Gelap. Tiba-tiba langit makin menggelap. Tak ada satupun benda angkasa yang dapat terlihat dari bawah sini. Dan seperti yang gue duga, hujan tiba-tiba menggelegar turun malam ini. Angin badai mulai menggoyangkan pohon-pohon di sepanjang komplek depan kost-kostan. Benar-benar menyeramkan cuaca malam ini, untung gue udah pulang. Kebayang apa jadinya motor gue kalau dibawa hujan-hujan begini. Berubah jadi jetski langsung.
Cuaca seperti ini sebenarnya menjadi cuaca yang paling tepat buat tidur sambil selimutan. Buat kelon, atau buat berkembang biak bersama pasangan. Niatnya malam ini gue mau istirahat lantaran capek baru pulang kemping, tapi sekarang gue justru punya kerjaan lain. Ngurus anak orang.
Terdengar bunyi pintu yang dikunci dari dalam. Gue melirik diam-diam ke arah mbak Adele yang masih terpaku di sana. Tatapannya kosong. Gue takut dia kesambet setan hujan-hujan begini. Apa jadinya kalau dia kesurupan siluman ketumbar.
"Duduk dulu." Perintah gue, dan dia sedikit tersentak dari lamunannya lalu mulai menggeser kursi meja komputer.
"Jangan di situ, di kasur aja."
Dia menoleh, lalu perlahan duduk di pinggir kasur dan menaruh tasnya di lantai. Gue pun begitu, menaruh tas ransel yang dari tadi gue bawa di pojokkan kamar, mengeluarkan pakaian-pakaian kotor sama peralatan bersih-bersih lalu menaruhnya di kamar mandi. Membiarkan dia duduk sendirian di atas kasur tanpa gue perhatikan sama sekali. Maklum, kebiasaan. Gue nggak suka kalau liat ada yang nggak rapih di kamar gue, apalagi kalau ada baju kotor penuh lumpur bekas beresin tenda kemping.
Gue buka lemari pakaian dan mengambil sekotak P3K lalu kemudian jongkok di depannya. Gue menatapnya, dan ia masih saja menatap kosong ke arah antah berantah. Tampak seperti pikirannya sedang berada di dunia lain, apa dia mengalami trauma ya? Sebagai anak psikologi, hal seperti ini sudah tentu jadi hal-hal yang harus gue perhatikan. Gue taruh kotak P3K itu di depannya,
"Nih.." Kata gue seraya berdiri lalu mengambil anduk dan masuk ke kamar mandi ninggalin dia sendirian.
Kalau di film cinta-cintaan, saat-saat seperti ini biasanya si cowok akan jadi so-so gentle dan terlihat begitu romantis sambil membasuh luka si cewek dengan memasang wajah sok keren. Tapi tidak di cerita ini. Gue bukan cowok baik. Dan gue tidak terlalu peduli dengan masalah apa yang menimpa wanita yang sekarang sedang duduk di kasur gue tersebut. Buat gue, urusan dia ya urusan dia, apalagi di sini yang kuliah di fakultas Kedokteran kan dia, bukan gue. Jadi kalau mau bersihin luka sih seharusnya dia sendiri juga bisa. Gue sudah cukup baik ngasih fasilitas tempat bernaung, pun obat-obatan malam ini. Jadi segitu saja sudah cukup menurut gue.
Ada hal yang lebih penting yang harus gue kerjakan sekarang. Bersih-bersih badan setelah pulang dari gunung contohnya.
****
Hujan bukannya berhenti malah semakin deras. Sekarang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ketika gue keluar dari kamar mandi, gue melihat mbak Adele masih dalam posisi yang sama, tidak bergerak sama sekali. Bahkan gelas berisikan teh hangat yang gue kasih tetap ia genggam tak ia lepaskan. Juga kotak P3K masih dalam keadaan tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is Why I Need You
Non-FictionCerita tentang cowok yang tinggal di kostan cewek. Dibaca kalau kalian lagi nggak ada kerjaan aja. Cerita ini cocok untuk semua umur. Remaja, Dewasa, Anak SMA, bahkan baik juga untuk pertumbuhan janin. Dari sini, kalian akan belajar beberapa hal pen...