Bab 1 - Noona!

8.1K 252 0
                                    

DIA menyentuhnya! Dia menyentuh noona-ku!

Gio berteriak dalam hati melihat pria bernama Brandon itu menyudutkan Freya di sofa. Freya—noona-nya, pujaannya, impian terindahnya, kini ada di tangan Brandon. Tangan kotor pria itu memeluk erat pinggang dan bibir menjijikkannya menciumi leher Freya. Mata bulat Freya perlahan menutup. Dagunya terangkat dan lehernya memanjang, bereaksi terhadap ciuman Brandon.

Kedua tangan Gio mengepal keras di sisi pahanya. Ingin sekali dia meninju wajah Brandon, bahkan lebih dari itu. Mematahkan tangannya mungkin? Agar pria itu tak bisa lagi menyentuh Freya.

Tiba-tiba ada sesuatu yang membuat kepalan tangannya mengendur. Sebuah kesadaran bijak menahan Gio untuk melakukan hal-hal bodoh yang hanya membuat Freya membencinya. Gio tidak mau dibenci Freya.

Kenyataannya: Brandon memang pacar Freya. Sudah lima tahun mereka pacaran dan Freya tak pernah menyembunyikan hubungan mereka. Sejak pertama Gio bertemu dengan Freya enam bulan lalu, Freya sudah mengenalkan Brandon sebagai pacarnya kepada Gio. Dan yang paling konyol adalah: Gio bukan siapa-siapa Freya.

Mereka hanya tetangga apartemen dan Freya menganggap Gio tak lebih dari seorang adik laki-laki yang harus ia jaga. Sebatas itu. Bila sekarang Gio tiba-tiba maju membeberkan semua kecemburuannya, itu akan menjadi sebuah kekalahan mutlak bagi Gio. Bisa-bisa Freya tidak hanya menjauhinya, tapi juga meninggalkannya.

Gio tidak mau Freya pergi. Gio butuh Freya untuk bernapas.

Maka, Gio pun memaksa tangannya bergerak terjulur meraih gagang pintu, menutup pintu itu hati-hati agar tidak mengeluarkan bunyi sedikit pun. Awalnya Gio ingin kembali ke kamarnya dan meninju kasurnya keras-keras untuk meluapkan kekesalannya. Namun, adegan tadi masih cukup mengganggu mentalnya.

Ting tong!

Telunjuk Gio akhirnya memencet bel di pintu kamar Freya. Ini seharusnya cukup untuk menghentikan mereka berbuat semakin jauh.

"Gio? Kenapa?" Kepala Freya menyembul saat pintu terbuka. Kemejanya sudah terkancing sampai atas. Gio bisa bernapas lega sekarang.

"Noona, punya tumbler nggak?" Otaknya cukup cepat untuk mengarang alasan keberadaannya di depan pintu kamar itu. Sehingga, tidak ada celah bagi Freya untuk mencurigainya.

"Tumbler air? Ada, ada. Kamu nggak punya memangnya?" Freya membuka pintu kamar lebih lebar, membiarkan Gio masuk.

"Nggak punya. Tumbler-ku hilang entah di mana." Bohong, tentu saja. Ada tiga tumbler Starbucks tersembunyi di laci dapurnya. Satu tumbler dibawakan Rega dari Italia, satu diberi William dari Sapporo, dan satu lagi Gio beli sendiri saat ia liburan ke Rusia tiga tahun lalu.

"Tumbler Rusia itu hilang? Sayang banget!" Freya menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar mandi, hanya untuk memelotot ke arah Gio. Freya memakai soft lens abu-abu hari ini. Cantik sekali, membuat Gio ingin memandanginya seharian. "Nanti aku jastipin deh dari Roya. Dia mau ke Rusia." Ia lanjut berjalan ke ruang dapur yang menyatu dengan ruang tengah.

"Nggak usah. Ngapain," Gio menolak. Laci dapurnya sudah penuh.

"Sayang, ada Gio, nih," Freya melapor kepada pacarnya.

"Oh, Gio?" Brandon bangkit dari tempatnya dan langsung mengulurkan tangan. "Gimana kabarnya?"

Gio tertegun sejenak, membiarkan tangan Brandon menjulur tak terbalas. Melihat sosok Brandon, nyali Gio ciut mendadak. Sampai kapan pun dia tidak akan bisa mengalahkan pria ini. Brandon tampan, pengacara muda terkenal, kaya raya, dan ramah kepada siapa saja. Terkadang Gio bersyukur, paling tidak Freya ada di sisi pria sesempurna ini. Freya pantas mendapatkan yang terbaik.

My NoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang