Bab 5 - Menginap

2.8K 117 2
                                    

"ADUDUDUH!" Freya menjerit dari tempat tidur, "ROYA SIALAN!" lalu mengutuk. Harusnya tadi dia tetap teguh pada pendiriannya untuk tidur di sofa sambil menonton Netflix melalui smart TV-nya ditemani paket cheeseburger McDonald's. Tapi nyatanya, dia membiarkan dirinya diseret Roya ke studio senam.

Bayar seratus lima puluh ribu rupiah hanya untuk disiksa oleh instruktur senam poundfit?! Seratus lima puluh ribu bisa dapat dua loyang Domino's Pizza! Bukannya malah rasa sakit di sekujur tubuh! Dan yang paling parah adalah, "KEMBALIKAN HARI MINGGUKU!" lolong Freya seperti seekor serigala yang kesepian. Hari Minggu hanya datang empat kali sebulan! Hari Minggu itu begitu berharga!

Pas sekali Freya ingin mencaci maki sahabatnya itu, nama Roya muncul di layar ponsel Freya. "Apa?!" bentak Freya masih dalam posisi terlentang tak berdaya.

"Charger hapeku ketinggalan di apartemenmu, Nek."

"Bodo amat!" Freya memutuskan panggilan Roya sepihak dan lanjut berbaring meratapi nasib hari Minggu-nya yang terbuang sia-sia. HP Freya bergetar beberapa kali, tapi Freya tak menggubrisnya. Itu pasti Roya yang merengek untuk mengambil kembali charger-nya.

Lalu bel pun berbunyi. Otak Freya langsung mendidih mendengar bel berbunyi untuk kedua kalinya. Cewek sialan itu! Freya memaki dalam hati. Apa dia tidak punya empati sama sekali pada Freya? Akibat ulahnya, jangankan membuka pintu, bangkit dari tempat tidur saja susah.

Ah sudahlah, pikir Freya. Untuk kali ini, dia akan membukakan pintu untuk Roya. Sekaligus memberi sahabatnya itu pelajaran. Dengan tertatih Freya berjalan, tapi bukan langsung menuju pintu, melainkan menuju dapur. Dia mengambil sebuah panci kecil bergagang panjang dari rak piring. Panci itu biasanya ia pakai untuk merebus mi instan. Setelah mendapatkan benda itu di tangannya, barulah Freya lanjut berjalan untuk menyambut Roya. Kunci pintu kamar ia putar. Tangan kirinya bersiap menekan gagang pintu, sedangkan tangan kanannya sudah mengangkat panci—siap menghajar kepala Roya.

"ADUH!"

"Eh..." Rahang Freya seketika memelorot menyaksikan siapa yang ada di hadapannya. Bukan Roya. Pancinya salah sasaran.

"Noona! Aku salah apa sih, dipukul panci?" protes Gio sekeras denyutan di ubun-ubunnya akibat serangan kejutan dari Freya.

"Ma... maaf, Gio..." Freya yang panik langsung menggosok-gosok kepala Gio, tempat di mana pantat pancinya mendarat tadi. "Tadi kukira Roya."

"Kalian punya cara sapa yang aneh, ya?" sindir Gio, wajahnya masih meringis kesakitan.

"Bukaaan. Tadi aku cuma lagi kesel sama Roya," Freya mencoba menjelaskan sambil memperhatikan pantat pancinya yang sedikit penyok. Freya cukup kaget. Panci itu panci murah, sih. Kalau sampai penyok begini, itu karena panci ini terlalu murah atau tadi dia menghajar kepala Gio cukup keras?

"Kalau kepalaku sampai benjol, tanggung jawab, ya," ancam Gio saat Freya membawanya masuk ke ruang tamu.

"Ikut BPJS, kan?"

Gio membalas pertanyaan itu dengan muka masam.

"Kamu sudah pulang? Kukira besok," Freya berkata, sambil mempersilakan Gio masuk.

"Ngawur," sergah Gio yang sudah mengempaskan dirinya ke sofa apartemen Freya, seakan itu adalah rumahnya sendiri.

Freya mencoba menghitung dengan jari-jarinya berapa hari total Gio berlibur. Benar kok empat hari. Memang Freya saja sepertinya yang pura-pura lupa hari dan berharap besok masih hari Minggu. Dia pun mengangkat bahu, tak mau ambil pusing lagi. "Apa itu?" Mata Freya mengintai bungkusan di tangan Gio. Sepertinya dia tahu apa yang dibawa bocah itu.

My NoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang