Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
(QS. Al-Baqarah: 216)
-ar-
-----Bagai disambar petir, pertahanan Prilly sudah benar-benar hancur. Haruskah seperti ini hidupnya, ditinggal pergi oleh orang-orang terdekatnya, bahkan orang-orang tersayangnya.
Tangisan Prilly tak pernah berhenti sampai saat ini, masalah terus bergulir mengelilingi hidupnya. Hanya sedetik saja kebahagiannya datang, lalu berbagai macam masalah yang begitu sering ia temui. Ingin rasanya mengakhiri kisah hidupnya, tapi ini belum saatnya. Mungkin nanti, saat Prilly telah menemukan kebahagiaan sesungguhnya.
Penjelasan Dokter Hafidz terus terngiang-ngiang dalam benaknya, "tiba-tiba tubuhnya menolak jantung baru yang tertempel di dalam organ tubuhnya, napasnya memendek, suhu tubuhnya juga naik. Itu salah satu efek samping dari transplantasi jantung, jikalau tubuhnya menolak jantung baru. Jika kondisinya tidak cepat membaik, dikhawatirkan nyawanya tidak bisa diselamatkan. Kecuali ada pendonor baru yang akan mengganti jantungnya kembali."
Prilly sudah kehabisan akal, dimana dia harus mencari pendonor untuk Ali. Bahkan ini saja sudah sulit ia dapatkan, dan dengan relanya Raka memberikan jantungnya. "Apa ini yang dimaksud kamu Li, kamu ingin menjadi seseorang yang egois? Menolak jantung itu, dan berpikir lebih baik kamu yang pergi, Begitu Li? Iya, kamu benar-benar egois Li, kamu gak mikir kalau aku akan lebih sakit hati jika kehilangan kamu. Tubuh kamu menolak jantung Raka, setelah tau bahwa dia mencintaiku? Iya Li? Kamu lebih jahat dari Raka, bangun Li bangun!!!" Prilly sedikit berteriak sembari menggoncangkan tubuh Ali.
"Prill, ayo kita keluar! Dokter melarang kita bertemu Ali, dia butuh penanganan lebih serius...," Prilly menggeleng, kali ini dia akan lebih egois dari Ali atau siapapun itu, "gak aku pingin disini Mah, kalau bisa biar jantung Prilly aja yang diambil buat mengganti jantung baru Ali...."
Ayu menggelengkan kepalanya tidak percaya, apa maksud menantunya ini. Biar dia yang menjadi pendonor untuk Ali, lalu saat Ali bangun dia sudah pergi, begitu?
"Istigfar Prilly, Ali tidak menginginkan itu!" ujar Ayu sedikit meninggikan volume suaranya.
"Mah," Ayu menengok ke belakang saat dirasa seseorang memanggilnya, "Fina," ujarnya saat mengetahui putri sulungnya yang menghampiri.
"Ali kenapa?"
"Prill, ayo kita keluar! Biarkan Ali ditangani dokter, ayo Fin...," Ayu mengajak menantu dan putrinya untuk keluar dari ruangan Ali.
Prilly terus terisak-isak, bahkan kesadarannya hampir hilang. Dia sudah tidak tahu harus berbuat apa, dipikirannya hanya ada Ali dan Ali. Defina sang kakak hanya bisa terdiam, entah apa yang harus dia lakukan. Dia pun tidak tahu menahu tentang keadaan adiknya saat ini, apa yang terjadi dengan Ali? Bukankah Ali baru saja siuman dari operasinya, setelah seminggu lamanya dia tertidur. Pikirnya.
Ayu terus memeluk menantunya yang masih menangis terisak-isak, namun rasanya pelukan Prilly terasa semakin melemah. Bahkan tubuhnya terasa berat ditopangnya, "Prilly...."
Defina menoleh saat ibunya memanggil adik iparnya, "kenapa Mah?" Ayu menggeleng tidak tahu, "Prilly, hei bangun! Dia pingsan Fin, panggilkan suster! Cepet!" Defina berlari mencari suster untuk membawa Prilly, tidak lama Defina kembali dengan beberapa suster yang membawa brankar rumah sakit.
Mereka membawa Prilly ke ruang rawat untuk menanganinya lebih lanjut, Ayu menyuruh Defina untuk menemani Prilly. Sedangkan dia akan menemani Ali, karena dia pikir jika Defina tahu keadaan Ali dia akan benar-benar shock.
Defina terus merapalkan do'a-do'anya untuk adik dan adik iparnya, dia mengkhawatirkan keadaan mereka yang bahkan dia sendiri tidak tahu mereka kenapa. Dari sepanjang dia berdiam di rumah, hatinya memang tidak tenang. Maka dari itu dia menyusul ke rumah sakit tanpa Papa-nya dan Adit, soal Leon dia memang tidak ikut ke Indonesia. Dia akan kembali datang ke Indonesia, saat hari pernikahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us (COMPLETED)
FanfictionUpdate hari Minggu. Jangan lupa follow! Karena follow itu gratis 😆😘 Prilly tidak pernah tahu tentang suaminya. Namun saat pertemuan pertamanya ketika dia telah sah menjadi istrinya, dia menganggap suaminya adalah pria dingin yang selalu menatapny...