Bab 2

81.6K 3.5K 27
                                    

Bug!
Pukulan kedua dari Ustzah bagian peribadahan menghantam punggungku saat jam baca Al-Qur’an. Biasanya kalau sudah kaget sekali, ngantukku akan langsung hilang. Kata Ummi-ku kalau mengantuk waktu ibadah, berarti ada setan bergelantungan di kelopak mata, dan mungkin sekarang setan-setan sedang membuat tenda dan berpesta di mataku, rasanya berat sekali.

Lasmini menyenggol lenganku, aku menoleh.
“Mmm?” Kantukku mengalahkan mulutku untuk berbicara. Melihat Lasmini saja sudah transparan karena mataku tidak bisa dibuka sepenuhnya. Duh! Dasar Setan! Pantas saja disebut setan!

“Jangan tidur terus, dibaca Al-Qur’an-nya, seperti Cicit tu!” Lasmini menunjuk Citra yang terlihat sangat serius dengan Al-Qur’an-nya di sampingku. Kusenggol tangan kanan Citra, Al-Qur’an di tangannya terjatuh.

“Laah, tidur juga dia ....” Lasmini menggeleng-gelengkan kepalanya, berdecak kesal.

“Sudahlah, Ni, aku mau menyusul si Citra ke mimpinya,” kataku pada Lasmini yang melengo tidak percaya pada apa yang baru saja aku ucapkan.

Satu menit berlalu, dua menit, tiga menit, bugg!! Satu kali pukulan sajadah dari orang yang sama mendarat di punggungku.

“Ummi!”¹ perintahnya garang. Aku terkejut, mengerjapkan mataku beberapa kali. Ish! Giliran dihukum, setannya lari, kantukku hilang.

“Apa kubilang.” Lasmini menatapku dengan tatapan merdeka penuh kemenangan.

“Yah, yang berdiri, ha … ha ….” Dan Citra malah meledekku.

Gaya tidur Citra memang selalu berhasil menipu bagian ibadah, Citra tidur dengan menutup wajah menggunakan Al-Qur’an, seperti orang menghafal atau mengulang hafalannya.

“Ish, lihat saja nanti, mata tukang tidur sepertimu mana tahan lima menit,” sambutku.

“Madza tukallim, ya, Ukhty?”² tanya ustadzah bagian keamanan dengan tegas, aku terkesiap, dan menunduk sebagai bukti sopan bahwa aku mengaku bersalah, juga jalan pintas agar tidak dimarahi lagi, sedangkan Lasmini dan Citra sengaja melanjutkan bacaan Al-Qur’an mereka. Cari mukalah tu!
Lima menit berlalu, aku masih berdiri, sesekali menundukkan kepala, tapi bukan karena merasa bersalah lagi, melainkan karena kantukku yang semakin tak tertahankan.

Bugg!!! Pukulan sajadah terdengar di sampingku, sudah kutebak, kalau aku dihukum, pasti dia juga.

“Ha … ha …, sudah kubilang, wajah-wajah sepertimu itu wajah tersangka, bakalan dapet hukuman terus.”

Sekarang aku yang menertawakan Citra. Sementara Lasmini hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkahku dan Citra.






Note:
¹Berdirilah! ²apa yang dibicarakan?

Akad Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang