Di depan rumah pimpinan yayasan terlihat ramai. Para santri putra dan putri sibuk menyiapkan sambutan untuk Gus Nabhan yang pulang hari ini setelah lima belas tahun di Mesir.Gus Nabhan sudah dikirim Pak Kyai dan Ummi ke Mesir sejak usia delapan tahun. tidak heran kalau akan dirayakan dengan meriah, mengingat Gus Nabhan juga anak bungsu dari tiga bersaudara dan dua-duanya sudah menikah.
Memang tidak enak mendapat tugas piket kalau sedang ada acara. Tidak dapat ikut main-main bersama teman-teman yang menyiapkan acara. Seperti aku ini yang sekarang mendapat gentian piket di dapur hanya menggosok pantat panic saja sambil melihat Lasmini dan Citra bermain-main dari kaca dapur.
Sudah ditinggal nikah sama Mbak Zahra, tidak diajak pulang Abi, dan sendiri menggosok pantat hitam panic-panci dapir. Miris sekali aku hari ini.“Ini wajannya, Ning.”
Kulihat Bik Amin menenteng tas dengan nota belanja di tangan kanan. Aku tahu Bik Amin mau ke mana, dan seketika aku menjadi Nobita dan Bik Amin akan jadi pintu ke mana saja untukku.“Eh, Bik, Bik … tunggu!” Bik Amin menoleh. “Mau ke mana, Bik?” tanyaku kemudian.
“Mau ke pasar, Ning.” Petikan dua jariku spontan keluar. Ya Allah, terima kasih atas berkah Jum’at yang Kau berikan kepadaku.
“Tepat! Najma ikut ya, Bik!” Dahi Bik Amin berkerut, terlihat bingung.
“Itu cucian masih banyak. Gimana, NIng?” tanyanya.
“Tania!” seruku. “Itu lanjutin cuci piringnya, ya.” Belum sempat Tania menjawab, aku sudah menarik tangan Bik Amin lebih dulu.
“Nah, ayo, Bik, cepet! Nanti keburu panas.” Bik Amin terlihat ragu-ragu mengajakku, mungkin karena baru kali ini aku minta ikut ke pasar bersama Bik Amin atau mungkin karena Bik Amin trauma mendengar gosip-gosip yang benar tentangku yang suka bolos ke luar pesantren. Sudahlah, yang penting aku jalan.
“Mau ke mana?” tanya Citra dan Lasmini serempak padaku.
“Mau belanjalah ke pasar,” jawabku bergaya.
Citra saling pandang dengan Lasmini, lalu melihatku dengan tatapan menyelidik.
“Nggak percaya aku,” katanya.
“Lho, terserah, yang penting aku mau ke pasar.”
Lagi pula pandangan mereka seperti melihat bidadari mau kembali ke kayangan saja, padahal aku dan Bik Amin hanya mau ke pasar. Heran!
KAMU SEDANG MEMBACA
Akad Rahasia
Teen FictionIni bukan cerita dewasa, tapi ini ceritaku saat menjadi santri. Cerita saat aku di nikahkan diam-diam oleh Abi.Ya, Akadku di rahasiakan. Happy reading💜 {17/08/18-11/06/19}