9. Salma? Salwa?

24 3 0
                                    


“Jangan Ma, jangan Awa mohon Awa malu tau” ucap Salwa mengejar Salma yang sudah membawa secarik kertas yang sangat berharga bagi Salwa.

“Ko muka Awa merah  sih? Awa malu ya?” goda Salma menunjuk-nunjuk pipi Salwa.

“Ihh apaan sih Ama, sini kertasnya kan Awa mau tau isinya” ucap Salwa berusaha merebut kertas yang sudah di lengan sahabatnya itu.

“Gue mau tau duluan Wa, babay” ucap Salma berlari meninggalkan Salwa yang sudah tak karuan wajahnya.

“Ama!” teriak Salwa yang sudah pusing akan tingkah Salma itu.

Salma berlari sekuat tenaga memasuki jalan kecil diantara pohon-pohon besar yang menyejukkan, angin pun tak berhenti membelai rambut kedua gadis itu yang masih sibuk di sebuah ladang kebun anggur meski senja sudah menyapanya.

Tubuh gadis itu menghilang dari pandangan Salwa hingga ia mengusik beberapa jalan yang dapat terlihat dari tempat ia berdiri.

“Awaaa gue pulang duluan, kertas ini gue kasih ke keluarga loe ya” ucap Salma yang sudah berada di belakang Salwa dengan mengacungkan kertas beramplop itu.

“Jangan dong Salma aku malu,” gerutu Salwa yang sudah kesal melihat Salma bertingkah demikian.

“Kamu malu? Emang kamu udah tau isinya? Apa gara-gara dari cowo itu ya?” goda Salma yang semakin membuat Salwa geram.

“Engga masalah dari siapa yang penting itu isinya apa Salwaaa, siniiin kertasnya!” rebut Salwa namun kepalan tangan Salma terlalu kuat pada kertas itu.

“Aku kasih dua pilihan, gimana?” tawar Salma mengangkatkan kedua alisnya.

“Pilihan pilihan apa sih Salma. Itu kertas milik aku, ko kamu yang ribet sih!” yang dimarahi malah memberikan deretan gigi manisnya.

“Pertama, jika isi kertas ini emm-“ ucapnya sambil berfikir, ‘eitsss jangan’ ucap Salma terpotong karena Salwa berusaha merebut kertas itu darinya.

“Pertama apa?!” tantang Salwa.
“Perrrtamaaa jika isi dari surat dari amplop ini sesuai ekpetasi loe, loe harus ngelakuin apa yang gue mau, kakak loe mau, adik loe mau, nyokap loe mau, babeh loe mau, sama ketiga sahabat kita mau. Gimana?”

“Itu bukan pilihan Salma! Itu ancaman buat dompet akuuuu” sentak Salwa.

“Sssst..... Gue ga peduli pokoknya loe tinggal pilih pilihan nomor berapa!”

“Terus!”

“Pilihan kedua jika kertas ini ga sesuai ekspetasi loe, loe harus terima tantangan gue!” ucap Salma antusias.

“Apa?” ucap Salwa memutar kedua bola matanya malas dengan kedua tangan yang bersidekap didadanya.

“Loe harus nembak cowo yang selalu loe ceritain” ucap Salma yang membuat Salwa heran.

“Cowo yang mana?”

“Cowo yang satu sekolah sama loe” ucapan Salma langsung membuat mata Salwa membulat sempurna dan seketika mengacungkan kedua kepalan lengannya tepat di wajahnya.

“SALMA!!!” teriak Salwa yang hanya membuat Salma terbahak-bahak tak karuan.

“Udah kan? Mana kertasnya” pinta Salwa mengadahkan tangan kananya.

Bukannya memberikan kertas yang dipinta Salwa, Salma malah memeluk Salwa erat dan membisikkan sesuatu yang membuat jantung Salwa berdetak tak karuan.

“Selamat ya Sal, beasiswa loe tembus di Fakultas kedokteran dan loe bisa mengambil kuliah di Singapore”

Baik Salwa maupun Salma kedua-duanya menetaskan air mata atas kegembiraan dan kebahagiaan yang baru saja mereka dapatkan.

Sehangat Senja Malaikat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang