Chapter 7

2.2K 295 16
                                    

"Apa?? Arrien pulang?? Astaga! Anakku ternyata masih hidup!" Seru Aldren, ayah Arrien, sang Raja Aloisea dengan bahagia sampai berlari dari singgasananya.

Athrine, sang ibu yang masih tak percaya dengan kabar itu berjalan terburu-buru keluar ruangan utama itu mengejar suaminya. Berharap yang datang benar-benar Arrien setelah hampir putus asa karena Arrien yang terlalu lama menghilang dan tidak menemukan jasadnya bila sudah mati.

Arrien berjalan diiringi beberapa pengawalnya menuju pintu utama istana. Dan berhenti ketika melihat Aldren datang berlari ke arahnya.

"Ayah..." Arrien menyadari dia sangat merindukan ayahnya saat melihat Aldren yang wajahnya sudah basah karena air mata.

"Arrien!" Aldren memeluk Arrien dengan erat dibalas sama eratnya oleh Arrien.

"Kemana saja kamu selama ini?? Aku hampir putus asa dan berpikir kamu sudah meninggal, anakku..." kata Aldren menatap Arrien yang matanya berkaca-kaca.

"Ayah, maafkan aku membuatmu khawatir. Aku tidak tau kalau hutan di tepi kota sangat berbahaya. Aku terluka dan dirawat sampai sembuh oleh salah satu keluarga penduduk kota. Sembuhnya lama sekali. Aku tidak bisa berjalan. Mereka juga tidak ingin berhubungan dengan istana, makanya aku di sana sampai sembuh."

"Astaga... jadi selama ini kamu ada di kota? Padahal kami sudah mencari sedetail mungkin. Tapi tidak masuk ke rumah penduduk. Aku sangat berterima kasih pada mereka. Kapan kita ke sana?"

"Mereka tidak mau berurusan dengan kerajaan Ayahku tercinta. Biar aku yang nanti mengantar emas untuk mereka." Arrien tersenyum sambil mengusap pipi sang ayah yang masih tampan dan sangat mempesona walau sudah setengah baya.

Aldren mengusap lembut puncak kepala Arrien. Ingin memeluknya lagi namun terdengar suara lembut sang ratu dari belakangnya.

"Arrien... anakku..." Athrine menangis memeluk Arrien yang juga langsung memeluknya dengan erat.

"Maaf ya Ibu, aku membuatmu khawatir..." Arrien mengusap-usap punggung Athrine dengan lembut.

"Aku tidak tau akan bagaimana kalau kamu benar-benar menghilang anakku. Anak lelakiku satu-satunya," ucap Ahtrine terisak.

Aldren menatap mereka dengan lembut dan memperhatikan Arrien serta baju yang dia pakai.

"Mereka memberimu baju? Jahitannya bagus juga," kata Aldren mengusap pelan jubah Arrien.

Arrien menatap baju yang dia pakai dan ingat kalau hanya ini yang dia bawa dari rumah Lucean. Satu-satunya barang yang membuktikan selama ini dia tidak bermimpi.

"Aku akan ke kamar ganti baju dulu ya, Ayah, Ibu."

"Setelah ini kita ke ruang keluarga ya? Banyak yang akan kita bicarakan. Yang paling penting melepas rindu denganmu," kata Aldren.

"Iya... aku juga ingin mengatakan sesuatu..." jawab Arrien dengan tatapan sayu.

Arrien menyimpan baju itu di lemarinya dan memandang baju itu sebentar sebelum menutup lemari.

"Rasanya seperti mimpi. Kalau baju itu tidak aku bawa. Pasti benar-benar seperti mimpi. Hampir 2 bulan bersamamu dan hari-hari yang kulalui sangat indah. Andai saja bisa berlanjut untuk selamanya," ucap Arrien dan teringat di kantong celana itu ada patung kayu yang dia pahat. Arrien mengambil patung itu dan tersenyum.

"Apa dia akan kehilangan anjing yang jahil dan semangat ini?" Tanya Arrien dan meletakkan patung itu di dekat tempat tidurnya.

Arrien berdiri di depan cermin sebentar dengan pakaian mewahnya. Entah kenapa dia tidak sebangga dulu saat melihat dirinya yang sekarang dengan baju itu. Arrien lebih suka dengan penampilannya selama di rumah Lucean dengan baju sederhana yang dijahitkan Lucean untuknya. Bagaimana Lucean memperlakukannya tidak seperti seorang pangeran namun seperti temannya. Tinggal di rumah yang tidak terlalu besar dengan makanan sederhana namun hangat dan membuatnya kenyang. Wangi rumah itu pun masih teringat jelas di paru-paru Arrien. Terutama wangi Lucean yang lembut dan hangat yang sangat dia sukai.

Hearts Of A Prince and An Enchanter (Yaoi) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang