Tidur sore itu enak. Apalagi setelah sekian jam membungkuk untuk menggambar di atas bentangan kain. Nantinya kain itu akan dipajang di depan pintu kelas, sebagai penanda bahwa kelas kami membuka kafe kostum untuk festival budaya.
Pekerjaan yang harus dilakukan hari ini sudah 80% selesai. Matahari diam-diam bergeser ke sebelah barat, mencurahkan sinar hangat berwarna keemasan. Beberapa anggota klub budaya harus segera pindah ke ruang klub masing-masing, untuk mulai latihan pertunjukan klub saat festival. Lain lagi dengan anggota klub olahraga. Beberapa klub masih akan mengikuti turnamen, jadi di tengah gempita persiapan festival, mereka harus ikut latihan intensif sampai malam. Sisanya--terutama pengurus kelas--akan mengurus pekerjaan yang belum selesai. Termasuk aku.
Pengurus yang lain sedang keluar untuk membeli bahan-bahan yang kurang. Tinggal aku sendirian di kelas. Gara-gara itu, kupikir aku bisa santai sebentar. Kuregangkan badan, lalu bersandar ke tembok. Ada sudut di dekat jendela, tempat aku bisa menyandarkan kepala sejenak. Seluruh otot tubuhku sangat menghargai istirahat itu. Sebentar saja, mataku sudah terasa.
Sebelum kelopak mataku benar-benar terpejam, tatapanku menyapu seluruh ruang kelas. Meja dan kursi ditumpuk di pinggir untuk membuat ruang. Di atas lain, bertebaran kain, kertas, hiasan, juga peralatan keterampilan seperti gunting, penggaris, cutter dan alasnya, spidol, dan macam-macam... Aroma cat air menggelitik hidung... Hangatnya sinar matahari yang menyentuh kulit... Angin... sore... dari jendela...
Kesadaranku timbul dan tenggelam di ambang batas, saat suara langkah berdenting di telingaku. Aku tahu seseorang berjalan mendekat, tapi mataku sangat enggan membuka. Badanku mungkin masih tertidur, tapi di alam bawah sadar, aku sedang menggapai-gapai ke permukaan.
Kemudian, pipiku mendadak terasa hangat. Panas itu menyusuri pipi, turun ke sepanjang rahang dan dagu, kemudian berhenti di bibirku.
Setelah berusaha dengan susah payah, akhirnya aku bisa membuka mata. Kesadaranku masih ada dan tiada, tapi aku bisa mengenali siapa yang berada di depanku.
"Wakatoshi?" Suaraku nyaris parau. Ujung jarinya menelusuri bibirku saat aku bergumam.
Di depanku, Wakatoshi Ushijima tersenyum sangat tipis. Kalau tidak mengenalnya, aku tak akan tahu dia sedang tersenyum. Alisnya tebal, sorot matanya lurus, rahangnya kokoh. Di penglihatanku yang masih setengah tidur ini, dia bagai malaikat yang mewujud langsung dari bunga tidurku. Sempurna.
Kuraih satu tangannya yang kini menangkup pipiku. Tangan yang besar dan menenangkan. "Kenapa kembali? Latihan volinya--"
Aku tak sempat menyelesaikan kata-kataku. Itu karena Wakatoshi perlahan mendekat, lalu menyentuh bibirku dengan bibirnya. Hanya sepersekian detik. Selalu saja begitu sejak kami mulai berpacaran. Meski hanya sebentar, efeknya tetap saja tak tertahankan. Seluruh indraku mendadak aktif. Kalau tadi aku yang kesulitan menggapai kesadaran, kini kesadaran itu yang datang sendiri, seolah tak ingin ketinggalan setiap sensasi.
Wakatoshi mundur. "Kata Tendo, ini supaya makin semangat," katanya. Wajahnya lurus dan serius. Memangnya kapan sih Wakatoshi tidak serius saat mengucapkan sesuatu? "Untukmu... dan untukku," lanjutnya.
Aku nyaris tak bernapas sementara Wakatoshi bangkit dan berbalik, berjalan keluar kelas. Baru kusadari bahwa dia sudah memakai jersey--kemungkinan dia berhasil menyelesaikan menu latihan lari lebih cepat dari yang lain seperti biasanya, lalu langsung ke sini sebelum kembali ke gedung olahraga.
Bahkan hingga sosok Wakatoshi sudah benar-benar keluar dari kelas, aku masih belum sanggup berkata-kata. Dadaku berdebar sangat cepat. Berkali-kali pun rasanya masih sama. Efek Wakatoshi sungguh luar biasa. Aku memeluk lutut dan menenggelamkan wajahku di sana. Pipiku terasa panas sekali.
Tendo sialan. Awas dia nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS -Haikyu!! One-shot Collection-
Fiksi PenggemarTiap ciuman memiliki kisahnya sendiri. Yang mana kisahmu? DONE: - Shoyo Hinata Pt. 1 & Pt. 2 - Toru Oikawa - Hajime Iwaizume - Tetsuro Kuroo Pt. 1 - Kei Tsukishima - Kotaro Bokuto - Tetsuro Kuroo Pt. 2 (END) - To...