Chapter 5

2.5K 321 35
                                    

"Lucean, kalau induk harimaunya menerkamku bagaimana?" Tanya Arrien saat mereka membawa kembali anak harimau yang sudah sehat ke hutan untuk dipertemukan dengan induknya.

"Terpaksa kamu akan lebih lama di rumahku," jawab Lucean.

"Wah, ide bagus."

"Tidak. Sebisa mungkin kamu jangan sampai terluka lagi."

"Kenapa? Kamu tidak ingin aku terluka lagi?" Tanya Arrien menatap Lucean berbinar-binar.

"Ya, agar kamu tidak lebih lama di rumahku."

Arrien cemberut dan memukul lengan Lucean dengan sebal.

"Kenapa kamu memukulku?" Tanya Lucean tak terima.

Arrien mengerucutkan bibirnya masih cemberut dan mengangkat dagunya pergi berjalan meninggalkan Lucean yang terpana.

"Ah, kita menemukannya. Itu lihat induknya." Lucean menunjuk harimau besar yang berjalan santai di depan mereka.

"Astaga!" Arrien berteriak kaget dan bersembunyi di belakang Lucean. Memeluk erat anak harimau yang dia gendong.

"Hei, letakkan anak harimaunya biar induknya melihat," kata Lucean menoleh ke belakang.

"Apa? Oh baiklah. Kitty, hati-hati ya? Sampai bertemu lagi, eh tidak. Takutnya kamu sudah besar. Semoga sehat selalu." Arrien menurunkan harimau kecil yang menggemaskan itu di tanah.

Harimau kecil itu mengaum semangat saat melihat induknya. Sang induk kaget melihat anaknya tiba-tiba muncul kemudian berlari ke arahnya. Termasuk ke arah Lucean dan Arrien.

"Oh tidak!" Arrien berlari ke balik pohon dan keheranan melihat Lucean yang tenang saja berdiri di sana walau harimau besar itu makin dekat ke arahnya.

"Hei! Apa yang kamu lakukan!?" Arrien menarik jubah Lucean sehingga Lucean yang asyik menatap harimau dan anaknya itu terseret ke balik pohon dan keduanya saling pandang.

"Kamu bisa diterkam. Mau bunuh diri ya?" Tanya Arrien masih mencengkeram jubah Lucean sambil mengintip ke balik pohon.

Lucean juga mengintip dan mereka tersenyum memperhatikan si harimau kecil yang bergelut ceria dengan induknya sambil berjalan pergi dari sana.

"Hah..." keduanya menghela nafas lega dan saling pandang. Kemudian sama-sama mengalihkan pandangan dengan wajah merona.

"Mau ikut aku?" Tanya Lucean.

"Kemana?" Tanya Arrien.

"Ayo, ikut saja." Lucean berjalan pergi dan Arrien mengiringinya.

Mereka berjalan beriringan di antara pohon-pohon besar yang kering karena musim dingin. Salju dan ranting-ranting kecil berderak karena pijakan sepatu bot mereka. Walau masih musim dingin, tapi matahari bersinar dengan hangat dan lembut. Sekitar setengah jam mereka berjalan, keduanya sampai di hamparan padang bunga yang luas sekali. Sejauh mata Arrien memandang semuanya hanya lautan bunga.

"Uwaaah..." Arrien terpukau menatap padang bunga itu. Bunga warna-warni ditimpa cahaya matahari pagi dan juga angin yang bertiup lembut benar-benar memanjakan mata.

"Lucean, ini indah sekali..." Arrien berjalan ke tengah bunga-bunga itu dan angin bertiup kencang mengacak rambutnya dan membuat jubahnya berkibaran di belakangnya.

Lucean menatap Arrien tak berkedip. Begitu indah sampai dia tidak ingin melewatkan satu detik pun pemandangan itu.

Arrien menoleh pada Lucean yang menatapnya dan menghiraukan rambut panjangnya yang berayun menutupi wajahnya. Lucean tersadar dan merapikan rambutnya dan kembali menatap Arrien yang tersenyum padanya.

Hearts Of A Prince and An Enchanter (Yaoi) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang