Chapter 14

2.8K 300 19
                                    

"Bagus sekali kamu bangun di saat lukamu sudah sembuh," kata Lucean yang selesai membuka kain yang membalut lengan dan dada Arrien.

"Ya walau belum separah saat kamu digigit... bukan, dimakan serigala. Tapi tetap saja luka ini sangat parah. Dan aku benar-benar takjub dengan kekuatanmu. Dengan gigi naga yang sudah menembus lenganmu. Kamu masih bisa menebas lehernya," kata Lucean sambil merapikan kain-kain dan segala sesuatu yang dipakai untuk merawat Arrien.

Arrien hanya menatap Lucean dan menoleh ke jendela dengan bingung. Lucean menatapnya sebentar kemudian keluar membawa semua peralatan dan lainnya.

"Aku tidak tau mau bicara apa... kenapa rasanya ingin tidur saja agar tidak bicara dengannya.. astaga..." Arrien mengusap wajahnya dan berbaring di bawah selimut.

"Arrien, apa kamu sudah lapar?" Tanya Lucean memasuki kamar dan keheranan melihat Arrien yang bergelung di bawah selimut.

"Arrien?" Lucean menarik selimut itu dengan pelan. Tapi Arrien menahannya.

"Arrieeenn..." Lucean menariknya makin keras dan Arrien juga menahannya makin keras.

"Aku tidak akan bisa melawan kekuatanmu Arrien, ayo lepaskan selimutnya," kata Lucean masih menarik selimut.

Arrien menurunkan kekuatan tarikannya dan Lucean menarik pelan selimut itu dan menatap Arrien yang juga menatapnya.

"Ada apa Arrien?" Tanya Lucean duduk di samping Arrien.

Arrien juga duduk dan menatap Lucean sendu. "Apa... kamu akan menyuruhku pulang lagi?"

Lucean tertegun menatap Arrien dan tersenyum. "Menurutmu?"

Mata Arrien langsung berkaca-kaca. "Ke-kenapa kamu tidak biarkan aku mati saja?"

"Ssssh..." Lucean meletakkan jari telunjuknya di bibir Arrien. "Aku tidak akan pernah membiarkan kamu mati Arrien..."

"Ya, harusnya begitu. Setelah mengetahui semuanya, aku sebenarnya tidak sanggup melihatmu dan berbicara seperti ini padamu. Aku tidak bisa menunjukkan wajahku dengan rasa bersalah sebesar ini. Pantas saja kamu menolakku seperti itu. Aku yang tidak tau apa-apa dengan percaya dirinya mendekatimu."

"Arrien..." Lucean mengusap pipi Arrien yang lembut. "Maafkan aku. Seharusnya aku tidak seperti itu padamu. Rasa dendamku masih mencoba mengalahkan perasaanku padamu. Aku membencimu tapi rasa cintaku lebih besar padamu. Sehingga aku tidak bisa mengontrol apa yang aku lakukan padamu. Tapi, aku sadar aku bukan membencimu. Aku membenci leluhurmu. Kamu tidak bersalah. Harusnya aku sadar soal itu. Apalagi melihatmu sampai mencariku ke Gunung Efeld seperti itu. Bagaimana mungkin aku meminta kamu untuk pulang?"

Arrien meremas pelan lengan Lucean, menatapnya dengan lembut. "Apa... apa aku bisa termaafkan?"

"Arrien... aku mohon. Jangan menanggung kesalahan mereka lagi. Maafkan aku memperlakukanmu seperti itu. Aku janji, sekarang aku tidak akan melepaskanmu. Aku tidak akan memintamu pulang. Bahkan bila Ayahmu datang memintamu kembali, aku tak akan melepasmu."

Mata Arrien berkilauan karena air mata. "Benarkah? Kamu menerima perasaanku Lucean? Kali ini kamu tidak akan membohongi perasaanmu lagi kan? Kamu benar-benar ingin aku bersamamu kan?"

Lucean menyisir rambutnya sendiri dengan gemas. "Apa aku harus membuktikannya?"

"Ya... aku ingin mendapatkan buktinya... buat aku yakin kali ini kamu tidak akan menolakku."

Lucean menyatukan dahi mereka. "Aku mencintaimu, Arrien... sangat mencintaimu..."

Arrien menatap Lucean tak berkedip sampai air matanya jatuh begitu saja ke jemari Lucean yang menangkup pipinya. "Benarkah? Benarkah kamu mencintaiku Lucean? Aku tidak bermimpi kan?"

Hearts Of A Prince and An Enchanter (Yaoi) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang