Chapter 8

2.2K 297 32
                                    

Arrien memperhatikan Tuan Putri kerajaan Dymiane, Putri Chelra memasuki ruang utama diiringi beberapa pengawal dan pelayannya. Arrien memuji dalam hati ternyata putri yang ditunangkan sejak dia kecil adalah gadis yang sangat cantik dan anggun. Dengan rambut coklat panjang bergelombang serta mata abu-abu besar seperti boneka, hidung mancung kecil dan bibir merah yang mungil. Putri Chelra adalah tipe wanita yang Arrien idamkan. Dulunya.

"Kenapa kami tidak dipertemukan secepatnya? Jadi aku tidak akan kabur dan bertemu Lucean. Dan kami pasti akan saling mencintai. Hmph. Sekarang secantik apapun putri yang datang atau malaikat pun turun mengajakku menikah, aku tidak akan bisa..." batin Arrien dan tersenyum ketika Putri Chelra menunduk sedikit memberi hormat pada Raja, Ratu dan Pangeran Aloisea.

Chelra tidak berani menatap Arrien dan tetap menunduk sampai Aldren menyuruh Arrien turun dari singgasana untuk mengajaknya pergi.

Arrien berjalan mendekati Chelra dan mengulurkan tangannya. "Selamat datang Putri Chelra. Semoga kita bisa berdampingan dengan baik nantinya, ya?"

Chelra mengangkat kepalanya dan menatap Arrien yang tersenyum padanya. Wajah Chelra merona ketika menatap wajah yang terlalu tampan itu. Mata yang berwarna seperti lautan dalam itu berkilauan terkena cahaya dari jendela.

"Pangeran..." Chelra kembali menunduk dengan anggun. Kemudian menyambut jemari indah Arrien dengan jemarinya yang dibalut sarun tangan.

Arrien membawa tangan Chelra agar menggandeng lengannya dan berjalan keluar ruangan. Aldren dan Athrine menatap mereka dengan bahagia.

Mereka sampai di depan kamar yang sudah disiapkan untuk Chelra. Arrien tersenyum menatap Chelra. "Silahkan beristirahatlah. Kamu sudah melewati perjalanan panjang. Nanti malam akan kami tunggu di ruang makan."

"Ya, Pangeran..." jawab Chelra lembut menatap Arrien walau jantungnya berdetak berantakan.

Arrien mengangguk dan berbalik pergi dari sana dengan jalan santai. Merasa kaget dalam hati bisa bersikap semanis itu pada seorang wanita. Sedangkan kepalanya dipenuhi dengan wajah dan nama Lucean.

###

"Kami sudah memutuskan pernikahan kalian akan diadakan seminggu lagi. Untuk mengumumkannya, besok kita akan mengadakan pesta dansa yang dihadiri oleh semua penduduk kota. Aku harap kalian nanti berdansa di depan semua penduduk ya?" Pinta Athrine saat makan malam.

Arrien mengangguk dan melirik Chelra yang juga mengangguk lembut. Arrien tiba-tiba ingat momen di mana dia berdansa dengan Lucean saat itu.

"Haah... hatiku susah sekali diajak bekerja sama..." batin Arrien menahan air matanya.

"Pangeran... kamu tidak apa-apa?" Tanya Chelra pelan karena menyadari Arrien yang termenung dan tidak bergerak selama beberapa menit.

"Eh? Aku tidak apa-apa. Aku kepedasan." Arrien tersenyum pada Chelra yang juga tersenyum.

"Kamu bisa berdansa kan?" Tanya Arrien.

"Ya, Pangeran."

"Besok kita berdansa dengan baik ya? Semoga penduduk kota suka melihatnya."

"Iya." Chelra tersenyum menatap Arrien yang menyantap makanannya.

###

Lucean berdiri dengan wajah aneh di pintu masuk pusat kota. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan kasar.

"Hellooo kaki yang sudah tidak waras. Apa maksudmu membawaku ke sini? Hah?" Lucean mengomel pada kakinya sendiri.

Sejak Arrien kembali ke istana, Lucean setiap hari pergi ke pusat kota hanya untuk bisa mendengar kabar tentang Arrien. Dengan beralasan membeli apel atau buah lainnya. Berdiri berlama-lama hanya untuk mendengar percakapan penduduk kota yang menceritakan tentang pangeran mereka yang sudah kembali.

Hearts Of A Prince and An Enchanter (Yaoi) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang