Bab 8 - Si Cewek Cheerleader

1.8K 110 10
                                    

TUHAN sepertinya sedang berpihak pada Kina.

Kejadian terkunci di gudang tempo hari yang seharusnya menakut-nakuti Kina, justru membuat nama Kina makin terkenal. Betapa tidak, Gio langsung menarik Kina dan memamerkannya di depan semua orang, terutama di depan Lenny—gadis keji yang mengunci Kina di gudang—dan mengancam semua orang. "Siapa pun yang berani buat masalah dengan dia, akan berurusan denganku!" begitu bunyi ancamannya. Ah, keren sekali. Ingin rasanya Kina merekam dan menambahkannya ke playlist iTunes-nya.

Rupanya Gio adalah sosok yang tak tersentuh di sekolahnya. Pintar, jago olahraga, tapi sikapnya dingin dan misterius. Hampir tidak ada yang pernah melihatnya tersenyum apalagi tertawa. Dia adalah tipe laki-laki yang tega membaca pesan WhatsApp seorang perempuan tanpa membalasnya. Jauh lebih dingin daripada saat SMP dulu.

Paling tidak Gio masih mau membalas sapaan selamat pagi dari Kina, walaupun tetap tanpa senyuman. Tentu saja semua orang kaget dan langsung bertanya-tanya siapa Kina. Tiap kali ditanya, Kina hanya menjawab dengan rendah hati, "Teman SMP Gio." Kina tidak berniat menggunakan kedekatannya dengan Gio sebagai alasan untuk merisak Lenny balik atau berbuat sesuka hati di sekolah. Itu adalah sangat kekanak-kanakan menurut Kina. Dia hanya akan berfokus pada Gio.

Semalaman Kina memutar otak, bagaimana agar dirinya bisa lebih dekat lagi dengan Gio. Sampai suatu siang tak sengaja Kina menguping pembicaraan anak-anak ekskul basket. Lagi-lagi Tuhan berpihak pada Kina.

"Eh, besok nge-game di mana?"

"Apartemennya Gio aja, ya?"

"Tapi bilang dulu. Kalau dateng tiba-tiba, nanti yang ada kita digorok sama dia."

Jadi Gio tinggal di apartemen? Berarti dia sendirian? Karena setahu Kina ayahnya sedang penugasan di Medan. Kenekatan Kina berlanjut. Dia memesan taksi online untuk mengikuti mobil Gio sepulang sekolah. Setelah keluar pintu tol Serpong, mobil Gio terlihat memasuki sebuah kawasan apartemen The Calista Mansion.

Usaha kucing-kucingan ini benar-benar melelahkan. Kina harus menjaga jarak dengan Gio dan dia juga harus menunggu salah seorang penghuni menempelkan kartu akses agar bisa masuk. Untung saja ada seorang penghuni perempuan yang hendak masuk tak lama setelah Gio. Kina pun mengekor cewek itu sampai ke lift.

Perempuan yang Kina ikuti tadi benar-benar cantik sampai membuat Kina iri. Kulit wajah putih mulus, mata besar, tubuh kurus, dan kaki jenjang—benar-benar seperti boneka. Dia mengenakan jaket bertuliskan "Cheerleader Angels Kanta Quadra University". Pantas saja, pikir Kina. Kamu harus jadi cantik dulu baru bisa masuk tim cheerleader, kan?

Tapi ada yang aneh dengan wajahnya. Bukan aneh dalam hal proporsi, meelainkan ekspresi wajahnya seperti mati—kosong tak bernyawa. Gadis itu menatap kosong pada tombol-tombol lift, bahkan terlambat keluar sampai-sampai pintu lift hampir menutup lagi. Setelah mengekor perempuan itu keluar lift, Kina baru terkesiap. Dia kan tidak tahu harus ke lantai mana!

Gawat! Kina tidak mungkin menelepon Gio. Cowok itu akan tahu Kina membuntutinya. Lalu apa yang harus Kina lakukan? Dia hanya bisa kembali ke lantai dasar karena tidak punya akses. Lewat tangga darurat pun tak tahu lantai yang dia tuju. Akhirnya, di depan pintu lift dia memantapkan dirinya berdoa. Ya Tuhan, kalau Kau benar-benar berpihak pada hamba, tolong tunjukkan ke mana hamba harus melangkah.

Cklek! Terdengar suara seseorang mengunci pintu kamarnya. Di sanalah Kina ditunjukkan kekuatan doa yang sungguh-sungguh. Kina melihat sosok Gio di depan pintu kamar perempuan cheerleader tadi. Dia mengenakan kaus putih polos, celana pendek, dan sandal—membawa plastik sampah hitam. Wajahnya terkejut bukan main, melihat Kina ada di depan pintu lift.

My NoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang