Chapter 6

2.3K 303 33
                                    

Lucean duduk di meja menatap sarapan yang sudah dia sediakan untuk Arrien. Namun Arrien tidak juga muncul. Biasanya dia sangat bersemangat setiap pagi keluar dari kamarnya dan menegur Lucean dengan wajah imutnya serta mata biru besar yang menggemaskan.

Lucean berjalan ke kamar Arrien dan mengetuk pintu dengan pelan. Tidak ada jawaban. Lucean membukanya dan mendapati kamar itu kosong.

"Apa dia sudah pergi? Dia tidak bicara dulu padaku?" Lucean berlari ke kamarnya mengambil jubah dan keluar dengan buru-buru.

"Benarkah dia sudah pergi? Aku harus menyamarkan dirinya agar tidak dikejar serigala lagi. Oh tidak. Kenapa dia pergi begitu saja?" Tanya Lucean panik dan mencoba melacak langkah Arrien.

Lucean mengikuti langkah Arrien dan mendapati Arrien yang duduk menatap hamparan padang bunga itu. Lucean terpaku menatap Arrien yang rambut merahnya kusut.

"Aku heran, kenapa di musim dingin, hamparan bunga ini bersemi dengan indahnya. Kenapa bisa?" Tanya Arrien yang menyadari kedatangan Lucean.

"Aku menyihirnya..." ucap Lucean pelan.

"Hebat sekali kekuatanmu membuat bunga sebanyak ini tetap mekar di musim dingin."

"Karena waktunya juga sudah dekat dengan musim semi. Hari ini musim semi sudah dimulai."

Arrien berdiri dan berbalik. Mata mereka langsung bertemu dan jantung keduanya sama-sama berdetak keras dan darah mereka sama-sama berdesir.

"Aku akan pulang. Hari ini aku akan kembali ke istana. Terima kasih untuk semuanya. Aku tidak akan bisa membalas semua yang sudah kamu lakukan untukku. Kalau kamu kesusahan, datanglah padaku. Aku pasti akan membantumu. Aku tidak akan pernah melupakanmu walau aku menikah nanti," kata Arrien sambil tersenyum mendekati Lucean yang tangannya kembali gemetaran.

"Aku tidak tau lagi bagaimana caranya meyakinkan hatimu agar mau menerimaku. Semoga... bila aku pergi dan kamu merasa kehilangan, kamu akan datang padaku. Sekarang aku serahkan semuanya pada waktu," lanjut Arrien dan menyerahkan sesuatu ke tangan Lucean.

Lucean menatap benda di tangannya. Sebuah patung kecil serigala kayu yang sangat indah.

"Serigala?" Tanya Lucean pelan.

"Ya. Itu adalah kamu. Dingin dan misterius walau sebenarnya hangat dan lembut. Kamu membungkus dirimu setebal itu sampai aku tidak bisa menembusnya. Sedangkan aku hanya anjing yang selalu mengibaskan ekornya saat melihatmu dan menggongong dengan ceria."

Lucean terpana menatap Arrien yang menatap patung anjing kayu yang imut di tangannya. Tidak tau entah kapan Arrien memahat dua patung kayu lucu yang indah itu.

Arrien mengantongi patung itu dan tersenyum menatap Lucean. "Sebelum aku pergi. Apa kamu mau mengabulkan satu permintaanku?"

"Apa itu?"

"Apa kamu mau menciumku?" Tanya Arrien lembut.

Mata Lucean membesar dan mengalihkan pandangannya walau wajahnya merona. "Tidak."

"Baiklah. Kalau begitu aku akan pergi sekarang..." Arrien menepuk pelan bahu Lucean dan berjalan melewatinya.

Namun Arrien merasakan kedua bahunya diremas pelan dan tubuhnya dibawa berbalik ke belakang. Dan Lucean menciumnya.

Mata Arrien membesar karena kaget. Tidak menyangka Lucean akan menciumnya. Lucean memeluk Arrien erat sambil terus mengecup bibir Arrien dengan lembut.

Mata Arrien berubah sayu dan menutup matanya membalas kecupan Lucean yang hangat dan manis. Arrien juga membalas pelukan Lucean dengan erat. Lucean kemudian mencoba membuka bibir Arrien yang tertutup dengan lidahnya. Membuat Arrien kembali menatapnya kaget dan jantungnya berdetak tak karuan ketika lidah Lucean menyentuh lidahnya.

Hearts Of A Prince and An Enchanter (Yaoi) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang