"Gue anter aja, inikan udah malem. Entar lo kenapa-kenapa di jalan gimana? "Ucap Angga sedikit memiringkan kepalanya.
-------------
"Enggak usah, gue bisa naik taxi kok" ucap Vita masih menunduk tak membalas tatapan Angga.
"Mana ada taxi jam segini. Ini udah setengah dua belas malam loh" sambil melirik jam tangan yang melirik dipergelangan tangannya.
Vita masih terdiam
"Udah gak papa. Gue bukan orang jahat kok. Emang alamat lo dimana? " Anggap tetap kekeh ingin mengantar cewek ini pulang. Angga merasa ibah melihat cewek itu sekarang.
Akhirnya Vita menerima untuk diantar pulang oleh Angga, sekarang mereka tengah dalam perjalanan menuju rumah Vita.
Keheningan terus menyelimuti mereka berdua.
Vita terus menatap keluar jendela. Ia masih merasa canggung terhadap lelaki yang baru dikenalnya ini, bahkan ia belum mengetahui siapa namanya.Sedangkan Angga fokus menatap kedepan sesekali ia melirik ke arah Vita.
"Yaampun gue lupa" ucap Vita yang sekarang panik dan mulai menatap Angga.
"Kenapa?" ucap Angga setelah menepikan mobilnya melihat Vita panik bukan kepalang.
"Tas gue... Gue lupa tas gue ditempat tadi" ucapnya masih dalam keadaan panik.
Bukan karena harga tas itu yang mahal, melainkan benda yang ada didalam tas itu. Uang yang Mawar berikan kepadanya ada di dalam tas itu dan ia harus segera mentransfer uang itu untuk membayar biaya kuliahnya.
"Udah lo tenang aja yah sekarang. Gue punya temen disana nanti gue minta dia ambilin buat lo oke" Ucap Angga mengangkat kedua tangannya berusaha menenangkan Vita.
"Tapi gue butuh tas itu secepatnya" ucap Vita masih panik.
"Oke...oke gue telfon temen gue dulu. Emang lo simpen tas lo dimana? Ucapnya sambil mencari sebuah nomor di smartphone nya.
"Di kamar Mawar".
"Yaudah bentar yah" Angga mulai berbicara kepada orang yang berada diseberang sana.
Vita hanya mengamati Angga yang mulai berbicara dengan seseorang yang menurut Vita adalah teman Angga.
"Tas lo udah ada sama temen gue, tapi dia gak bisa nyerahin tas itu malam ini, soalnya dia harus nganter pacarnya pulang. Besok deh gue ambilin tas lo dirumah dia. Nggak papa kan? " ucap Angga berusaha meyakinkan Vita.
Vita berfikir sejenak. Sebenarnya dia diberi kesempatan membayar uang kuliahnya selama tiga hari. Kalau dia transfer uangnya besok juga tidak akan masalah.
"Yaudah deh nggak papa. Makasih yah udah bantu gue" ucap Vita tersenyum tipis ke Angga.
Setelah itu mobil Angga kembali melaju menyusuri jalan raya. Hingga mobil Angga memasuki sebuah kawasan perumahan elit dan berhenti didepan sebuah pagar bercat emas yang menjulang tinggi serta rumah yang sangat besar dan mewah didalamnya.
"Makasih yah udah anterin gue" ucap Vita sambil melepaskan sabuk pengaman yang ia pakai.
"Santai aja" balas Angga dengan senyum ramahnya.
Vita akhirnya berniat menarik knop mobil Angga tapi..
"Ehh tunggu bentar. Nama lo siapa? " ucap Angga yang membuat Vita kembali pada posisi duduknya dan menatap Angga.
"Oh iya gue lupa.kenalin nama gue Vitania Anastasya, panggil aja Vita" Vita pun mengakat tangannya untuk berjabak tangan kepada Angga.
"Gue Angga" ucap Angga membalas uluran tangan Vita.
"Gue boleh turun kan sekarang?"
"Ehh iya iya"
Vita pun turun dari mobil Angga menatap punggung gadis itu yang kini telah melewati pintu rumah yang cukup besar.
Angga beralih menatap lurus kedepan. Ia berfikir jika Vita adalah seseorang yang kaya raya kenapa ia malah memilih bekerja sebagai pelayan di club malam pula.
Tapi Angga menepis pikirannya ia merasa tidak penting untuk memikirkan hal semacam itu. Toh Vita juga bukan siapa-siapanya. Ia pun menyalakan mobilnya dan menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Vita.
Vita POV
Aku mulai melangkahkan kakiku masuk kedalam rumahku, salah maksudnya rumah bibiku setelah mengunci pintu menggunakan kunci seret yang aku punya.
Aku berjalan melewati ruang tengah.
Author POV
"Dari mana aja kamu. Jam segini baru pulang? Ucap seorang wanita parubaya yang terdengar dingin dan penuh kebencian.
"Ttt.. Tadi dari rumah temen" ucap Vita terbata-bata dan membalikan badannya dan menemukan sosok bibinya yang tengah berdiri dengan tangan melipat didepan dadanya dan menatap Vita penuh kemarahan.
"Temen yang mana hah!?,ternyata ini kelakuan kamu kalau bibi lagi nggak ada dirumah" ia berjalan mendekat kepada Vita.
"Rumah Citra bi" jawab Vita menunduk ia merasa takut jika kebohongannya diketahui oleh bibinya.
Tanpa Vita duga bibinya menyentak jaket yang Vita gunakan hingga terlepas dari tubuh Vita, Vita sangat kaget karena pasti sekarang bibinya telah melihatnya berpakaian yang sangat terbuka sekarang.
Dan alangkah kagetnya Vita ketika sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipi kanannya yang mulus. Vita merasakan nyeri pada pipinya.
"Berani-beraninya yah kamu berpakaian seperti ini!!!" bentak bibinya, dan sekarang sedikit memajukan wajahnya pada Vita seperti sedang mencium aroma tubuh Vita.
Dan benar saja bibi Vita semakin murka setelah mencium bau alkohol dari tubuh Vita.
Ditariknya rambut panjang Vita cukup keras dan alangkah terkejutnya Karin (bibi Vita) melihat beberapa bercak merah pada leher jenjang Vita, dan bahkan pada payudara Atas Vita yang dapat dilihat oleh Karin.
"KAMU INI BENAR-BENAR YAH VITA!!!!,APA INI YANG BIBI AJARKAN PADAMU HAH?!!,APA BIBI PERNAH MENDIDIKMU MENJADI SEORANG JALANG?!!"
Vita merasakan tarikan pada rambutnya semakin keras dan berhasil membuatnya meringis kesakitan.
"Iii.. Ini gak seperti yang bibi fikirkan" dia berusaha membela dirinya sambil memegang tangan bibinya.Matanya yang sedari tadi memanas sekarang sebuah cairan bening berhasil lolos dari kelopak matanya.
"GAK APANYA VITA?!,BERCAK MERAH INI ARTINYA APA HAH?!" Karin melepaskan tangannya pada rambut Vita dan menampar Vita kembali jauh lebih keras dari sebelumnya hingga Vita tersungkur ke lantai.
"Bi.. Bi please dengerin penjelasan Vita dulu hiks.. Hiks. " Vita berusaha bangkit mengejar bibinya yang berjalan meninggalkannya menuju kamarnya.
Belum sempat Vita sampai didepan pintu Karin telah menutup pintunya.
"Bi.. Bi dengerin Vita dulu.. Hiks.. Hiks. Ini nggak seperti yang bibi kira. " Vita terus menggedor-gedor pintu kamar Karin dengan terus menangis, tapi tak ada jawaban.
Vita terperosot lemas ke lantai, ia terus menangis dengan keras didepan kamar bibinya.
Setelah cukup lama Vita membujuk Karin agar keluar dari kamarnya dan mendengar penjelasannya, tapi Bibinya itu tak kunjung membukakan pintu untuknya akhirnya Vita memutuskan untuk pergi kekamarnya.
Setelah memutar knop pintu kamarnya, Vita pun masuk dan menutup kembali pintu itu, diletakkannya jaket yang dipinjamkan Angga kepadanya diatas meja belajarnya dan ia segera memasuki kamar mandi.
Menyalakan shower dan berdiri dibawahnya tanpa melepaskan gaunnya.
Yeayyy akhirnya bisa update lagi. Semoga kalian terhibur yahhh.
Please kasih votenya dong. Itung-itung penyemangat buat author gitu.
Tunggu update selanjutnya yahh
See you 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Vita's Life
Teen FictionKetika takdir yang menentukan alur hidupku. *mengandung konten 17+ *jadilah pembaca yang cerdas