Sudah 3 minggu berlalu. Arrien sudah bisa berjalan dengan sempurna. Arrien yakin Lucean adalah salah satu enchanter terhebat saat itu. Karena Arrien yang harusnya mati saat itu juga selamat seperti sedia kala oleh Lucean.
Arrien mengintip ke dapur di mana Lucean sedang fokus memasak makanan.
"Ada yang bisa kubantu?" Tanya Arrien tiba-tiba mengagetkan Lucean sampai sendok yang dia pegang terlempar.
"Ah, aku kira kamu hati-hati dengan sekitarmu," kata Arrien menahan tawa dan mengambil sendok yang terjatuh itu.
"Aku tidak perlu hati-hati di rumahku sendiri. Apalagi tidak ada yang tau keberadaanku selain kamu," jawab Lucean tanpa memandang Arrien dan mengayunkan tangannya. Api yang menyala di depannya langsung padam.
"Hei, benarkah tidak ada yang bisa aku bantu? Aku tidak ingin pulang, aku ingin di sini. Aku ingin membantumu," kata Arrien mengikuti Lucean yang mengambil piring dan meletakkannya di meja.
"Kamu lebih baik pulang. Orang tuamu pasti khawatir sekali," jawab Lucean menatap Arrien sebentar dan kembali berjalan mengambil gelas.
"Mereka pasti sudah menganggap aku mati, apalagi di hutan itu bajuku sobek dan darahku tergenang kan?"
"Aku hanya ingin menolongmu, bukan mengajakmu tinggal bersama."
"Tapi aku ingin di sini, aku mohon, Luceaaan..." Arrien memeluk lengan Lucean dan menatap Lucean yang lebih tinggi darinya.
Lucean menatap Arrien bingung dan mencoba melepaskan pelukan Arrien di lengannya. "Kamu aneh sekali, padahal lebih senang tinggal di istanamu sebagai pangeran."
"Aku mau dinikahkan!"
"Kenapa tidak menolak?"
"Aku tidak bisa menolak permintaan Ayah dan Ibu, itu kelemahanku."
Lucean menghela nafas. "Kenapa aku harus memikirkannya? Itu masalahmu. Kalau memang sudah sangat sehat, aku akan mengantarmu ke kota."
"Aku belum sangat sehat, jangan antar aku ke kota." Arrien duduk dan memeluk kakinya.
"Umurmu 20 atau 2 tahun sih?"
"Pokoknya aku tidak mau pulang!"
"Baiklah, di sini saja. Tapi jangan ganggu aku."
"Kenapa?? Memangnya kamu tidak kesepian? Setidaknya ada aku di sini, kita bisa mengobrol. Kamu tidak akan bosan."
"Aku tidak pernah bosan. 100 tahun aku sendirian di sini, aku tidak pernah bosan."
Arrien memanyunkan bibirnya dan berdiri. "Kalau aku dimakan serigala lagi bisa lebih lama di sini ya?"
"Heeii, jangan berpikir yang aneh-aneh!"
Arrien kembali memanyunkan bibirnya dan berbalik. "Aku tidak mau makan, kamu saja yang makan sendirian."
"Apa? Hei, aku sudah buatkan banyak makanan untuk kita."
"Tidak mau." Arrien berjalan ke kamarnya dan menutup pintu.
"Kenapa dia jadi merajuk??" Tanya Lucean bingung dan syok.
Arrien menatap keluar jendela. Salju turun dengan perlahan. Arrien tidak merasakan dingin sedikitpun di dalam kamarnya. Walau ada perapian, tapi tetap saja harusnya hawa dingin masuk lewat jendela. Tapi Arrien tidak merasakannya.
Arrien melompat ke tempat tidur dan menggulung tubuhnya dengan selimut. Dia lapar, namun rasa sebalnya mengalahkan lapar dan kalau Lucean tidak memasuki kamar mengajaknya makan. Dia tidak akan makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hearts Of A Prince and An Enchanter (Yaoi) [Completed]
RomancePangeran Arrien kabur dari istana ketika mendengar rencana Ayah dan Ibunya yang ingin menikahkannya. Saat sampai di hutan dia dikejar kumpulan serigala. Arrien yang hampir menyerah karena terluka diselamatkan seseorang yang wajahnya begitu indah nam...