang terlihat sakit. Membuat kita dihantui rasa takut kehilangan, lalu mana yang lebih baik? Pergi tanpa pamit, apa pergi dengan pamit?

Papi, Alex, Raka, semua terlihat baik-baik saja. Namun mereka pergi begitu saja, meninggalkan luka tanpa ada obatnya. Sedangkan Ali, dia terlihat tidak baik saat Aku mengetahui penyakitnya. Setiap hari, Aku dihantui rasa takut. Takut akan kehilangannya, takut semua tentang apa yang menyangkut dirinya.

Tapi nyatanya, dia yang bertahan dari yang lain. Keberhasilan transplantasi jantungnya, membuat dia bertahan sampai hari ini. Semua ketakutanku berubah menjadi bersyukur, bersyukur karena telah memperpanjang umurnya untuk mendampingiku.

Bahkan hari ini Aku sedang mengandung anak kedua kami, Kaila Ananda Fairuz putri pertama kami yang sudah berumur dua tahun. Akan segera mendapatkan adik dalam waktu lima bulan lagi, itu wajar bukan? Jangan sebut itu terlalu cepat.

"Mydear, jangan melamun! Tidak baik."

Aku tersenyum, mengadahkan kepalaku untuk menatap Ali. "Mana Kaila?"

"Dia sudah tidur, padahal tadi dia masih asik bermain. Tiba-tiba sudah mengantuk saja, menggemaskan sekali anak kita...."

"Kamu terlalu sibuk Ali," rajukku menenggelamkan kepala pada dada bidang Ali.

"Sibuk? Saya sudah mengurangi jam kerja saya, lalu kamu masih bilang saya sibuk?" tanya Ali mengerutkan dahinya, yang bahkan Aku sudah tahu ekspresinya tanpa harus melihatnya.

"Kamu terlalu sibuk bermain dengan Kaila sayang...."

Ali terkekeh, "jadi kamu cemburu, begitu?"

"Bukan, tapi aku rindu dimanja sama kamu."

"Ayolah, turuti permintaan ibu hamil ini...," lanjutku dengan terkekeh.

"Oh jadi maksudnya, kamu mengidam untuk dimanja?"

"Aliii...," rengekku.

"Oh iya jam berapa ini?" tanya Ali.

"Jam dua belas siang, kenapa?"

"Waktunya jemput Adit, Saya pergi dulu yah."

Aku mengangguk, "yaudah hati-hati, aku anter sampe depan."

Adit Prasatya Fairuz, kini umurnya sudah menginjak delapan tahun. Dia tidak lagi bersekolah homescooling, karena Adit bersikukuh ingin sekolah umum, seperti anak-anak pada umumnya. Kami mengizinkan atas izin dokter, hanya saja Adit juga tidak boleh terlalu kecapean.

All About Us (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang