💐 Berhentilah Membenci
Bukan karena dia berhenti melukai
Bukan karena dia sudah menyadari
Tapi, serahkanlah pada Sang Maha Mengadili 💐Hening, sepi dan membosankan itulah yang Hanif rasakan sekarang karena ia tengah menjadi bagian operator yang sudah dialihfungsikan sejak seminggu yang lalu.
Keadaan ruangan kantor yang sepi membuat ia lebih sedikit tidak bersemangat untuk bekerja.
Semenjak keputusan sang owner perusahaan untuk menjadikan Hanif sebagai calon pemilik perusahaan mengharuskan ia menjajah seluruh divisi di gedung utama ini, termasuk bagian-bagian yang menurutnya sukar untuk dikerjakan.
Namun hal ini masih ditutupi dari para karyawan pada umumnya karena dikhawatirkan menimbulkan kecemburuan sosial.
Bahkan mereka belum tahu bahwa Hanif adalah menantu dari pemilik perusahaan ternama ini.
Ia hanya bisa menatap sebuah layar laptop yang sudah ribuan kali ia tatap masih dengan tampilan yang sama hingga sebuah ketukan pintu membuat lamunan panjangnya buyar dan segera mempersilahkan tamunya itu masuk.
Seorang cleaning service membawa beberapa map dan menyodorkan begitu saja pada Hanif.
“Pak Hanif diminta mengisi data operasi perusahaan di ruang Administrasi menemui bu Nanda” ucapnya sopan yang langsung diangguki oleh Hanif bahwa ia akan menuruti apa yang ia utarakan.
Hanif pun bergegas keluar ruangannya bersama cleaning service itu dan menuju tempat yang diutarakan.
Tak butuh waktu lama ia sudah berada di pintu ruangan dengan pampangan “Administration Room” sudah menganga di depan matanya begitu jelas.
Segera ia memasuki ruangan itu karena pintu selalu terbuka lebar.
“Assalamu-“
“Subhanallah Nan, ada opa dari mana ini. Ya Robb matanya bersinar hidung yang mancung kulit putih rambut yang waah banget pokoknya Nan lihat sini ada opa ganteng, mukanya selevel sama Billy Davidson Nan, buruan lihat ganteng bangetttttt!” ucap salah seorang karyawati yang duduk paling depan sebagai karyawan pelayanan yang melongo melihat kedatangan Hanif tak hanya itu ia terus memberitahu temannya yang masih sibuk berkutat pada acara pena dan kertasnya.
“Eh Nan, nan dia tinggi lagi wah pria idaman loe banget itu Nan.
Jangan-jangan dia cowo yang selalu loe ceritain dalam mimpi loe itu.. aduuh Nan gantengnya ga ketulungan”
“Astagfirullah Gadhul Bashar Mbak, “ ucap Hanif membuyarkan pikiran ngawur karyawati didepannya.
Teman disampingnya menatap Hanif sekilas dan menundukkan pandangannya, merasa siapa yang diberitahu segera ia menggoyah-goyahkan lengan partner kerjanya itu.
“Bya! Bya hey, “
“Eh iya Nan” ucanya segera sadar akan perlakuan buruknya itu.
“Ada orang bukan dilayanin malah digodain,"
“Astagfirullah Nan, gue ga ngegoda dia, gue muji dia” ucap mereka dengan suara pelannya saling manyaut satu sama lain.
Hanif hanya berdiri menatap mereka lekat, menyilangkan kedua sikunya diantara kedua lengannya.
“Kamu ga denger emang tadi dia udah peringatin kamu, jaga pandangan katanya”
“Loe lihat dululah Nan, dia tipe loe banget”
“Hemmm” Hanif berdehem mengingatkan kehadirannya saat ini, bahwa ia bukan patung atau lebih dari sekedar kacang yang dianggap tidak ada.
“A..da yang perlu kami bantu Pak?” ucap perempuan yang bername tag Nanda itu, jiwa servicesnya mulai keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sehangat Senja Malaikat
RandomSebuah cerita yang mengangkat haru biru suasana seorang remaja yang ditinggalkan oleh seluruh keluarganya bahkan hampir fungsi seluruh anggotanya ikut pergi lenyap dari nafas kehidupan dan asanya. Bagaimana ia bisa melanjutkan hidupnya saat ia tersa...