__
_
_
Bel sekolah telah berbunyi, jam sekolah berakhir. "Masih ada lima belas menit lagi sebelum kafe dibuka. Itu artinya aku masih ada waktu untuk pergi keruang musik."
Hani bergegas melangkahkan kaki setelah memasukkan buku-buku pelajarannya kedalam tas. Ruang musik adalah tempat yang paling disukainya di sekolah ini.
Perlahan Hani membuka pintu, dan betapa terkejutnya dia melihat seseorang tengah memainkan piano yang sering digunakannya. Itu Yoongi. Hani mendekat kearah pemuda itu, "apa yang kau lakukan disini?"
Menyadari kehadiran Hani, Yoongi memutar tubuhnya menghadap gadis itu. "Apa aku harus meminta ijinmu untuk memakai ruangan ini?"
Hani langsung menggelengkan kepalanya, "bukan begitu. Hanya saja, maksudku bisanya ruangan ini kosong. Lagi pula, jam pelajaran telah selesai dan kau belum pulang. Itu terlihat aneh."
"Kau juga belum pulang. Berarti kau juga aneh."
Skakmat. Hani tidak bisa menjawab lagi.
"Sesama orang aneh, lebih baik kau menemaniku disini. Ingin bermain piano juga 'kan?"
Hani mengangguk. Yoongi tersenyum, menarik tangan Hani hingga gadis itu terduduk tepat disamping Yoongi.
"Suka lagu apa?" Tanya Yoongi masih acuh dengan keterkejutan Hani.
"Kang Hani?" Panggilnya karena tak kunjung mendapat respon dari gadis itu.
"Y-ya?" Hani tersentak.
"Kau menyukai lagu apa, atau begini. Kau biasa memainkan lagu apa?" Yoongi melipat tangan didada.
"Kau ingin mendengarnya?" Tanya Hani malu-malu.
"Tentu." Jawab Yoongi tanpa ragu.
Hani menahan senyum. Gadis itu menarik napasnya dalam, kemudian mulai menekan tuts piano tersebut. Suara Hani terdengar indah ketika bernyanyi, begitu lembut, dan membuat candu. Yoongi memejamkan mata menikmati suara itu mengalun indah memasuki rungu, memberikan kenyamanan hingga dia melupakan penat yang tengah ia rasa.
Tanpa mereka sadari, Jungkook yang sekarang sedang berada diluar ruangan menghentikan langkahnya. Ada sesuatu yang aneh dalam diri Jungkook saat mendengar suara dan alunan musik yang Hani lantunkan. Jungkook terasa tidak asing dengan lagu itu, dia seperti mengenalnya.
"Akh!" Jungkook meringis saat rasa sakit kembali menghantam kepalanya. Semakin Jungkook mendekati ruangan itu, semakin besar rasa sakit yang dia terima. Bayangan seorang gadis melintas didalam kepalanya, berputar layaknya film pendek yang selalu mengisi ingatan Jungkook.
"Ada apa denganku? Au!" Jungkook menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. Langkahnya semakin melambat, suara itu semakin membuat bayangan gadis didalam pikirannya semakin sering muncul.
"Siapa— siapa kau sebenarnya?" Jungkook masih menahan sakit. Matanya tertuju pada dua orang yang sedang beramin piano tidak jauh darinya. Pandangan Jungkook kabur, kepalanya seakan ingin pecah, darah tiba-tiba saja keluar dari hidung pemuda itu. Jungkook masih mencoba memfokuskan pandangannya, hingga saja— semua terasa gelap dan akhirnya tubuhnya terjatuh membentur lantai begitu keras hingga membuat Hani menghentikan pianonya dan berbalik menghadap asal suara.
"Je!" Teriaknya tanpa sadar.
Hani langsung berlari kearah Jungkook, mengangkat kepala pemuda itu dan meletakkan diatas pahanya. "Je, bangun. Kau kenapa?" Hani panik, hidung Jungkook berdarah, bibirnya pucat dan dia tidak sadarkan diri. "Je, sadarlah. Aku mohon. Je!" Airmata Hani lolos, dia menangis.
Yoongi masih diam mematung. Dia jelas mendengar bahwa Hani memanggil Jungkook dengan nama lain. Terasa panggilan khusus, seperti sudah mengenal Jungkook dengan sangat lama.
Apa yang sebenarnya terjadi diantara kedua orang ini?
"Yoongi! Bantu aku! Bawa Je kerumah sakit, aku mohon!"
_________
Hani mondar-mandir didepan pintu rawat rumah sakit. Dia begitu khawatir, pasalnya Jungkook belum sadarkan diri hingga sekarang. Seragam sekolahnya masih melekat, Hani panik, terlebih saat tempat Jungkook dibawa ke rumah sakit adalah tempat dirinya dan Jungkook dirawat dulu. Hani mengingatnya lagi.
"Kau menganalnya?"
Pertanyaan itu seperti boomerang untuknya. Hani terdiam, kemudian berbalik menghadap Yoongi.
"Kau dan Jungkook saling mengenal?" Tanya Yoongi lagi.
"A-apa maksudmu?" Hani mencoba bersikap tenang.
Yoongi tersenyum tipis. "Kau dan Jungkook, kalian sudah lama mengenal."
Kali ini perkataan itu terdengar seperti pernyataan. Hani membeku seketika.
Pantas saja dia sering disebut manusia es, membuat orang membeku dengan perkataannya. Tebakannya selalu benar. Apakah dia seorang peramal?
"Permisi, keluarga pasien yang mana?"
Kesempatan itu Hani jadikan sebagai pelarian dari pertanyaan Yoongi. Hani
"Ini dok..." Hani langsung mendorong Yoongi kearah dokter tersebut.
"Bisa ikut saya. Ada yang ingin saya katakan, hasil pemeriksaannya juga ada disana."
Yoongi mengangguk. Dia berjalan mengikuti dokter tersebut. Hani bisa bernapas lega, dirinya kemudian memasuki ruangan Jungkook dan berdiri disamping ranjang pemuda itu.
Wajah Jungkook pucat, bibirnya kering dan saat Hani memberanikan diri untuk menggenggam tangannya, gadis itu menangis. Tubuh Jungkook dingin.
"Je... bangun..." isaknya pelan.
Seperti mendengar perkataan Hani. Jungkook membuka kedua matanya secara perlahan, mengerjapkannya sesekali demi menyesuaikan cahaya yang masuk melalu retinanya. Jungkook dapat melihat Hani yang sedang berdiri disampingnya.
"Je!"
Hani langsung memeluk Jungkook. Dia melupakan fakta bahwa dia dan Jungkook tidak sedekat dulu lagi. Ada jarak pemisah. Takdir seolah menjadi benteng yang kokoh yang menjadi pemisah antara mereka.
Jungkook terdiam. Pertama kali dalam hidupnya merasakan getaran seperti ini. Pelukan Hani hangat, gadis itu juga menangis dalam pelukannya. Saat Jungkook ingin membalas pelukan Hani, gadis itu langsung menyadari kebodohan yang ia lakukan. Hani langsung melepaskan pelukan, kemudian mengusap airmatanya.
"Maaf. Aku tidak bermaksud memelukmu. Aku— maksudku, aku, aku—"
"Bicara yang jelas!"
Hani membeku. Jungkook membentaknya. Jungkook kesal karena Hani melepaskan pelukannya.
"Maaf... mungkin aku tidak berguna disini. Aku akan pergi, akan aku panggilkan dokter."
"Tunggu!"
Langkah Hani terhenti ketika Jungkook menahan pergelangan tangannya.
"Masalah pernikahan, sebaiknya batalkan—"
"Aku mengerti. Kau tenang saja, aku akan berbicara pada ibu nantinya." Potong Hani langsung.
"Bukan itu."
"Jadi?"
Jungkook menatap dalam, "batalkan rencana untuk membatalkan pernikahan itu."
Hani tidak mengerti, "y-ya?"
"Menikah lah denganku."
***
Me; Ayo Nikah!!! Siap lebaran!!
Wkwkwkw 🤣🤣🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE THE MOMENT
Fanfiction{Judul sebelumnya I'm Not Sasaeng Fans}} Kenangan akan berarti jika disimpan dan diingat dengan baik. Jika tidak, kenangan hanya akan menjadi sebuah ilusi, seperti bui di lautan, hilang dan tidak meninggalkan apapun. Terkadang takdir suka bermain-ma...